Kamis, 24 Desember 2015

Kepantasan Berbusana Bagi Akademisi





BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia atau kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi. Karena, dari busanalah manusia dalam menutupi berbagai hal yang sepantasnya untuk tidak diperlihatkan dan selain itu juga memiliki fungsi melidungi tubuh manusia dari berbagai gangguan.
Dalam bahasa Jawa, ada suatu pepatah yaitu “Ajine rogo songko busono” yang dapat diartikan bahwa “berharganya badan/tubuh adalah dari busana”. Secara lugas dapat dikatakan bahwa betapa pentingnya busana itu bagi kehidupan manusia, terutama dalam era sekarang ini untuk kepentingan kehidupan sosial manusia.
Sedangkan akademisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang berpendidikan tinggi atau anggota akademi[1]. Sehingga dapat dikatakan bahwa akademisi adalah orang yang memiliki atau menyandang pendidikan tinggi dan memiliki kemampuan tinggi pada bidangnya dengan basis keilmiahan ilmu.
Apabila dikaitkan antara akademisi dan berbusana, merupakan hal yang seharusnya tidak terabaikan. Karena demi menunjang peranya sebagai akdemisi, tampilan luar khususnya dalam berbusana memang bukanlah hal yang sepele, melainkan memerlukan perhatian yang khusus demi menunjangnya performansi sebagai akademisi yang lebih-lebih pendidik adalah sebagai contoh peserta didik yang dijadikan panutan bagi peserta didik.
Hal ini menjadi suatu permasalahan yang begitu menarik untuk menjadi suatu kajian mendalam. Karena dengan hal ini, sebagai seorang akademisi akan lebih memahami bagiama seorang akademisi mampu menempatkan diri dan mampu memahami dirinya semestinya dengan embel-embel “seorang akademisi”. Oleh karena itu, perlu adanya suatu kajian mendalam mengenai hal ini, supaya dapat dipahami dan diterapan bagi penulis sendiri maupun bagi mesyarakat umum yang bersangkutan.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1)      Apa yang dimaksud dengan kepantasan dalam berbusana (etika dalam berbusana)?
2)      Apa yang melatar belakangi perlunya suatu ukuran kepantasan dalam berbusana bagi akademisi?
3)      Bagaimana kepantasan berbusana seorang akademisi?
4)      Apa saja aspek-aspek yang mempengaruhi kepantasan berbusana?
5)      Bagaimana penerapan ukuran kepantasan berbusana bagi akademisi dilakukan?
1.3  Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1)      Mengetahui dan memahami hakikat kepantasan dalam berbusana;
2)      Mengetahui dan memahami latar belakang perlunya suatu ukuran kepantasan dalam berbusana bagi akademisi;
3)      Mengetahui dan memahami kepantasan dalam berbusana bagi seorang akademisi;
4)      Mengetahui dan memahami aspek-aspek yang mempengaruhi kepantasan berbusana;
5)      Mengetahui dan memahami penerapan ukuran penerapan ukuran kepantasan berbusana bagi akademisi dilakukan.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1)      Dapat memahami lebih jauh mengenai hakikat kepantasan dalam berbusana;
2)      Dapat memahami lebih jauh akan hal yang melatarbelakangi perlunya suatu ukuran kepantasan dalam berbusana bagi akademisi;
3)      Memahami lebih jauh mengenai kepantasan dalam berbusana bagi seorang akademisi serta penerapanya.



















BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Kepantasan dalam Berbusana
Kepantasan atau yang biasa disebut dengan kepatutan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai baik, layak, pantas, senonoh; sesuai dengan benar, sepadan, seimban; masuk akal, wajar; sudah seharusnya (sepantasnya, selayaknya)[2].
Dari uraian tersebut, dapat jelaskan bahwa sesuatu yang dikatakan pantas atau patut adalah sesuatu yang baik dalam penilaian baik-buruknya, atau pun layak. Serta dapat dikatakan pantas adalah apabila hal tersebut mamang sudah seharaunya begitu adanya. Sehingga, sesuatu dapat dikatakan pantas apabila sudah lolos uji pandangan nilai etika manusia mengenai baik-buruknya serta memang yang seharusnya terlaksana.
Sedangkan berbusana sendiri, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan kata dasarnya yaitu busana yang adalah kata benda dengan artian pakaian atau baju[3].
Kata ”busana” diambil dari bahasa Sansekerta ”bhusana”. Namun dalam bahasa Indonesia terjadi penggeseran arti ”busana” menjadi ”padanan pakaian”. Meskipun demikian pengertian busana dan pakaian merupakan dua hal yang berbeda. Busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Busana ini mencakup busana pokok, pelengkap (milineris dan aksesories) dan tata riasnya. Sedangkan pakaian merupakan bagian dari busana yang tergolong pada busana pokok. Jadi pakaian merupakan busana pokok yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh.
Busana yang dipakai dapat mencerminkan kepribadian dan status sosial sipemakai. Selain itu busana yang dipakai juga dapat menyampaikan pesan atau image kepada orang yang melihat. Untuk itu dalam berbusana banyak hal yang perlu diperhatikan dan pertimbangkan sehingga diperoleh busana yang serasi, indah dan menarik.
Ilmu tata busana adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara memilih, mengatur dan memperbaiki, dalam hal ini adalah busana sehingga diperoleh busana yang lebih serasi dan indah. Diharapkan pengetahuan ini dapat membantu kita  atau semua pihak yang terlibat pada bidang busana untuk lebih memahami ilmu busana secara umum. Secara garis besar busana meliputi :
1)      Busana mutlak
yaitu busana yang tergolong busana pokok seperti baju, rok, kebaya, blus, bebe dan lain-lain, termasuk pakaian dalam seperti singlet, bra, celana dalam dan lain sebagainya.
2)      Milineris
yaitu pelengkap busana yang sifatnya melengkapi busana mutlak, serta mempunyai nilai guna disamping juga untuk keindahan seperti sepatu, tas, topi, kaus kaki, kaca mata, selendang, scraf, shawl, jam tangan dan lain-lain.
3)      Aksesoris
yaitu pelengkap busana yang sifatnya hanya untuk menambah keindahan sipemakai seperti cincin, kalung, leontin, bross dan lain sebagainya.
a.      Tujuan Berbusana
yaitu memberi ciri bagi sipemakai
1)      Busana merupakan cermin bagi sipemakai
Artinya kita dapat mengatakan sipemakai dari daerah mana, dari negara mana.
2)      Busana yang sedang dipakai memberi ciri untuk kesempatan apa dan waktunya pagi, siang, sore dan malam
3)      Busana dapat memberi kesan anggun, luwes, sportif, lebih gemuk dan lebih cerah.
Dengan tidak kita sadari orang berlomba berbusana sebaik-baiknya untuk menampilkan kesan yang diinginkan sesuai dengan jasmani, rohani, kesempatan dan waktu.
b.      Fungsi dari Busana
1)      Memenuhi kebutuhan kesusilaan dan kebudayaan suatu bangsa yang berkebudayaan    dan menunjang tinggi kesusilaan, pasti menempatkan busana sebagai kebutuhan.
2)      Memenuhi kebutuhan kesehatan Busana gunanya untuk melindungi badan dari udara dingin, panas, angin (artinya sesuai dengan iklim.
3)      Memenuhi kebutuhan keindahan Artinya busana dapat membuat diri seseorang kelihatan indah, dapat menutupi bagian-bagian badan yang kurang ideal.
c.       Macam-Macam Busana
1)      Busana sekolah
Yaitu busana yang dipakai untuk aktivitas sekolah atau bersekolah.
2)      Busana kerja
Busana yang dipakai bekerja sesuai dengan aturan suatu profesi pekerjaanya.
3)      Busana rekreasi
Busana yang dipakai untuk berekreasi.
4)      Busana Pesta
5)      Busana daerah
Busana yang berasal dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia.
6)      Busana adat
Busana yang digunakan untuk upacara adat
7)      Busana berkabung.[4]
Dari uraian diatas mengenai kepantasan dan berbusana, dapat diambil garis besar yang dihubungkan keduanya menjadi suatu kepantasan dalam berbusana. Yaitu bahwa kepantasan dalam berbusana adalah suatu nilaia benar atau kelayakan orang atau individu dalam mengenakan busana. Hal ini tentunya disesuaikan dengan waktu kapan busana itu dikenakan dan dalam situasi yang bagaimana, ataupun yang utama dalam hal ini yang menjadi sorotan adalah dalam hal bidang keahlian yang dimiliki ataupun profesi yang digeluti.
Sebenarnya apabila membahas mengenai kepantasan berbusana adalah suatu hal yang memiliki unsur subjektivitas dari masing-masing sudut pandang. Dalam fakta yang terjadi, suatu kepantasan atau kepatutan suatu aturan yang dalam hal ini adalah busana, dalam pelaksanaanya diatur oleh kode etik profesi yang digeluti ataupun aturan-aturan yang dibuat oleh masing-masing disiplin ataupun instansi yang dinaungi, tentunya hal demikian dilandasi oleh norma dan nilai yang telah ada dan berkembang dalam masyarakt.

2.2 Latar Belakang Perlunya Suatu Ukuran Kepantasan dalam Berbusana bagi Akademisi
Setelah diuraikan mengenai suatu kepantasan berbuasana, sesuai dengan pokok prermasalahan yang dibahas, kepantasan berbusana tersebut diterapkan dalam sosok individu akademisi. Akademisi sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai orang yang berpendidikan tinggi atau anggota akademi.
Dapat dikatakan bahwa akademisi adalah orang berkecimpung dan membidangi di arena dan dunia akademik ilmiah, yang biasanya bermarkas pada kampus-kampus atau universitas. Akademisi biasa juga disebut intelektual. Artinya seorang akademisi dituntut selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kecerdasan intelektual yang dibangun melalui konstruk pemikiran ilmiah[5].
Bertengok kembali pada uraian sebelumnya, yaitu mengenai macam-macam busana, yang salah satunya terdapat busana kerja. Hal tersebut menggambarkan bahwa setiap aktivitas kehidupan manusia telah terklasifikasi jenis busana yang dikenakan. Hal demikian didasari pada peradaban manusia yang semaikn tinggi, membuat manusia memikirkan suatu hal secara mendalam dan lebih rinci demi kepentingan manusia tentunya.
Hal tersebut dapat dikatakan sebagai latar belakang secara umum bahwa dalam profesi atau orang yang bergelum sebagai akademisi perlu untuk mengukur kepantasan busana yang dikenakannya.
Secara khusus, hal yang melatar belakangi perlunya ukuran kepantasan berbusana bagi akademisi dapat dianalisis sebagai berikut:
1)      Sesuai definisi akademisi seperti diatas, bahwa akademisi adalah orang yang berintektual tinggi dan menjadi panutan bagi pihak yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikatakan sudah seharusnya orang menjadi panutan memiliki etikat atau tingkah laku yang baik dan selayaknya sebagai seorang akademisi;
2)      Sebagai pihak yang menghasilkan suatu karya-karya ilmiah atau keilmuan, disamping karya yang seharunya menjadi tolak ukur kualitas akademisi, penampilan atau kenampakkanya juga menjadi suatu penunjang. Dikatakan demikian karena dengan tampilan konkrit mendukung tingkat penghargaan dan kepercayaan khalayak publik terhadap individu akademisi itu sendiri.
3)      Sebagai citra positif dalam pandangan masyarakat apabila akademisi mengenakan atau berbusana dengan pantas. Mengingat akademisi adalah insan pelayan masyarakat, yang seharusnya dapat memiliki pandangan dan paradigma yang baik dalam masyarakat.
4)      Disamping berbagai alasan tersebut, ukuran kepantasan berbuasana bagi akademisi dilaksnakan juga sebagai wujud kepatuhan dan aktualisasi dari kode etik seorang akademisi atau Civitas Akademika.
5)      Dll.

2.3 Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Kepantasan Berbusana
Dalam hal kepantasan berbusana, ada beberapa aspek yang mempengaruhi. Hal tersebut antara lain:
1)      Gaya Berbusana Selebriti
Gaya berbusana setiap orang diekspresikan berbeda dari satu orang ke orang lainnya.Yang paling mudah adalah gaya berpakaian selebriti. Terkadang selebriti merupakan panutan dalam hal berbusana banyak kalangan masyarakat. Segala macam media akan menggunakan gaya berpakaian selebriti dalam menunjukan contoh berpakaian.Para selebriti pun akan makin abadi dalam ingatan banyak orang lewat gaya merka berpakaian.Oleh karena itu tidak jarang banyak orang-orang mengikuti dan meniru gaya berpakaian para selebriti.
2)      Gaya Berbusana Aliran Musik
Jika anda perhatikan genre-genre music memiliki cara berpakaian masing-masing. Dari rock, punk, R n B, Pop, dan dangdut pun punya gaya berdandan yang berlainan.dan tidak jarang banyak orang yang mengikuti dan meniru cara berpakaian mereka sesuai dengan genre musik yang mereka senangi.
3)      Gaya Berbusana Teman-Teman
Sadar atau tidak sadar, teman-teman kita sendiri dapat mempengaruhi cara berpakaian kita sendiri. Teman memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap diri kita, termasuk dalam pemilihan gaya. Karena anda selalu dekat dengan mereka jadi,tanpa sadar anda akan belajar dari mereka dan mengambil sedikit gaya mereka.[6]

2.4 Kepantasan dalam Berbusana Bagi Seorang Akademisi
Mengenai atauran kepantasan berbuasana bagi seorang akademisi, sulit ditemukan yang menguraikan secara resmi mengatakan bahawa seorang akademisi dalam menjalankan aktivitasnya harus mengenakan busana seperti aturan.
selama ini aturan kepantasan dalam berbusana merupakan suatu implementasi dan aktualisasi dari kode etik bagi seorang akademisi. Sebagian besar, kode etik merupakan bagaimana seharusnya seseorang dalam lingkup tersebut mempu memposisikan dan  sesaui dengan aturanya.
Hal yang biasa disebut sebagai kode etik tersebut pada dasarnya juga mengambil dari norma dan nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yang dapat dikatakan bahwa norma yang tumbuh dan berkembang adalah norma belahan bumi ketimuran yang mengedepankan suatu aturan tingkah laku atau etika yang sopan dengan berbagai aturanya.
Dalam uraian yang menuju pada kepantasan berbuasana akademisi, daat ditelusuri dari beberapa hal yang melekat pada akademisi. Antara lain seperti ciri-ciri yang melekat pada masyarakat ilmiah itu antara lain: kritis, obyektif, analitis, kreatif, konstruktif, bebas dari prasangka, kesejawatan/kemitraan, khususnya di antara civitas academicanya, dialogis, memiliki dan menjunjung tinggi norma dan susila akademik serta tradisi ilmiah, dinamis, berorientasi ke masa depan.
Kemudian pada uraian ciri yang melekat pada akademisi tersebut isinya merupakan suatu tata krama akademik yang sebelumnya sudah diuraikan bahwa merupakan implementasi dari sutau nilai atau norma.
Kata “tata krama” terdiri dari kata “tata” dan “krama”. “Tata” berarti adat, aturan, norma, peraturan, dan “krama” berarti sopan santun, bahasa yang amat hormat, kelakuan, tindakan, perbuatan. Dengan demikian, tata krama berarti adat sopan santun, kebiasaan sopan santun, atau tata sopan santun. Tata krama sering pula disebut etiket, yang berbeda pengertiannya dari kata etika dan kode etik[7].
Dari berbagi uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ukuran kepantasan dalam berbuasana bagi akademisi adalah sesuatu yang berbau dengan aturan tatakrama kemudian dikaitkan dengan peranya sebagai pelayan publik sebagai Civitas Akademika, harus berlaku dengan aturan norma atau nilai yang sopan dan santun.
Yang dimaksud dalam hal ini adalah cara berpakaian seorang akademisi merupakan suatu performansi realitas yang di dalamnya diisi dengan cara dan model berpakaian yang rapi dan santun. Selain itu tidak terpisahkan dengan estetika kehidupan sebagai manusia, terutama dalam hal kebersian yang menambah niali keindahan untuk sebagai pandangan mata dan kiblat panutan.

2.5 Penerapan Ukuran Kepantasan Berbusana Bagi Akademisi
Penerapan, merupakan suatu upaya menerapakan atau melakukan secara nyata suatu aturan atau prosedur dan lain sebagainya sesuatu dengan atauran atau kesepakatan yang telah dimiliki.
Dalam hal ini yaitu penerapan ukuran kepantasan berbusana bagi akademisi yaitu merupakan suatu upaya paa akademisi untuk menerapakn atau melaksnakan suatu tindakan nyata atau aplikasi dari aturan dan kode etik yang telah ada bagi akademisi. Aturan yang dimaksud merupakan uraian dari hal-hal yang telah disampaikan sebelumnya pada kode etik dan tata krama sebagai masyarakat ilmiah, yaitu mengenakan busana yang pantas, rapi, sopan, serta juga memperhatikan nilai estetika yang begitu penting bagi kehidupan manusia, lenbih-libih para akademisi adalah pihak pelayan publik yang seharusnya dalam performansi merupakan performansi yang baik dan dapat menjadi panutan.
Selama ini apabila menengok fakta yang berjalan, dalam penerapan kepantasan berbusana pada akademisi, sedikit banyak sudah sesuai dengan norma dan aturan yang telah ada. Lebih-lebih bagi orang-orang yang memiliki etos kerja yang baik dan profesionalitas yang tinggi, tentunya akan sangat taat dan patuh dalam melaksanakan penerapan kepantasan dan berbusana.











BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Kepantasan dalam berbusana adalah suatu nilaia benar atau kelayakan orang atau individu dalam mengenakan busana. Hal ini tentunya disesuaikan dengan waktu kapan busana itu dikenakan dan dalam situasi yang bagaimana, ataupun yang utama dalam hal ini yang menjadi sorotan adalah dalam hal bidang keahlian yang dimiliki ataupun profesi yang digeluti.
Latar belakang secara umum bahwa dalam profesi atau orang yang bergelum sebagai akademisi perlu untuk mengukur kepantasan busana yang dikenakannya.
Ukuran kepantasan dalam berbuasana bagi akademisi adalah sesuatu yang berbau dengan aturan tatakrama kemudian dikaitkan dengan peranya sebagai pelayan publik sebagai Civitas Akademika, harus berlaku dengan aturan norma atau nilai yang sopan dan santun.
Yang dimaksud dalam hal ini adalah cara berpakaian seorang akademisi merupakan suatu performansi realitas yang di dalamnya diisi dengan cara dan model berpakaian yang rapi dan santun. Selain itu tidak terpisahkan dengan estetika kehidupan sebagai manusia, terutama dalam hal kebersian yang menambah niali keindahan untuk sebagai pandangan mata dan kiblat panutan.
Penerapan ukuran kepantasan berbusana bagi akademisi yaitu merupakan suatu upaya paa akademisi untuk menerapakn atau melaksnakan suatu tindakan nyata atau aplikasi dari aturan dan kode etik yang telah ada bagi akademisi. Aturan yang dimaksud merupakan uraian dari hal-hal yang telah disampaikan sebelumnya pada kode etik dan tata krama sebagai masyarakat ilmiah, yaitu mengenakan busana yang pantas, rapi, sopan, serta juga memperhatikan nilai estetika yang begitu penting bagi kehidupan manusia, lenbih-libih para akademisi adalah pihak pelayan publik yang seharusnya dalam performansi merupakan performansi yang baik dan dapat menjadi panutan.
3.2 Saran
Suatu ukuran kepantasan, merupakan suatu aturan yang baik secara tersurat amupun tersirat adalah suadh hal yang seharusnya menjadi kepatuhan, meski hal tersebut tidak selalu menjadi atauran yang nampak dan bisa dilihat secara konkret.
Suatu aturan atau kesepakatan dibuat, tentunya bukanlah menjadi suatu hal yang menjadi suatu keburukan, tidak lain adalah tentunya untuk menuju suatu hal yang lebih baik. Oleh karena itu apabila terposisi menjadi masyarakat akademik atau akademis, selalu upayakan berbusana sesuai dengan aturan yang pada bagian pembahsan dibahas secara mendalam.
Tentunya hal tersebut merupakan suatu kebaikan yang perlu dikejar dan diwujudkan demi terwujudnya konkret nyata seorang akademisi dengan berbagai ciri dan tatakrama yang melekat padanya.













DAFTAR PUSTAKA
Beibeth. 2012. Definisi Busana. http://beibethboutique.blogspot.co.id/2012/04/definisi-busana.html. [25 November 2015].
Dardiri, Achmad. ..... Tata Krama Akademik dan Kode Etik Guru. ......:..... pdf. hlm. 1-2. [26 November 2015].
Dwi Jatmiko. 2014. Etika Berpakaian dengan Baik http://sangpujanggakecil.blogspot.co.id/2014/11/etika-berpakaian-dengan-baik.html [26 Novmber 2015].
http://kbbi.web.id/akademisi. [25 November 2015].
http://kbbi.web.id/patut. [25 November 2015].
http://kbbi.web.id/busana. (25 November 2015].
Kompasiana. 2015. Apa Beda Politisi dan Akademisi?. http://www.kompasiana.com/bambangjes/apa-beda-politisi-dan-akademisi_550e0633813311b92cbc60de. [25 November 2015].







[1] http://kbbi.web.id/akademisi. [25 November 2015].
[2] http://kbbi.web.id/patut. [25 November 2015].
[3] http://kbbi.web.id/busana. (25 November 2015].
[4] Beibeth. 2012. Definisi Busana. http://beibethboutique.blogspot.co.id/2012/04/definisi-busana.html. [25 November 2015].
[5] Kompasiana. 2015. Apa Beda Politisi dan Akademisi?. http://www.kompasiana.com/bambangjes/apa-beda-politisi-dan-akademisi_550e0633813311b92cbc60de. [25 November 2015].
[26 Novmber 2015]
[7] Dardiri, Achmad. ..... Tata Krama Akademik dan Kode Etik Guru. ......:..... pdf. hlm. 1-2. [26 November 2015].

0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Sample Text

Sample text

Total Tayangan Halaman

Social Icons

Blogger templates

Feature (Side)

Blogger news

Pages

AD (728x90)

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

Pengikut

Featured Posts

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget