Kamis, 24 Desember 2015

Kepantasan Berbusana Bagi Akademisi





BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia atau kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi. Karena, dari busanalah manusia dalam menutupi berbagai hal yang sepantasnya untuk tidak diperlihatkan dan selain itu juga memiliki fungsi melidungi tubuh manusia dari berbagai gangguan.
Dalam bahasa Jawa, ada suatu pepatah yaitu “Ajine rogo songko busono” yang dapat diartikan bahwa “berharganya badan/tubuh adalah dari busana”. Secara lugas dapat dikatakan bahwa betapa pentingnya busana itu bagi kehidupan manusia, terutama dalam era sekarang ini untuk kepentingan kehidupan sosial manusia.
Sedangkan akademisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang berpendidikan tinggi atau anggota akademi[1]. Sehingga dapat dikatakan bahwa akademisi adalah orang yang memiliki atau menyandang pendidikan tinggi dan memiliki kemampuan tinggi pada bidangnya dengan basis keilmiahan ilmu.
Apabila dikaitkan antara akademisi dan berbusana, merupakan hal yang seharusnya tidak terabaikan. Karena demi menunjang peranya sebagai akdemisi, tampilan luar khususnya dalam berbusana memang bukanlah hal yang sepele, melainkan memerlukan perhatian yang khusus demi menunjangnya performansi sebagai akademisi yang lebih-lebih pendidik adalah sebagai contoh peserta didik yang dijadikan panutan bagi peserta didik.
Hal ini menjadi suatu permasalahan yang begitu menarik untuk menjadi suatu kajian mendalam. Karena dengan hal ini, sebagai seorang akademisi akan lebih memahami bagiama seorang akademisi mampu menempatkan diri dan mampu memahami dirinya semestinya dengan embel-embel “seorang akademisi”. Oleh karena itu, perlu adanya suatu kajian mendalam mengenai hal ini, supaya dapat dipahami dan diterapan bagi penulis sendiri maupun bagi mesyarakat umum yang bersangkutan.

Bangsa Yahudi, Konflik Yahudi dengan Bangsa Arab setelah Terbentuknya Negara Yahudi (Israel)





BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Yahudi adalah istilah yang merujuk kepada sebuah agama, ras atau suku bangsa. Sebagai agama, istilah ini merujuk kepada umat yang beragama Yahudi.
Berdasarkan etnisitas, kata ini merujuk kepada suku bangsa yang berasal dari keturunan Eber (Kejadian 10:21) (yang disebut "Ibrani") atau Yakub (yang juga bernama "Israel") anak Ishak anak Abraham (Ibrahim) dan Sara, atau keturunan Suku Yehuda, yang berasal dari Yehuda anak Yakub. Etnis Yahudi juga termasuk Yahudi yang tidak beragama Yahudi tetapi beridentitas Yahudi dari segi tradisi.
Agama Yahudi adalah kombinasi antara agama dan suku bangsa. Agama Yahudi dibahas lebih lanjut dalam artikel agama Yahudi; artikel ini hanya membahas dari segi suku bangsa saja. Kepercayaan semata-mata dalam agama Yahudi tidak menjadikan seseorang menjadi Yahudi. Di samping itu, dengan tidak memegang kepada prinsip-prinsip agama Yahudi tidak menjadikan seorang Yahudi kehilangan status Yahudinya. Tetapi, definisi Yahudi undang-undang kerajaan Israel tidak termasuk Yahudi yang memeluk agama yang lain.
Dalam perjalanan bangsa Yahudi, memang begitu panjang dan memiliki dinamika kehidupan yang begitu beragam, terutama keadaan terombang-ambing menyebar di berbagai negara, dikarenakan tidak memiliki suatu negara atau wilayah negara.
Dalam makalah ini lebih menyoroti kepada suatu konflik yang dilakukan oleh bangsa Yahudi dengan bangsa Arab setelah bangsa Yahudi mendirikan suatu negara yaitu Israel. Pada dasarnya pertikaian atau konfik antara bangsa Yahudi dengan bangsa Arab tidaklah hanya terjadi pada saat setelah Yahudi mendirikan suatu negara, melainkan sebelum itu telah banyak rentetan peristiwa yang menggambarkan keadaan yang tidak kunjung damai antara bangsa Yahudi dengan bangsa Arab.
Sebenarnya banyak sekali hal yang dapat digali mengenai bangsa Yahudi, terutama dalam hal konflik yang terus berkembang bahkan belum juga menemukan suatu ujung perdamaian seperti konflik dengan Palestina sampai saat ini. Oleh karena itu untuk mendalami hal ini, perlu adanya kajian yang lebih jauh akan bangsa Yahudi dengan embel konfliknya dengan bangsa Arab.

Pemerintahan Islam pada Masa Umar Ibnu Khotob





BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Umar Bin Khattab merupakan khalifah kedua dan mungkin yang terbesar dari khalifah yang ada. Aslinya umar adalah musuh paling keras yang menentang Nabi Muhammad SAW, dan agama barunya. Tetapi mendadak, umar berbalik dan masuk Islam, dan kemudian menjadi pendukungnya yang paling kuat. Umar menjadi penasihat paling dekat Nabi Muhammad SAW dalam sepanjang hidup Nabi Muhammad SAW[1].
Dalam perjalanan kepemimpinanya, Umar memberikan begitu besar pengaruhnya terhadap agama Islam serta kebesaran menjadi seorang pemimpin umat. Dengan melaui berbagai dinamika, Umar berhasil menorehkan kontribusi besar bagi agama Islam dan Pengembanganya.  
Sebagai salah satu khalifah islam, yang notabene adalah penerus tampuk kepemimpinan nabi, banyak sekali hal yang dapat menjadi suatu pelajaran dalam rentetan sejarah yang dimiliki oleh Umar Bin Khaththab. Mulai dari dalam militer, politik, dan juga agama yang menjadi dasar kepemimpinanya. Oleh karena itu perlu adanya suatu kajian mendalam akan kepemimpinan Umar Bin Khoththob sebagai khalifah Islam. Sehingga dapat dipahami secara mendalam mengenai kepemimpinanya memimpin umat maupun dalam kepemimpinanya dalam agama Islam.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen





BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam menyusun dan sebelum mengaplikasikan instrumen penelitian, ada tahapan yang begitu penting bagi bagaimana hasil dari penelitian tersebut dapat dipertanggungjawakan, hal penting tersebut adalah yang biasa disebut dengan validitas dan reliabilitas.
Validitas sendiri merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian[1].
Sedangkan pengertian reliabilitas adalah menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik[2], atau hal yang berkaitan dengan keterandalan suatu indikator[3]. Yang dimaksud andal disini bahwa instrumen yaitu tidak berubah-ubah atau konsisten .
Sepertin yang diketahui, bahwa secara garis besar penelitian dibagi menjadi dua, yaiitu; penelitian kuantitatif dan penelitian kuantitatif. Dari jenis penelitian yang dibedakan jenisnya tersebut, sangat berpengaruh juga terhadap instrumen penelitianya yang merupakan alat untuk menghasilkan suatu kesimpulan penelitian. Dengan demikian sangat berdampak juga terhadap pengujian instrumen tersebut, yaitu validitas dan reliabilitasnya.
Oleh karena itu, dalam pembahasan makalah mengenai validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ini juga menguraikan dari masing-masing jenis penelitian yaitu validitas dan reliabilitas instrumen penelitian kuantitatif serta yaitu validitas dan reliabilitas instrumen penelitian kualitatif.
Mengenai validitas dan reliabilitas menjadi suatu perhatian lebih oleh peneliti, dikarenakan peranya yang begitu penting dan dijadikan suatu keharusan bagi peneliti untuk menguji instrumenya terlebih dahulu sebelum digunakan dalam meneliti suatu objek penelitian. Karena dengan instrumen yang valid dan reliabel, tentunya akan menghasilkan suatu penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dari uraian-uraian kepentingan tersebut, disimpulkan perlu adanya suatu kajian yang lebih mendalam dan menjelaskan mengenai validitas dan reliabilitas dari instrumen penelitian, demi tercapainya suatu tujuan penelitian sesuai yang diharapkan.

Kerjasama Amerika Serikat dengan Amerika Latin





BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Amerika Latin, merupakan sebutan bagi negara-negara yang ada di Benua Amerika dengan pertumbuhan budaya latin dalam kehidupannya. Negara amerika latin meliputi Colombia, Mexico, Guatemala, Honduras, Nikaragua, Kostarika, Panama, Venezuella, Brazil, Ekuador, Peru, Bolivia, Argentina, dan beberapa negara lainya, yang dalam posisi geografisnya berada di selatan kawasan Amerika Serikat. Selain itu, dikatakan sebagai Amerika Latin dikarenakan dengan hidup di benua Amerika, tetapi dalam kehidupanya berkembang kebudayaan latin dari Eropa. Oleh beberapa sebab itulah disebut sebagai amerika latin.
Dalam panggung sejarah Benua Amerika, Amerika Latin memiliki hubungan yang begitu erat kaitannya dengan Amerika Serikat. Dari penelusuran sejarahnya, penggambaran hubungan dua sebutan bagian wilayah benua amerika yang dibagi secara kebudayaan yang berkembang ini, sudah ada sejak penemuanya hingga masa-masa perkembanganya. Mengingat bahwa orang-orang imigran yang mendiami seluruh daerah Benua Amerika meski memiliki budaya yang berbeda, namun pada dasarnya mereka sama-sama berasal dari daratan Benua Eropa. Hanya saja asal spesifiknya yang memiliki perbedaaan. Selebihnya adalah hubungan antara negara imperialis yaitu Amerika Serikat yang ingin melakukan ekspansi ke daerah selatan yaitu di Amerika Latin serta beberapa perlakuan Amerika Serikat terhadap Amerika Latin lainya yang memang tidak menggambarkan suatu keselarasan.  Namun pada uraian kali ini kelanjutan hubungan keduanya lebih kepada suatu hubungan yang berbeda dari sebelumnya, yaitu suatu hubungan yang diantara pihak pelaku mengharapkan tujuan masing-masing dengan melakukan suatu tidakan bersama atau yang biasa disebut dengan kerjasama.
Usaha pembahasan hubungan Amerika Serikat dan Amerika Latin dalam makalah ini, dimaksudkan pada penguraian hubungan keduanya dalam menjalin suatu kerjasama. Sehubungan dengan hal tersebut pembahasan bukan hanya uraian permukaan saja yang menggambarkan interaksi keduanya, namun juga lebih dari itu, yaitu secara mendalam akan maksud dan aspek-aspek yang ada pada hubungan diantaranya.
Banyak hal yang sangat menarik dan perlu dikaji secara mendalam pada materi ini. Oleh karena diperlukan suatu penguraian secara mendalam yang mampu membawa pada suatu kejelasan dan kebenaran sejarah yang terbentuk diantara hubungan kedua daerah wilayah yang seperti diuraikan sebelumnya.

Senin, 26 Oktober 2015

ASAS PERTANAHAN, FUNGSI SOSIAL, DAN FUNGSI SOSIO-EKONOMI PERTANAHAN (Berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria Tahun 1960)





BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pengertian asas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah dasar yang teruraikan bahwa sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat.[1]
Asas (prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari hasil penelitian dan tindakan. Asas sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran dasar dalam bidang ilmu tersebut. Asas adalah dasar tapi bukan suatu yang absolut atau mutlak, artinya penerapan asas harus mempertimbangkan keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah.[2]
Sedangkan tanah sendiri adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan pelanet Bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahkluk hidup lainya dalam melangsungkan kehidupanya. Tanah memiliki sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu.[3]
Sehingga dapat dikatakan bahwa asas pertanahan perupakan suatu prinsip yang fundamental atau kebenaran umum yang dijadikan sebagai tumpuan berpikir, berpendapat, dan bertindak dalam menangani suatu aspek pertanahan sebagai lahan hidup manusia dengan berbagai perangkat kandunganya.
Dalam pelaknaanya, asas pertanahan di Indonesia diatur dalam  undang-undang agraria, dan dalam undang-undang yang mengatur mengenai pertanahan tersebut terdapat beberapa uraian mengenai asas yang benar adanya digunakan sebagai dasar pelaksaan pertanahan. Dari asas-asas tersebut mengatur tanah dalam berbagai keadaan yang disesuaikan dengan segala aspek yang menjadi pertimbangan.
Suatu pemahaman mendalam mengenai asas pertanahan memanglah begitu penting adanya, dikarenakan hal tersebut menyangkut dengan pelaksanaan kehidupan manusia yang tidak terpisahkan dengan tanah sebagai lahan hidupnya. Oleh karena itu diperlukan suatu kajian mendalam yang membahas akan asas pertnahan sesuai dengan Undang-Undang Agraria yang ada.
Selain asas yang begitu penting sebagai bagian satu-kesatuan dari suatu peraturan khususnya adalah peraturan/ undang-undang agraria khususnya, terdapat beberapa fungsi yang dimiliki dari acuan perundang-undangan agraria di Indonesia, Yaitu UUPA No. 5 Tahun 1960.
Yang dimaksud fungsi sosial dalam hal ini dengan acuan pertanahan, dapat diartikan bahwa tanah sebagai lahan hidup manusia yang pada dasarnya selalu hidup bersosial sudah semestinya dapat berfungsi untuk memfasilitasi kegiatan sosial manusia pada seharusnya. Dan dalam hal ini tidak saja berjalan begitu saja, melainkan berlandaskan suatu Undang-Undang, yaitu UUPA No. 5 Tahun 1960.
Dalam uraianya, terdapat lebih bayak suatu kajian yang perlu jabarkan secara mendalam. Lebih-lebih pada penjabaran suatu perundang-undangan. Dari suatu kegiatan ini, diharapkan atau ditujuakan sebagai suatu upaya dalam pengembangan implememtasi asas dan fungsi sosial pertanahan, supaya dapat berjalan dengan benara dan semestinya.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu kajian yang mendalam akan hal ini, sehingga dari uraian makalah ini akan lebih dapat dipahami mengenai aspek asas dan fungsi sosial yang tentunya sangat diharapkan suatu kebaikan dalam implementasinya dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Selasa, 29 September 2015

Objek Wisata Prasejarah





BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara sendiri atau di negara lain. Kegiatan tersebut dengan menggunakan kemudahan, jasa, dan faktor penunjang lainya yang diadakan oleh pemerintah atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.[1]
Dalam semakin bertambahnya waktu, suatu konsep yang disebut pariwisata atau aspek-aspek yang mengikutinya, semakin mengalami perkembangan yang signifikan. Salah satunya adalah mengenai jenis-jenis pariwisata. Dapat diambil suatu garis besar, bahwa jenis-jenis pariwisata berkembang sesuai dengan minat wisatawan yang ingin melakukan suatu kegiatan wisata.
Salah satu cabang dari salah satu jenis pariwisata akan menjadi suatu pembahasan yang lebih mendalam dalam makalah ini, yaitu jenis dalam jenis wisata budaya yang terkfokuskan pada objek wisata budaya manusia pada masa prasejarah.
Dalam kajian ini, menguraikan secara umum mengenai salah satu objek wisata yaitu wisata prasejarah. Seperti yang diketahui, bahwa suatu fase budaya manusia yang dinamakan fase prasejarah merupakan tahapan awal manusia membuat suatu peradaban dan mengembangkanya. Dari kegiatan pembuatan mula atau pun pengembangan kebudayaan pada masa prasejarah banyak meninggalkan benda-benda peninggalan sisa-sisa keberadaan aktivitas prasejarah yang sampai saat ini dapat diamati ataupun dinikmatidengan nyata.
Dengan adanya sisa-sisa peninggalan yang masih ada tersebut pastilah memiliki cerita dibaliknya dan daya tarik sendiri bagi manusia jaman sekaran untuk dijadikan bahan penelitian ataupun yang lebih berkembang adalah sebagai suatu objek wisata. Pengembangan suatu fungsi dan pandangan masyarakt tersebut menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji secara menadalam dan lebih jauh yaitu mengenai objek wisata prasejarah.

Kamis, 27 Agustus 2015

Teori Belajar Konstruktivisme





BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.[1]
Dari suatu proses belajar diperoleh suatu hasil yang sangat signifikan, dikarenakan yang sebelumnya tidak mengetahui menjadi mengetahui dan yang sebelumnya belum memahamin dapat menjadi paham setelahnya.
Dalam suasana saat ini, istilah belajar tidak hanya menjadi penggambaran suatu usaha mengetahui sesuatu begitu saja, melainkan memiliki berbagai teori dan model yang terus berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Salah satu perkembangan teori belajar adalah teori belajar konstruktivisme.
Meski bukan hal yang baru teori belajar konstruktivisme menjadi salah satu dasar teori belajar yang sudah mengakar pada dunia pendidikan dengan berbagai karakteristik, kelebihan, maupun kekuranganya.
Teori belajar konstruktivisme secara umum dapat didefinisikan sebagai sebagai experimental learning, yang merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkret di lapangan, di laboratorium, berdiskusi dengan teman, dan dikembangkan menjadi pengetahuan, konsep, serta ide baru. Peserta didik sebagai subjek pembelajaran yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai pembelajar.[2]
Dari pengertian secara umum tersebut masih begitu banyak hal mengenai teori belajar konstruktivisme. Oleh karena itu perlu adanya suatu kajian lebih mendalam, sehingga memunculkan pemahaman yang lebih luas akan teori belajar tersebut.

Rabu, 03 Juni 2015

ANALISIS KRITIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA PADA MASA PRESIDEN K.H.ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR)



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam perjalanan pemerintahanya, Indonesia beberapa kali mengalami pergantian pemimpin. Salah satu tokoh yang pernah memimpin Indonesia adalah K. H. Abdurrahman Wahid atau biasa dikenal dengan sebutan nama Gus Dur.
Gus Dur memimpin Indonesia pada tahun 1999 sampai dengan 2001, yang menggantikan presiden RI sebelumnya, yaitu Presiden B. J. Habibi. Meskipun dapat dihitung bahwa masa kekuasaan gustur tidaklah lama, namun cukup memberikan peran terhadap percaturan pemerintahan di Indonesia. Dan tentunya dengan peran yang diberikan, pasti memiliki dampak bagi keadaan Indonesia baik pada saat Gus Dur memimpin mauapun setelahnya.
Beberapa kali gusdur mengeluarkan kebijakan dalam pemerintahanya untuk diterapakan dalam kehidupan negara Indonesia. Tidak dipungkiri dalam mengeluarkan kebijakanya, banyak masyarakat yang kurang sepaham dan lebih terkejut dengan kebijakan yang dibuat oleh Gus Dur.
Dengan sikap kebijakan yang sebentar namun kontroversial tersebut, perlu adanya sauatu kajian analitis terhadapa kebijakan-kebijakan selama pemerintahan Gus Dur di Indonesia. Sehingga dapat diketahui secara mendalam, dapat dibuat suatu pelajaran maupun dijadikan sebagai perbandingan dengan pemerintah lainya demi mencapai suatu pemerintahan yang sesungguhnya diinginkan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Konflik Berkepanjangan dalam Pergolakan di Ethiopia



 
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pergolakan merupakan suatu keadaan yang tidak tenang, tidak kondusif, terjadi kekeruhan suasana sehingga tidak terkendali seperti yang diinginkan. Dalam pendapat awam, pergolakan lebih diidentikkan kepada suatu keadaan huru-hara atau terjadi pertikaian fisik yang tidak terkendalikan untuk suatu alasan.
Dalam membahas suatu kasus pergolakan, memang perlu menggunakan berbagai teropong sudut pandang akan pergolakan yang terjadi, sehingga dapat dimunculkan esensi dan realitas dari pergolakan.
Negara Ethiopia merupakan salah satu negara benua Afrika yang berada di daerah Timur benua, yang menjadi sosorotan dengan gejolak pergolakan yang terjadi pada negara tersebut. Meskipun dalam perjalananya, negara Ethiopia merupakan negara yang masih merdeka dengan saat yang sama daerah-daerah lain di Afrika telah berada di tangan bangsa Eropa.
Runtutan konflik yang terjadi di Etiopia, merupakan suatu alur cerita yang sambung-menyambung. Dikatakan demikian karena permasalahan yang timbul dan yang diatasi bukanlah dalam satu periode waktu saja, melainkan permasalahn yang menimbulkan efek berkepanjangan, terutama mengenai wilayah.
Dalam masa kolonial, dengan segala perjuangan dan tekanan dari penguasa barat di daerah sekitar Ethiopia, akhirnya berimbas pada daerah Ethiopia. Yang tadinya tidak termasuk kawasan jajahan, dalam selang beberapa tahun dalam dalam beberapa waktu Ethiopia berada di bawah kekuasaan barat. Namun tidak lama kemudian Ethiopia mendapatkan kebebasanya kembali dengan berbagai campur tangan bangsa barat.
Dengan keadaan bebas, bukan berarti keadaan etiopia terus kondusif. Melainkan memunculkan kondisi gejolak baru dengan wujud pergolakan diantara Ethiopia dengan daerah-daerah sekitarnya, yang memang sebelunya terbagi secara sepihak oleh bangsa barat.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu pembahasan lebih mendalam akan gejolak pergolakan yang ada di Ethiopia. Sehingga dapat dipahami lebih jauh akan kasus berkepanjangan yang terjadi di Ethiopia.

Pergolakan di Ethiopia (Revolusi Ethiopia)





BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pergolakan merupakan suatu keadaan yang tidak tenang, tidak kondusif, terjadi kekeruhan suasana sehingga tidak terkendali seperti yang diinginkan. Dalam pendapat awam, pergolakan lebih diidentikkan kepada suatu keadaan huru-hara atau terjadi pertikaian fisik yang tidak terkendalikan untuk suatu alasan.
Pergolakan yang terjadi di Ethiopia selama ini pada dasarnya adalah suatu revolusi, suatu perubahan radikal dalam masyarakat dan hidup kenegaraan dalam waktu yang cukup singkat.[1]
Hal ini merupakan hasil reaksi dari suatu perlakukan yang dilakukan pemerintah yang dikepalai oleh Kisar Haile Selassie. Dalam konteks ini, pergolakan menjadi hal yang unik, karena huru-hara yang dibuat bukanlah tanpa tujuan yang berarti atau menunjukkan kean pribadi dan golongan, melainkan menunjukkan suatu perintah dan kemauan rakyat atas keadaan yang begitu hancur dan pemerintah dengan sadar membiarkan serta tidak memberikan kebaikan.
Berbagai usaha dilakukan dan mengusahakan revolusi di Ethiopia ini, terutama dengan jalan secara tegas mengambil ali langsung peran pemerintah sehingga dapat dikendalikan dan diatur dengan baik sesuai dengan rakyat.
Keadaan yang bergejolak ini, seperti yang dikatakan sebelumnya merupakan pada kehidupan Kaisar Haile selassie, namun lebih ditekankan pada masa setelah Ethiopia diserahkan kembali pada Kaisar Haile Selassie oleh orang-orang eropa.
Dalam membahas hal ini, ada banyak hal yang menarik untuk pelajari secara memndalam, oleh karena itu perlu adanya suatu kajian akan hal ini supaya dapat lebih diketahui akan berita akan pengetahuan ini benar-benara dapat diperoleh.

Senin, 18 Mei 2015

Video Media Pembelajaran Sejarah (petilasan Kerajaan Blambangan)



untuk mengunduh video Media Pembelajaran Sejarah (petilasan Kerajaan Blambangan), klik DOWNLOAD 

PPT BERBAGAI BENTUK KERJASAMA NEGARA-NEGARA ASIA TENGGARA (SEATO, ASA, MAPHINDO, DAN ASEAN)

untuk mengunduh file ppt "BERBAGAI BENTUK KERJASAMA NEGARA-NEGARA ASIA TENGGARA (SEATO, ASA, MAPHINDO, DAN ASEAN) ", klik DOWNLOAD

Bentuk-Bentuk Kerjasama Asia Tenggara (SEATO, ASA, MAPHINDO, dan ASEAN)



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kerjasama merupakan suatu ungkapan yang digunakan untuk menyatakan suatu hubungan antar dua pihak atau lebih yang memiliki suatu pandangan yang sama serta untuk mencapai tujuan yang sama pula.
Dalam suatu kawasan regional negara seperti kawasan Asia Tenggara, tentu perlu membuat suatu gerakan bersama yang digunakan untuk menata strategi bersama dalam satu kawasan serta kepentingan-kepentingan masing-masing negara sesuai dengan tujuannya.
Sejarah mencatat bahwa dalam perjalananya menapaki sebagi suatu negara pada negra-negar di kawasan Asia Tenggara, negara-negara tersebut telah membentuk beberapa kerjasama diantaranya dan memiliki suatu maksud serta tujuan yang beragam. Diantaranya adalah SEATO, ASA, MAPHILINDO, dan ASEAN.
Dalam perjalanan kerjasama-kerjasama tersebut, mengalami berbagai dinamika yang beragam. Dari naik turunya keadaan kerjasama tersebut membuat pola alamiah yang saling saut menyaut memunculkan kerjasama-kerjasama baru yang memperbaharui dan semakin memperbaiki keadaan Asia Tenggara. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pembahasan mendalam akan hal tersebut. Sehingga akan mendapatkan pemahaman yang mendalam akan materi ini. 

Rabu, 29 April 2015

PERANG JEPANG-RUSIA 1904-1905





BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan. [1]
Pemerintahan Kaisar Mutsuhito merupakan salah satu periode yang paling istimewa dalam sejarah bangsa Jepang. Dalam pemerintahan Kaisar Mutsuhito, jepang bergerak maju sehingga hanya dalam beberapa dasawarsa telah mencapai sebuah pembentukan negara yang maju dan moderen. Dari kemajuan yang telah dimiliki jepang tersebut, mendorong jepang untuk menjadi negara imperialis.[2]
Menjadinya jepang sebagai negara imperialis, tentu saja selalu memiliki gairah untuk menguasai daerah atau negara lain. Yang tentunya akan membawa berbagai dampak dalam perjalanan hidup Jepang.

Unordered List

Sample Text

Sample text

Total Tayangan Halaman

Social Icons

Blogger templates

Feature (Side)

Blogger news

Pages

AD (728x90)

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

Pengikut

Featured Posts

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget