Rabu, 29 April 2015

PERANG JEPANG-RUSIA 1904-1905





BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan. [1]
Pemerintahan Kaisar Mutsuhito merupakan salah satu periode yang paling istimewa dalam sejarah bangsa Jepang. Dalam pemerintahan Kaisar Mutsuhito, jepang bergerak maju sehingga hanya dalam beberapa dasawarsa telah mencapai sebuah pembentukan negara yang maju dan moderen. Dari kemajuan yang telah dimiliki jepang tersebut, mendorong jepang untuk menjadi negara imperialis.[2]
Menjadinya jepang sebagai negara imperialis, tentu saja selalu memiliki gairah untuk menguasai daerah atau negara lain. Yang tentunya akan membawa berbagai dampak dalam perjalanan hidup Jepang.
Begitu juga dengan perang yang terjadi antara Jepang dengan Rusia. Seperti yang dikemukakan diatas bahwa perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan suatu dominasi pada suatu wilayah. Hal ini sangat sesuai dengan kasus yang disandang Jepang. Upaya ekspansinya ke daerah Tiongkok (Cina) yang tentunya terjadi peperangan antara keduanya dan menghasilkan Jepang sebagai pemenangnya, menimbulkan berbagai reaksi dunia. Mengingat jepang adalah negara yang jauh dibawah Cina namun mampu memenangkan peperangan. Perang tersebut berakhir dengan perjanjian Shimonoseki pada 17 April 1895 yang sangat merugikan Cina sebagai pihak yang kalah.
Berita tersebut nampaknya membawa reaksi yang begitu luarbiasa bagai bangsa lain terutama bangsa barat, sehingga menimbulkan Triple Intervension dari Rusia, Prancis, dan Jerman. Tentunya karena negara-negara tersebut memiliki suatu upaya kepentingan dengan Cina, sehingga melakukan Intervensi tersebut terutama pihak Rusia. Akhirnya menimbulkan segitiga konflik antara Rusia, Cina, dan Jepang dan berujunga pada pecahnya perang antara Jepang dan Rusia.
Banyak hal yang terdapat dalam perang anatara Rusia dan Jepang tersebut untuk diungkap. Maka dari itu perlu adanya kajian mendalam akan hal tersbut, dan makalah ini membahas mengenai perang Jepang dan Rusia tersebut.
1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1)      Apa yang dimaksud dengan perang?
2)      Bagaimana keadaan sebelum terjadinya perang Jepang-Rusia 1904-1905?
3)      Apa latar belakang terjadinya perang atanra Jepang dengan Rusia 1904-1905?
4)      Bagaimana proses awal sampai berakhirnya perang antara Jepang dan Rusia 1904-1905?
5)      Bagaimana dampak dan keadaan setelah  terjadinya perang antara Jepang dan Rusia tahun 1904-1905?
1.3  Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1)      Mengetahui dan memahami pengertian perang;
2)      Mengetahui dan memahami keadaan sebelum dan latar belakang terjadinya perang antara Jepang dan Rusia 1904-1905;
3)      Mengetahui dan memahami proses perang antara Jepang dan Rusia 1904-1905, mulai awal sampai berakhirnya perang;
4)      Mengetahui dan memahami damapak dan keadaan setelah terjadinya perang antara Jepang dan Rusia 1904-1905.
Berdasarkan tujuan makalah diatas, maka manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1)      Dapat mengetahui lebih dalam akan pengertian perang dan perang yang terjadi antara Jepang dan Rusia 1904-1905;
2)      Dapat mengetahui lebih dalam akan prosesi perang dari awal sampai akhir serta dampaknya pada perang antara Jepang dan Rusia 1904-1905.
















BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perang adalah permusuhan antara dua negara (bangsa, agama, suku, dsb), pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan atau lebih (tentara, laskar, pemberontak, dsb), perkelahian, konflik, cara mengungkapkan permusuhan.[3]
Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan. Perang secara purba di maknai sebagai pertikaian bersenjata. Di era modern, perang lebih mengarah pada superioritas teknologi dan industri. Hal ini tercermin dari doktrin angkatan perangnya seperti "Barang siapa menguasai ketinggian maka menguasai dunia". Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan atas ketinggian harus dicapai oleh teknologi. Namun kata perang tidak lagi berperan sebagai kata kerja, namun sudah bergeser pada kata sifat. Yang memopulerkan hal ini adalah para jurnalis, sehingga lambat laun pergeseran ini mendapatkan posisinya, namun secara umum perang berarti "pertentangan".
Secara spesifik dan wilayah filosofis, perang merupakan turunan sifat dasar manusia yang tetap sampai sekarang memelihara dominasi dan persaingan sebagai sarana memperkuat eksistensi diri dengan cara menundukkan kehendak pihak yang dimusuh. Dengan mulai secara psikologis dan fisik. Dengan melibatkan diri sendiri dan orang lain, baik secara kelompok atau bukan. Perang dapat mengakibatkan kesedihan dan kemiskinan yang berkepanjangan. Dan penyebab terjadinya perang di antaranya adalah:
1.       Perbedaan ideologi;
2.       Keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan;
3.       Perbedaan kepentingan;
4.       Perampasan sumber daya alam (minyak, hasil pertanian, dll).[4]

2.2 Keadaan Sebelum Perang Jepang-Rusia 1904-1905
Sebelum membicarakan persengketaan/perang antara Jepang dengan Rusia, perlulah kiranya untuk mengetahui lebih dahulu peristiwa-peristiwa yang mengawali perang tersebut.
Pada 1900 M. Golongan konservatif di Cina mendirikan suatu perkumpulan rahasia yang terkenal dengan nama Yi Ho Tuan, oleh orang-orang barat disebut “Boxers”. Gerakan ini berusaha untuk menyelamatkan negara dari pendudukan bangsa-bangsa barat. Gerakan ini meletuskan pemberontakan pertama kali di Shantung, kemudian meluas ke tempat lain terutama ke Peking. Delegasi-delegasi asing yang ada di Peking dikepung oleh gerakan tersebut. Negara-negara barat yang mempunyai perwakilan di Peking segera membentuk pasukan Internasional (terdiri dari 8 negara yakni Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Rusia, Prancis, Italia, Austria, dan Jepang) untuk mengahadapi Pemberontakan Boxers. Berkat adanya persatuan angkatan perang internasional tersebut, akhirnya pemberontakan Boxers tersebut dapat ditindas dan diakhiri dengan Protokol Peking pada 1901 M. Yang isinya:
1.      Cina harus membayar kerugian perang sebesar 450 Tael dalam jangka waktu 39 tahun dengan tanggungan bea cukai;
2.      Pemerintahan Cina harus minta maaf atas terbunuhnya Baron Von Ketteler dan Sujiwara kepada Jerman dan Jepang;
3.      Gerakan anti asing dilarang.
Dengan adanya kekacauan yang ditumbulkan oleh Boxers tersebut, Rusia berkesempatan untuk mengirimkan pasukanya ke Manchuria untuk melindungi warga negara dan kekayaanya. Rusia memberitahukan kepada negara-negara barat bahwa pengiriman tersebut hanya bersifat sementara, dan jika situasi telah aman akan segera ditarik kembali. Tapi kenyataanya, setelah pemberontakan Boxers berakhir, tentara Rusia tetap ditempatkan di daerah tersebut.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran di pihak negara-negara barat, khususnya Inggris, begitu juga dengan Jepang. Mereka bersama-sama dengan Amerika Serikat, mengajukan protes. Mereka meminta jaminan atas keutuhan territorial dan politik pintu terbuka (open door policy) atau persamaan hak dalam bidang politik bagi orang-orang asing di Manchuria dan Cina. Rusia tetap tidak menghiraukan protes tersebut. Bagi Jepang suatu tindakan Rusia di Manchuria berarti mendekati Korea, mendekati Korea berarti mendekati Jepang, maka Jepang lebih keras memprotes tindakan Rusia tersebut. Berkali-kali diadakan perundingan antara keduanya, tetapi selalu gagal, karena mereka berpegang pada prinsip mereka masing-masing. Pemerintah Tsar menyatakan bahwa Jepang tidak berhak mencampuri urusan Manchuria. Jepang yang telah tahu dan telah memperhitungkan bahwa konflik kedua belah pihak tidak dapat diatasi dengan jalan damai, maka Jepang makin memperkuat pasukanya. Selanjutnya Jepang mengadakan pakta bersama Inggris. Persekutuan Jepang-Inggris berhasil ditandatangani pada 30 Januari 1902 M, yang isinya:
1.      Bila salah satu negara anggota persekutuan terlibat dalam perang dengan negara lain, maka pihak anggota yang satu harus bersikap netral dan berusaha mencegah segala usaha yang akan menyerang persekutuan tersebut;
2.      Bila suatu negara yang tergabung dalam persekutuan itu berperang melawan persekutuan negara lain, maka anggota yang lain berkewajiban memberi bantuan;
3.      Persekutuan itu akan berlangsung selama 5 tahun.
Persekutuan ini berarti suatu kemajuan pula bagi Jepang dikalangan dunia internasional, dan ini merupakan persekutuan yang pertamakali antara negara barat dengan negara timur atas dasar sama rata. Bagi Jepang yang berarti suatu pengakuan dunia internasional. Dengan persekutuan tersebut memungkinkan Jepang untuk mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk menyelamatkan kepentingan Rusia.

2.3 Latar Belakang Perang Jepang dan Rusia 1904-1905
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, berbagai negara Barat bersaingan memperebutkan pengaruh, perdagangan dan wilayah di Asia Timur sementara Jepang berjuang untuk menjadi sebuah negara modern yang besar. Lokasi Jepang mendorongnya untuk memusatkan perhatian pada Dinasti Choson Korea dan Dinasti Qing di Tiongkok utara, sehingga membuat negara itu bersaingan dengan tetangganya, Rusia. Upaya Jepang untuk menduduki Korea menyebabkan pecahnya Perang Tiongkok-Jepang.
Kekalahan yang dialami Tiongkok dalam perang itu menyebabkan ditandatanganinya Perjanjian Shimonoseki (17 April 1895). Dengan perjanjian itu Tiongkok melepaskan klaimnya atas Korea, dan menyerahkan Taiwan dan Lüshunkou (sering disebut Port Arthur).
Bagi Jepang, kemenangan akan menjadi lengkap jika tidak dirusak oleh kekuatan Barat. Setelah perang, Jepang memenangkan hadiah paling besar dari perang tersebut yaitu semenanjung Liaodong tetapi akhirnya dipaksa menyerah oleh intervensi tiga aliansi Rusia, Prancis, dan Jerman.[5]
Tiga kekuatan Barat (Rusia, Jerman, dan Prancis) melalui Intervensi Tiga Negara pada 23 April 1895 menekan Jepang untuk menyerahkan Port Arthur, dan belakangan Rusia (tahun 1898) merundingkan penyewaan pangkalan Angkatan Laut selama 25 tahun dengan Tiongkok. Sementara itu, pasukan-pasukan Rusia menduduki sebagian besar wilayah Manchuria dan Rusia maupun Jepang berusaha mengambil alih Korea.
Setelah gagal mendapatkan perjanjian yang menguntungkannya dengan Rusia, Jepang mengirimkan sebuah ultimatum pada 31 Desember 1903, memutuskan hubungan diplomatik pada 6 Februari, dan mulai menyerang dua hari kemudian. Kedua pihak mengeluarkan pernyataan perang pada 10 Februari. Di bawah hukum internasional, serangan Jepang tidak dapat dianggap sebagai serangan tersembunyi, karena ultimatum telah dikeluarkan. Namun demikian, setelah serangan Pearl Harbor, seringkali dikatakan bahwa ini adalah salah satu contoh betapa Jepang suka melakukan serangan mendadak.[6]
Secara umum sebab-sebab terjadinya perang Jepang Rusia, adalah sebagai berikut:
1.      Baik Jepang maupun Rusia mempunyai kepentingan politik dan ekonomi yang sama terhadap Korea dan Manchuria;
2.      Jepang menghendaki agar masalah Manchuria diselesaikan langsung dengan Tsar Rusia.
Pembicaraan antara Jepang-Rusia terus dilakukan, namun selalu tidak ada titik temu. Oleh karena pertemuan-pertemuan selalu mengalami kegagalan, maka satu-satunya jalan penyelesaian ialah perang.[7]


2.4  Proses Awal Sampai Berakhirnya Perang Antara Jepang dan Rusia 1904-1905
Politik ekspansi Jepang dan Rusia di Asia Timur telah menyebabkan pertikaian segituga antara Cina-Jepang-Rusia dan menimbulkan perang Jepang-Cina tahun 1894-1895. Kalahnya Cina oleh Jepang menimbulkan Triple Intervension (Rusia, Prancis, dan Jerman) tahun 1895 yang menuntut Jepang mengembalikan semenenjung Liaotung kepada Cina, pembagian daerah pengaruh (1895-1899), serta politik Pintu Terbuka tahun 1899 di Cina oleh negara-negara barat sehingga menyebabkan timbulnya gerakan pemberontakan besar tahun 1900.
Pemberontakan Boxer tersebut menjadikan Rusia menduduki Manchuria dan Jepang merupakan negara yang paling banyak mengirim tentara diantara 8 negara (Amerika, Inggris, Jepang, Jerman, Prancis, Rusia, Italia, dan Austria) yang mengirim tentara ke Cina saat pemberontakan Boxer berlangsung. Setelah Protokol Peking disetujui tahun 1901, Rusia tidak mau untuk menarik pasukanya dari Manchuria walaupun dituntut oleh Cina dan diprotes oleh Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat. Tindakan Rusia tersebut membuat marah Jepang setelah adanya Triple Intervension tahun 1989 dan diambilnya semenanjung Liaotung oleh Rusia.
Sikap Rusia yag tidak menerima Politik Pintu Terbuka dan tidak mau menarik pasukanya dari Manchuria, menyebabkan renggangnya hubungan dengan Amerika Serikat dan sikap Rusia tersebut juga mengancam kepentingan Inggris dan Program ekspansi Jepang membentuk negara Asia Timur. Hal ini mendorong untuk terbentuknya Perserikatan Inggris-Jepang 1902 untuk menghadapi Rusia.
Rusia menerima permintaan untuk menarik pasukanya dari Manchuria, tetapi pasukan-pasukan Rusia tersebut tidak ditarik kembali ke negaranya melainkan hanya ditarik mundur sedikit dan ditempatkan daerah-daerah bagian Manchuria. Perebutan atas Manchuria tersebut menyebabkan ketegangan antara Jepang dan Rusia. Masing-masing negara tersebut (Jepang-Rusia) menginginkan menjadai negara paling berpengaruh di daerah Manchuria pada khususnya di Cina pada umumnya. Tindakan-tindakan yang dilakaukan oleh Rusia tersebut dianggap membahayakan oleh Jepang, begitu pula sebaliknya tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Jepang dianggap membahayakan oleh Rusia. Ketegangan Jepang dan Rusia semakin memuncak sehingga perang Jepang-Rusia tidak dapat dihindari.
Port Arthur, di semenanjung Liaodong di selatan Manchuria, telah diperkuat Rusia sehingga menjadi sebuah pangkalan Angkatan Laut besar. Jepang membutuhkan kekuasaan laut untuk berperang di daratan Asia, karena itu tujuan militer pertama mereka adalah menetralkan armada Rusia di Port Arthur. Pada 8 February malam, armada Jepang di bawah pimpinan Admiral Heihachiro Togo memulai peperangan dengan sebuah serangan torpedo mendadak pada kapal-kapal Rusia di Port Arthur, sehingga membuat dua kapal perang Rusia rusak parah.
Serangan-serangan itu berkembang menjadi pertempuran lain antara Jepang-Rusia untuk selanjutnya. Serangkaian pertempuran laut yang tidak memberikan hasil yang menentukan pun terjadi antara Jepang dan Rusia. Pada kesempatan itu, Jepang tidak berhasil menyerang Rusia dengan menggunakan meriam-meriam darat dari pelabuhan, dan armada Rusia menolak untuk meninggalkan pelabuhan itu dan pergi ke laut terbuka. Pertempuran-pertempuran ini memberikan perlindungan bagi pasukan Jepang untuk mendaratkan pasukanya dekat Incheon di Korea dan dari daerah dekat Incheon tersebut pasukan Jepang menduduki Seoul dan berikutnya seluruh Korea. Pada akhir April tahun 1904, tentara Jepang di bawah Kuroki Itei bersiap-siap menyeberangi sungai Yalu ke Manchuria yang saat itu diduduki Rusia.
Pada 1 Mei 1904, pecahlah Pertempuran Sungai Yalu, dalam pertempuran ini pasukan-pasukan Jepang menyerang sebuah posisi Rusia setelah mereka menyeberangi Sungai Yalu tanpa menghadapi perlawanan. Hal ini merupakan sebuah pertempuran besar pertama di daratan. Pasukan-pasukan Jepang bergerak maju dan mendarat di beberapa titik di pantai Manchuria, serta melakukan sejumlah pertempuran hingga memukul balik pasukan-pasukan Rusia di Port Arthur.
Pertempuran laut terbesar dan menjadi penentu kemenangan Jepang dan Rusia adalah pertempuran laut Tsushima pada tanggal 27-28 Mei 1905. Armada Rusia berlayar dari selatan ke barat daya menuju utara-timur laut; Armada Jepang datang dari barat menuju timur laut. Walaupun berisiko kehilangan sebagian dari armadanya, Laksamana Togo memerintahkan kapal-kapal perangnya untuk berbalik arah satu per satu agar bisa berhadapan dengan armada Rusia. Kapal-kapal Jepang berbalik arah dengan selamat, kedua armada saling berhadapan terpisah jarak 6.200 meter.
Kapal-kapal dalam pertempuran laut tersebut melepaskan tembakan meriam pada jarak yang sangat dekat. Laksamana Togo unggul karena armada Rusia tidak bersiap mengahadapi serangan. Sejak perang dimulai, awak kapal perang Jepang sudah terus-menerus berlatih menembakkan meriam dengan peluru sub-kaliber. Armada Laksamana Togo memiliki penembak meriam yang lebih unggul dan tembakan meriam tersebut lebih sering mengenai sasaran. Selain itu, kualitas amunisi Jepang waktu itu lebih baik dibandingkan Amunisi Rusia. Tembakan meriam kapal-kapal Jepang juga lebih akurat karena lebih banyak instrumen pengukur jarak dibandingkan kapal Rusia.
Armada Baltik Rusia sedang tidak dalam kondisi siap tempur. Selain 4 kapal perang terbaru kelas Borodino, armada Baltik terdiri darai kapal model lama dan tidak terpelihara dengan baik. Pelayaran panjang menyebabkan bagian bawah lambung kapal kotor karena kurangnya waktu pemeliharaan. Akibatnya, kecepatan kapal Rusia menjadi berkurang. Kapal-kapal Laksamana Togo bisa memiliki kecepatan maksimum 16 knot (30 km/jam), sedangkan kapal-kapal Laksamana Rozhestvensky hanya memiliki kecepatan maksimum 9 knot (17 km/jam). Laksamana Togo memanfaatkan keunggulan manuver kapal-kapalnya, dan sempat melakukan taktik pertempuran laut.
Laksamana Rozhestvensky tewas akibat pertempuran laut Tsushima tersebut. Pada 27 Mei 1905, armada Rusia kehilangan kapal tempur Knyaz’Suvorov, Oslyabya, Emperor Alexander III, dan Borodino. Kapal-kapal Jepang hanya mengalami kerusakan ringan, terutama kapal tempur Jepang Mikasa. Setelah meningalnya Laksamana Rozhestvensky, Laksamana Muda Nebigatov mengambil alih komando armada Rusia. Kapal-kapal torpedo dan kapal perusak Jepang mulai memburu kapal-kapal aramada Rusia yang berpencar dalam kelompok-kelompok kecil dan berusaha melarikan diri ke utara. Kapal tempur Navarin yang memang sudah tua, tenggelam. Kapal tempur Sisoy Veliki dan dua kapal penjelajah tua rusak berat.
Keempat kapal perang lain dibawah komando Laksamana Muda Nebigatov dipaksa untuk menyerah. Dari keempat kapal tersebut hanya terdapat satu kapal perang modern , kapal tempur Orel, sedangkan selebihnya merupakan kapal tempur tua Emperor Nikolay I, dan dua kapal perang Apraxin dan Admiral Senyavin. Keempat kapal tersebut tidak akan mampu bertahan atas serangan armada Jepang. Kapal perang Admiral Ushakov menolak untuk menyerah dan ditenggelamkan kapal penjelajah Jepang.
Kapal penjelajah dari pihak Rusia, Dmitri Donskoy berjuang melawan 6 kapal penjelajah Jepang. Walaupun akhirnya rusak berat dan harus ditenggelamkan. Tiga kapal penjelajah Rusia; Aurora, Zhemtchug, dan Oleg berhasil lolos ke pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Manila dan ditahan. Rusia kehilangan hampir seluruh kapal Armada Baltik dalam pertempuran di Selat Tsusima. Pihak Jepang hanya kehilangan 3 kapal torpedo, peristiwa ini meruntuhkan prestice Rusia di dunia Internasional.
Berikut ini kapal-kapal yang digunakan oleh Jepang dan Rusia selama peperangan berlangsung:
a.       Angkatan Laut Jepang
1.      Skuadron Utama
a)      Kapal Perang;
1)      Asashi;
2)      Mikasa;
3)      Shikishima;
4)      Yashima;
5)      Fuji.
b)      Divisi Pertama Kapal Penjelajah:
1)      Issumo;
2)      Asama;
3)      Tokiwa;
4)      Swata;
5)      Yakumo;
6)      Tsuma.
c)      Divisi Kedua Kapal Penjelajah:
1)      Chitose;
2)      Takasago;
3)      Kasagi;
4)      Yoshino.
d)     Divisi Tiga dan Empat adalah kapal torpedo besar.
2.      Skuadron Konvoi/ Kapal Penjelajah
a)      Takachiho;
b)      Nanima;
c)      Chiyoda;
d)     Okitssakima.
3.      Konvoi
a)      Heigen;
b)      Seigen;
b.      Angkatan Laut Rusia
1.      Skuadron Utama
a)      Kapal Perang:
1)      Sisoy Veliki;
2)      Orel;
3)      Emmperor Nikolay I;
4)      Admiral Ushakov;
5)      Admiral Senyavin;
6)      Patrepavlevsk;
7)      Polkava;
8)      Sevastepol;
9)      Peresvvet;
10)  Pobisda;
11)  Retvisan;
12)  Tsarevitch;
13)  Navarin;
14)  Aproxin.
b)      Divisi Kapal Penjelajah
1)      Aurora;
2)      Almas;
3)      Oleg;
4)      Zhemtchug;
5)      Bayan;
6)      Diana;
7)      Pallada;
8)      Askold;
9)      Novik;
10)  Boyarin;
11)  Varyag;
12)  Dmitri donskey
c)      Skuadron Penjelajah
a)      Rossia;
b)      Rurik;
c)      Gramovse;
d)     Bogatyr.
Pada tangal 28 Mei 1905, pihak Rusia mengakui kekalahan atas militer Jepang, setelah kekalahan Rusia tersebut, pada tanggal 5 September 1905 diadakan perjanjian Postmouth, di New Hampshire, Amerika Serikat. Pihak Rusia diwakili oleh Count Witte dan Barron Rosen, sedangkan pihak Jepang diwakili oleh Takahira dan Menteri Luar Negeri Komura. Perjanjian Postmouth terdiri dari 15 pasal, tetapi bagian yang terpenting dalam perjanjian antara lain:[8]
Treaty of Portsmouth

The Treaty of Portsmouth, 1905 - September 5, 1905.

The Emperor of Japan on the one part, and the Emperor of all the Russias, on the other part, animated by a desire to restore the blessings of peace, have resolved to conclude a treaty of peace, and have for this purpose named their plenipotentiaries, that is to say, for his Majesty the Emperor of Japan, Baron Komura Jutaro, Jusami, Grand Cordon of the Imperial Order of the Rising Sun, his Minister for Foreign Affairs, and his Excellency Takahira Kogoro, Imperial Order of the Sacred Treasure, his Minister to the United States, and his Majesty the Emperor of all the Russias, his Excellency Sergius Witte, his Secretary of State and President of the Committee of Ministers of the Empire of Russia, and his Excellency Baron Roman Rosen, Master of the Imperial Court of Russia, his Majesty's Ambassador to the United States, who, after having exchanged their full powers, which were found to be in good and due form, and concluded the following articles:
ARTICLE I.
There shall henceforth be peace and amity between their Majesties the Emperor of Japan and the Emperor of all the Russias, and between their respective States and subjects.
ARTICLE II.
The Imperial Russian Government, acknowledging that Japan possesses in Korea paramount political, military and economical interests engages neither to obstruct nor interfere with measures for guidance, protection and control which the Imperial Government of Japan may find necessary to take in Korea. It is understood that Russian subjects in Korea shall be treated in exactly the same manner as the subjects and citizens of other foreign Powers; that is to say, they shall be placed on the same footing as the subjects and citizens of the most favored nation. It is also agreed that, in order to avoid causes of misunderstanding, the two high contracting parties will abstain on the Russian-Korean frontier from taking any military measure which may menace the security of Russian or Korean territory.
ARTICLE III.
Japan and Russia mutually engage:
First. -- To evacuate completely and simultaneously Manchuria, except the territory affected by the lease of the Liaotung Peninsula, in conformity with the provisions of the additional article I annexed to this treaty, and,
Second.--To restore entirely and completely to the exclusive administration of China all portions of Manchuria now in occupation, or under the control of the Japanese or Russian troops, with the exception of the territory above mentioned.
The Imperial Government of Russia declares that it has not in Manchuria any territorial advantages or preferential or exclusive concessions in the impairment of Chinese sovereignty, or inconsistent with the principle of equal opportunity.
ARTICLE IV.
Japan and Russia reciprocally engage not to obstruct any general measures common to all countries which China may take for the development of the commerce or industry of Manchuria.
ARTICLE V.
The Imperial Russian Government transfers and assigns to the Imperial Government of Japan, with the consent of the Government of China, the lease of Port Arthur, Talien and the adjacent territorial waters, and all rights, privileges and concessions connected with or forming part of such lease, and it also transfers and assigns to the Imperial government of Japan all public works and properties in the territory affected by the above-mentioned lease.
The two contracting parties mutually engage to obtain the consent of the Chinese Government mentioned in the foregoing stipulation.
The Imperial Government of Japan, on its part, undertakes that the proprietary rights of Russian subjects in the territory above referred to shall be perfectly respected.
ARTICLE VI.
The Imperial Russian Government engages to transfer and assign to the Imperial Government of Japan, without compensation and with the consent of the Chinese Government, the railway between Chang-chunfu and Kuanchangtsu and Port Arthur, and all the branches, together with all the rights, privileges and properties appertaining thereto in that region, as well as all the coal mines in said region belonging to or worked for the benefit of the railway. The two high contracting parties mutually engage to obtain the consent of the Government of China mentioned in the foregoing stipulation.
ARTICLE VII.
Japan and Russia engage to exploit their respective railways in Manchuria exclusively for commercial and industrial purposes and nowise for strategic purposes. It is understood that this restrictiction does not apply to the railway in the territory affected by the lease of the Liaotung Peninsula.
ARTICLE VIII.
The imperial Governments of Japan and Russia with the view to promote and facilitate intercourse and traffic will as soon as possible conclude a separate convention for the regulation of their connecting railway services in Manchuria.
ARTICLE IX.
The Imperial Russian Government cedes to the Imperial Government of Japan in perpetuity and full sovereignty the southern portion of the Island of Saghalin and all the islands adjacent thereto and the public works and properties thereon. The fiftieth degree of north latitude is adopted as the northern boundary of the ceded territory. The exact alignment of such territory shall be determined in accordance with the provisions of the additional article II annexed to this treaty.
Japan and Russia mutually agree not to construct in their respective possessions on the Island of Saghalin or the adjacent islands any fortification or other similar military works. They also respectively engage not to take any military measures which may impede the free navigation of the Strait of La Perouse and the Strait of Tartary.
ARTICLE X.
It is reserved to Russian subjects, inhabitants of the territory ceded to Japan, to sell their real property and retire to their country, but if they prefer to remain in the ceded territory they will be maintained protected in the full exercise of their industries and rights of propperty on condition of of submitting to the Japanese laws and jurdisdiction. Japan shall have full liberty to withdraw the right of residence in or to deport from such territory of any inhabitants who labor under political or administrative disability. She engages, however, that the proprietary rights of such inhabitants shall be fully respected.
ARTICLE XI.
Russia engages to arrange with Japan for granting to Japanese subjects rights of fishery along the coasts of the Russian possession in the Japan, Okhotsk and Bering Seas.
It is agreed that the foregoing engagement shall not affect rights already belonging to Russian or foreign subjects in those regions.
ARTICLE XII.
The treaty of commerce and navigation between Japan and Russia having been annulled by the war the Imperial Governments of Japan and Russia engage to adopt as a basis for their commercial relations pending the conclusion of a new treaty of commerce and navigation the basis of the treaty which was in force previous to the present war, the system of reciprocal treatment on the footing of the most favored nation, in which are included import and export duties, customs formalities, transit and tonnage dues and the admission and treatment of agents, subjects and vessels of one country in the territories of the other.
ARTICLE XIII.
As soon as possible after the present treaty comes in force all prisoners of war shall be reciprocally restored. The Imperial Governments of Japan and Russia shall each appoint a special commissioner to take charge of the prisoners. All prisoners in the hands of one Government shall be delivered to and be received by the commissioner of the other Government or by his duly authorized representative in such convenient numbers and at such convenient ports of the delivering State as such delivering State shall notify in advance to the commissioner of the receiving State.
The Governments of Japan and Russia shall present each other as soon as possible after the delivery of the prisoners is completed with a statement of the direct expenditures respectively incurred by them for the care and maintenance of the prisoner from the date of capture or surrender and up to the time of death or delivery. Russia engages to repay as soon as possible after the exchange of statement as above provided the difference between the actual amount so expended by Japan and the actual amount similarly disbursed by Russia.
ARTICLE XIV.
The present treaty shall be ratified by their Majesties the Emperor of Japan and the Emperor of all the Russias. Such ratification shall be with as little delay as possible, and in any case no later than fifty days from the date of the signature of the treaty, to be announced to the Imperial Governments of Japan and Russia respectively through the French Minister at Tokio and the Ambassador of the United States at St. Petersburg, and from the date of the latter of such announcements shall in all its parts come into full force. The formal exchange of ratifications shall take place at Washington as soon as possible.
ARTICLE XV.
The present treaty shall be signed in duplicate in both the English and French languages. The texts are in absolute conformity, but in case of a discrepancy in the interpretation the French text shall prevail.
SUB-ARTICLES
In conformity with the provisions of articles 3 and 9 of the treaty of the peace between Japan and Russia of this date the undersigned plenipotentiaries have concluded the following additional articles:
SUB-ARTICLE TO ARTICLE III.
The Imperial Governments of Japan and Russia mutually engage to commence the withdrawal of their military forces from the territory of Manchuria simultaneously and immediately after the treaty of peace comes into operation, and within a period of eighteen months after that date the armies of the two countries shall be completely withdrawn from Manchuria, except from the leased territory of the Liaotung Peninsula. The forces of the two countries occupying the front positions shall first be withdrawn.
The high contracting parties reserve to themselves the right to maintain guards to protect their respective railway lines in Manchuria. The number of such guards shall not exceed fifteen per kilometre and within that maximum number the commanders of the Japanese and Russian armies shall by common accord fix the number of such guards to be mployed as small as possible while having in view the actual requirements.
The commanders of the Japanese and Russian forces in Manchuria shall agree upon the details of the evacuation in conformity with the above principles and shall take by common accord the measures necessary to carry out the evacuation as soon as possible, and in any case not later than the period of eighteen months.
SUB-ARTICLE TO ARTICLE IX.
As soon as possible after the present treaty comes into force a committee of delimitation composed of an equal number of members is to be appointed by the two high contracting parties which shall on the spot mark in a permanent manner the exact boundary between the Japanese and Russian possessions on the Island of Saghalin. The commission shall be bound so far as topographical considerations permit to follow the fiftieth parallel of north latitude as the boundary line, and in case any deflections from that line at any points are found to be necessary compensation will be made by correlative deflections at other points. It shall also be the duty of the said commission to prepare a list and a description of the adjacent islands included in the cession, and finally the commission shall prepare and sign maps showing the boundaries of the ceded territory. The work of the commission shall be subject to the approval of the high contracting parties.
The foregoing additional articles are to be considered ratified with the ratification of the treaty of peace to which they are annexed.
In witness whereof the respective plenipotentiaries have signed and affixed seals to the present treaty of peace.
Done at Portsmouth, New Hampshire, this fifth day of the ninth month of the thirty-eighth year of the Meijei, corresponding to the twenty-third day of August, one thousand nine hundred and five, (September 5, 1905). [9]
Secara keseluruhan isi Perjanjian Portsmout tersebut dapat disimpulkan isinya, antara lain:
1.      Jepang menjadi yang dipertuan atas kepentingan-kepentingan politik, ekonomi, dan militer di Korea;
2.      Hak-hak Rusia di Semenanjung Liaoutung diserahkan kepada Jepang;
3.      Sakhalin Selatan diserahkan kepada Jepang;
4.      Jalan-jalan kereta apai di Manchuria Selatan diserahkan kepada Jepang;
5.      Tentara Rusia dan Jepang akan ditarik dari Manchuria, tetapi Jepang tetap menjadi pengawas atas jalan-jalan kereta apai disana;
6.      Baik Rusia maupun Jepang tidak boleh merintangi usaha-usaha Cina untuk mengembangakan perdaganagan dan industrinya disana;
7.      Jalan-jalan kereta api di Manchuria dieksploitisir untuk kepentingan ekonomi, dan industri dan bukan untuk maksud strategi, kecuali Liaotung.
Dengan perjanjian Portsmouth berarti Rusia kehilangan daerah-daerah pengaruhnya di Manchuria, jalan-jalan kereta api dan hak-haknya yang lain di Manchuria; sebab semuanya telah diberikan kepada Jepang.[10]

2.5  Dampak dan Keadaan Setelah Perang Jepang - Rusia Tahun 1904-1905
Perang besar antara Rusia-Jepang yang berakhir pada 1905 M dengan kemenangan bagi pihak Jepang memberi akibat yang sangat baik bagi Jepang pada khususnya dan Asia pada umumnya.
1.      Jepang menjelma menjadi negara “Great Power”. Saat itu merupakan titik balik dimana  Jepang menjadi perhatian pertama dalam sejarah dunia. Ini berarti munculnya sebuah kekuasaan baru di Timur Jauh yang sekaligus merupakan tantangan bagi negara-negara Barat, karena telah berhasil mematahkan salah satu negara raksasa Barat yakni Rusia. Hal ini dapat dipandang se4bagai permulaan nasionalisme Asia yang sebenarnya;
2.      Jepang merupakan pendorong bagi munculnya nasionlisme Asia. Jepang berjasa menanmkan kesadaran bahwa bangsa kulit putih bukanlah suatu bangsa yang tidak dapat dikalahkan. Dengan demikian menimbulkan kepercayaan bagi bangsa-bangsa Asia akan kesanggupanya melawan Barat;
3.      Kedudukan Rusia dimata dunia internasional menjadi merosot. Rusia menjadi terusir dari Korea, hingga kedudukanya di Timur Jauh menjadi sangat lemah;
4.      Cina mulai heran, seperti halnya negara-negara Eropa terhadap Jepang atas keunggulanya. Cina mulai menyelidiki mengapa Jepang berhasil membangun negaranya/ kekuasaanya sampai ke puncak keunggulanya;
5.      Cina sadar apa arti semangat nasionalisme bagi bangsa dan negaranya. Dalam hal ini maka Cina mulai mencotoh Jepang, yang dahulu Jepang sangat mengagumi dan mencontoh Cina.
Setelah Jepang mampu mengalahkan Rusia, harga diri bangsa Jepang sebagai bangsa besar naik. Orang-orang barat selama Imperialisme yang dilakaukannya di Asia menganggap bahwa, negara-negara di Asia sangat lemah sehingga mudah untuk dijadikan daerah koloni oleh bangsa barat yang melakukan imperialisme. Penanaman imperialisme yang dilakaukan oleh bangsa barat di daerah-daerah Asia seperti Inggris di India dan Hongkong, Amerika di Filiphina, Prancis di Vietnam, dan Belanda di Indonesia tersebut tidak berlaku untuk Jepang. Sebelum bangsa barat menanamkan imperialismenya di Jepang dapat dikatakan tidak menjadi daerah koloni bangsa barat.
Tanggal 26 Nopember 1906, Jepang mendirikan perusahaan jalan kereta api South Manchurian Railway di Manchuria. South Manchurian Railway tersebut bukan hanya perusahaan kereta api. Perusahaan tersebut menjalankan kekuasaan administrative di daerah jalan-jalan kereta api. Perusahaan tersebut membangun rumah sakit, sekolah, stasiun, menguasai perusahaan pertambangan misalnya pertambangan Fushan dan Yentai, dan mendirikan perusahaan listrik di Dairen, Mukden, Changchun, dan Antung.
Tahun 1908 Jepang membuat perjanjian Root Takahira dengan Amerika Serikat. Persetujuan ini dinyatakan, bahwa politik kedua negara adalah mempertahankan status quo, memperhatikan kepemilikan daerah koloni di samudra pasifik, memepertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tiongkok, dan menjaga politik pintu terbuka.
Berakhirnya perang Jepang-Rusia, Jepang membuat perjanjian dengan Korea. Jepang meminta persoalan luar negeri Korea diurus oleh Jepang dan Jepang meminta diangkatnya Residen Jenderal Jepang untuk mengawasi pemerintahan Korea. Pada dasarnya Jepang menjadikan Korea sebagai negara jajahanya. Residen Jenderal yang pertama diangkat oleh Jepang untuk Korea adalah Ito Hirobumi, tetapi tahun 1909 Ito Hirobumi dibunuh orang Korea. Tahun 1910 raja Korea menandatangani perjanjian dengan Jenderal Viscount Terauci. Sebuah perjanjian yang menyatakan bahwa Korea adalah negeri yang menjadi koloni dari Jepang dan pada tahun 1911 Jepang telah menetapkan sendiri tarif bea cukai yang sebelumnya tarif bea cukai tersebut ditentukan pihak asing.
Akhir periode pemerintahan kaisar Mutsuhito, ditandai dengan meningalnya kaisar Mutsuhito  pada tahun 1912 dalam usia 61 tahun. pemerintahan kaisar Mutsuhitoselama 44 tahun (1868-1912) telah memperlihatkan perubahan Jepang yang luar biasa. Setelah kematian kaisar Mutsuhito, parlemen Jepang tahun 1912 mengeluarkan resolusi untuk memperingati peranan kaisar Mutsuhito dalam restorasi Meiji. Sebuah taman bunga Iris Germanica di Tokyo yang pernah dikunjungi Kaisar Mutsuhito dan Permaisuri Shoken dipilih sebagai lokasi pembangunan kuil Shinto bernama Meiji-Jingu.
Kaisar Mutsuhito dimakamkan di pemakaman Fushimi Momoyama Ryo di Kyoto. Selama pemerintahan kaisar Mutsuhito, Jepang berubah dari negara feodal terisolasi menjadi maju sehingga harga diri Jepang naik di dunia Internasional. Jepang pun juga cepat dalam menyerap teknologi-teknologi modern bangsa barat. Tahun 1905 setelah menangnya Jepang atas Rusia sampai tahun 1912 yang merupakan akhir periode Meiji merupakan persiapan-persiapan yang dilakukan Jepang dalam Perang Dunia I tahun 1914.[11]



















BAB 3. PENUTUP
3.1  Simpulan
Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan. Perang secara purba di maknai sebagai pertikaian bersenjata. Di era modern, perang lebih mengarah pada superioritas teknologi dan industri.
Secara umum sebab-sebab terjadinya perang Jepang Rusia, adalah sebagai berikut:
1.      Baik Jepang maupun Rusia mempunyai kepentingan politik dan ekonomi yang sama terhadap korea dan mancuria;
2.      Jepang menghendaki agar masalah Manchuria diselesaikan langsung dengan Tsar Rusia.
Pembicaraan antara Jepang-Rusia terus dilakukan, namun selalu tidak ada titik temu. Oleh karena pertemuan-pertemuan selalu mengalami kegagalan, maka satu-satunya jalan penyelesaian ialah perang.
Perang Jepang-Rusia terjadi antara tahun 1904 sampai 1905, perang tersebut dimulai gejolaknya dengan adanya Triple Intervension dari tiga negra Barat. Selanjutnya pecahlah berbagai pertempuran yang termasuk dalam rentetan perang Jepang-Rusia. Rusia mengalami kekalahan dengan berbagai sebab kelemahan apabila dibandingkan dengan Jepang yang lebih kuat pada saat itu, sehingga akhirnya Rusia mengakui kekalahanya. Perang tersebut diakhiri dengan ditandatanganinya perang Portsmouth antara keduanya, dan berakhirlah perang tersebut.
Dengan perjanjian Portsmouth berarti Rusia kehilangan daerah-daerah pengaruhnya di Manchuria, jalan-jalan kereta api dan hak-haknya yang lain di Manchuria; sebab semuanya telah diberikan kepada Jepang.
Setelah Jepang mampu mengalahkan Rusia, harga diri bangsa Jepang sebagai bangsa besar naik. Orang-orang barat selama Imperialisme yang dilakaukannya di Asia menganggap bahwa, negara-negara di Asia sangat lemah sehingga mudah untuk dijadikan daerah koloni oleh bangsa barat yang melakukan imperialisme.
3.2  Saran
Perang adalah suatu konflik yang bermanifestasi pada persengketaan fisik maupun non fisik. Secara awam perang selalu diidentikkan dengan kekerasan fisik dan bersenjata. Memang pada suatu posisi dengan keadaan yang begitu rumit dan menunjukkan pilihan utamanya adalah perang, maka perang dapat menjadi solusi. Namun dalam implementasi hidup sebagai warga bumi yang hidup secara bersama-sama saat ini, perang bukanlah hal yang menjadi pilihan. Karena perang selalu membawa dampak yang luarbiasa merugikan, baik secara fisik maupun mental yang ditimbulkan setelah perang.
Dengan keadaan yang lebih maju seperti saat ini, implementasi perang dengan kekerasan segera harus dihapuskan. Apabila terjadi suatu persengketaan atau permasalahan, jalan keluarnya adalah diplomasi atau perundiangan diantara piha yang bersehngketa.









DAFTAR PUSTAKA
Agung, Leo. 2012. Sejarah Asia Timur 1. Yogyakarta: Ombak.
Chang, Irish. 2009. The Rape of Nanking. Yogyakarta: Narasi.
Handayani, Sri., Budiarto, Gema. ....... Dinamika Kepemimpinan Jepang Tahun 1568-1945. .........:.......
http://kbbi.web.id/perang.[20 Februari 2015].
http://Perang Rusia-Jepang - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm. [26 April 2015].


[2] Handayani, Sri., Budiarto, Gema. ....... Dinamika Kepemimpinan Jepang Tahun 1568-1945. .........:....... Hlm. 143.
[3] http://kbbi.web.id/perang.[20 Februari 2015].

[5] Chang, Irish. 2009. The Rape of Nanking. Yogyakarta: Narasi. Hlm 28.
[6] http://Perang Rusia-Jepang - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm. [26 April 2015].
[7] Agung, Leo. 2012. Sejarah Asia Timur 1. Yogyakarta: Ombak. Hlm. 133-134.
[8] Handayani, Sri., Budiarto, Gema. ....... Dinamika Kepemimpinan Jepang Tahun 1568-1945. .........:....... Hlm. 164-172.
[10] Agung, Leo. 2012. Sejarah Asia Timur 1. Yogyakarta: Ombak. Hlm. 134-135.
[11] Handayani, Sri., Budiarto, Gema. ....... Dinamika Kepemimpinan Jepang Tahun 1568-1945. .........:....... Hlm. 179-182.

1 komentar:


  1. LegendaQQ.Net

    Pilihan Terbaik Untuk Permainan Kartu Sang LEGENDARIS !!!
    Min Depo 20Rb !!!
    Kartu Para Sang LEGENDA !!!
    WinRate Tertinggi !!!


    Kami Hadirkan 7 Permainan 100% FairPlay :

    - Domino99
    - BandarQ
    - Poker
    - AduQ
    - Capsa Susun
    - Bandar Poker
    - Sakong Online

    Fasilitas BANK yang di sediakan :

    - BCA
    - Mandiri
    - BNI
    - BRI
    - Danamon

    Tunggu apalagi Boss !!! langsung daftarkan diri anda di Legenda QQ

    Ubah mimpi anda menjadi kenyataan bersama kami !!!
    Dengan Minimal Deposit dan Raih WD sebesar" nya !!!

    Contact Us :
    + live chat : legendapelangi.com
    + Skype : Legenda QQ
    + BBM : 2AE190C9

    BalasHapus

Unordered List

Sample Text

Sample text

Total Tayangan Halaman

Social Icons

Blogger templates

Feature (Side)

Blogger news

Pages

AD (728x90)

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

Pengikut

Featured Posts

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget