Kamis, 24 Desember 2015

Validitas dan Reliabilitas Instrumen





BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam menyusun dan sebelum mengaplikasikan instrumen penelitian, ada tahapan yang begitu penting bagi bagaimana hasil dari penelitian tersebut dapat dipertanggungjawakan, hal penting tersebut adalah yang biasa disebut dengan validitas dan reliabilitas.
Validitas sendiri merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian[1].
Sedangkan pengertian reliabilitas adalah menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik[2], atau hal yang berkaitan dengan keterandalan suatu indikator[3]. Yang dimaksud andal disini bahwa instrumen yaitu tidak berubah-ubah atau konsisten .
Sepertin yang diketahui, bahwa secara garis besar penelitian dibagi menjadi dua, yaiitu; penelitian kuantitatif dan penelitian kuantitatif. Dari jenis penelitian yang dibedakan jenisnya tersebut, sangat berpengaruh juga terhadap instrumen penelitianya yang merupakan alat untuk menghasilkan suatu kesimpulan penelitian. Dengan demikian sangat berdampak juga terhadap pengujian instrumen tersebut, yaitu validitas dan reliabilitasnya.
Oleh karena itu, dalam pembahasan makalah mengenai validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ini juga menguraikan dari masing-masing jenis penelitian yaitu validitas dan reliabilitas instrumen penelitian kuantitatif serta yaitu validitas dan reliabilitas instrumen penelitian kualitatif.
Mengenai validitas dan reliabilitas menjadi suatu perhatian lebih oleh peneliti, dikarenakan peranya yang begitu penting dan dijadikan suatu keharusan bagi peneliti untuk menguji instrumenya terlebih dahulu sebelum digunakan dalam meneliti suatu objek penelitian. Karena dengan instrumen yang valid dan reliabel, tentunya akan menghasilkan suatu penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dari uraian-uraian kepentingan tersebut, disimpulkan perlu adanya suatu kajian yang lebih mendalam dan menjelaskan mengenai validitas dan reliabilitas dari instrumen penelitian, demi tercapainya suatu tujuan penelitian sesuai yang diharapkan.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1)      Apa yang dimaksud dengan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian?
2)      Apa saja macam-macam dari validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian?
3)      Apa tujuan diadakanya validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian?
4)      Bagaimana pelaksnaan pengujian dari validitas dan reliabilitas instrumen penelitian (kualitatif, kuantitatif dan gabungan)?
1.3  Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1)      Mengetahui dan memahmi akan pengertian validitas dan reliabilitas;
2)      Mengetahui dan memahmi akan macam-macam validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian;
3)      Mengetahui dan memahmi tujuan dari validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian;
4)      Mengetahui dan memahmi pelaksanaan pengujian validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian (kuantitatif dan kualitatif).
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1)      Memahami lebih jauh akan pengertian validitas dan reliabilitas;
2)      Mengetahui lebih jauh akan macam-macam dan tujuan dari validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian;
3)      Memahami lebih dalam akan pelaksanaan pengujian instrumen penelitian (kuantitatif, kualitatif dan gabungan).
















BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian setelah melakukan penyusunan instrumen, perlu suatu tindakan lanjut mengenai instrumen yang dibuat untuk penelitian sebelum diujikan yaitu tindakan pengukuran atau tidakan menguji instrumen penelitian.
Proses pengukuran merupakan suatu proses deduktif. Peneliti berangkat dari suatu konstruksi, konsep atau ide, kemudian menyusun perangkat ukur untuk mengamatinya secara empiris. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat langsung melakukan pengukuran terhadap konsep yang konkret. Misalnya mengukur menggunakan termometer, meteran, dan lain-lain. Namun tidak semua konsep yang diteliti mermiliki tingkat abstraksi yang rendah[4]. Maka dari inilah perlu sekali diadakan pengukuran terhadap instrumen penelitian sebelum digunakan.
Karena dilakukan suatu pengujian atau pengukuran pada suatu instrumen untuk suatu penelitian, maka sudah hal yang pasti sebelum diuji instrumen tersebut sudah tersedia adanya.
Di dalam penelitian maka keampuhan instrumen dapat mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya pengumpulan data.
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.







 









2.1.1        Pengertian Validitas Instrumen Penelitian
Validitas menurut KBBI merupakan sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum, sifat valid, dan kesahihan[5]. Menurut Azwar, validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Menurut Arikunto, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes, dan menurut Nursalam, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Jadi, dapat disimpulkan bahwa validitas adalah suatu standar ukuran yang menunjukkan ketepatan dan kesahihan suatu instrumen.[6]
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid bearti memiliki validitas rendah.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapakan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Untuk memperoleh instrumen yang valid peneliti harus bertindak hati-hati sejak awal penyusunanya. Dengan mengikuti langkah-langkah penyususnan instrumen, yakni memecah variabel menjadi sub-variabel dan indikator baru memuaskan butir-butir pertanyaanya, peneliti sudah bertindak hati-hati. Apabila cara dan isi tindakan ini sudah betul, dapat dikatakan bahwa peneliti sudah boleh berharap memperoleh instrumen yang memiliki validitas logis. Dikatakan validitas logis karena validitas ini diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki.
Selain memperoleh validitas logis, peneliti juga menguji validitas instrumen yang sudah disusun melalui pengalaman. Dengan mengujinya melalui pengalaman akan diketahui tingkat validitas empiris  atau validitas berdasarkan pengalaman.
Untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti mencobakan instrumen tersebut pada sasaran dalam penelitian. Langkah ini bisa disebut dengan kegiatan uji coba (try-out) instrumen. Apabila data yang didapat dari uji coba ini sudah sesuai dengan yang seharusnya, maka berarti bahawa instrumenya sudah baik, sudah valid. Untuk mengetahui ketepatan data ini diperlukan teknik uji validitas.
2.1.2 Pengertian Reliabilitas Instrumen Penelitian  
Reliabilitas dalam KBBI diartikan sebagai perihal sesuatu yang bersifat reliabel (bersifat andal), ketelitian, dan ketepatan teknik pengukuran[7]. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian reliabilitas antara lain; Menurut Sekaran, reliabilitas atau keandalan suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (bebas dari kesalahan) dank arena itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrument. Dengan kata lain, keandalan suatu pengukuran merupakan indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi di mana instrument mengukur konsep dan membantu menilai “ketepatan” sebuah pengukuran, selanjutnya Groth-Marnat mendefinisikan reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Ia melihat seberapa skor-skor yang diperoleh seseorang itu akan menjadi sama jika orang itu diperiksa ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda, sedangkan Menurut Sugiyono, instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Dari tiga definisi di atas jelas bahwa reliabilitas instrument terkait dengan bebas dari bias (error free) dan konsistensi instrument[8].
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai)[9].
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.
Pengertian umum menyatakan bahwa instrumen penelitian harus reliabel. Dengan pengertian ini sebenarnya kita dapat salah arah (miss leading). Yang diusahakan dapat dipercaya adalah datanya, bukan semata-mata instrumenya. Ungkapan yang mengatakan bahwa instrumen harus reliabel sebenarnya mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Apabila pengertian ini sudah tertangkap maka akan tidak begitumenjumpai kesulitan dalam menentukan cara menguji reliabilitas instrumen[10]. Pada intinya reliabilitas berkenaan dengan keajegan kita mengukur apa saja yang kita ukur[11].
2.2      Macam-Macam Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Penelitian
2.2.1        Macam-Macam Validitas Instrumen Penelitian
Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujianya, yaitu validitas eksternal dan intenal.
a.       Validitas eksternal
Instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud.
Sebagai contoh, misalnya peneliti akan mengetahui validitas tes IPS. Caranya adalah mencobakan tes tersebut kepada siswa yang diambil sebagai subjek uji coba. Hasil yang diperoleh kemudian dikorelasikan dengan nilai IPS anak-anak tersebut, misalnya dari nilai tes sumatif atau nilai rapor. Nilai rapor ini dijadikan sebagai ukuran atau kriterium. Oleh karena letaknya ada di luar instrumen maka menghasilkan validitas internal.
Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
·         Rumus 1 : dengan nilai simpangan
Dengan pengertian:
·         Rumus 2 : dengan angka kasar
Harga menunjukkan indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan. Setiap nilai korelasi mengandung tiga makna, yaitu: (1) ada tidaknya korelasi, (2) arah korelasi, dan (3) besarnya korelasi.
b.      Validitas internal
Dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung “missi” instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud.
Adapun yang dimaksud dengan bagian instrumen dapat berupa butir-butir pertanyaan dari angket atau butir-butir soal tes, tetapi dapat pula kumpulan dari butir-butir tersebut yang mencerminkan sesuatu faktor. Sehubungan dengan ini maka dikenal adanya validitas butih dan validitas faktor.
1)      Sebuah instrumen memiliki validitas yang tinggi apabila butir-butir yang membentuk instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrumen;
2)      Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila faktor-faktor yang merupakan bagian dari instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrumen.
Menghasilkan sebuah instrumen yang tidak menyimpang dari fungsi instrumen memang bukan pekerjaan yang mudah. Untuk dapat mencapai maksud tersebut diperlukan ketekunan dan latihan yang terus menerus, terutama di dalam menentukan indikator yang akan dirumuskan dalam bentuk butir pertanyaan, dan bahkan kadang-kadang juga merumuskan menjadi pertanyaan itu sendiri juga sulit.
Kesalahan umum yang sering dijumpai dalam bimbingan penyusunan instrumen, peneliti melakukan 2 kesalahan; (1) memasukkan butir yang sebetulnya bukan indikator dari variabel yang dieliti, (2) membuat pertanyaan yang jawabanya tidak bervariasi.
Dari uraian validitas internal ini dapat disimpulkan bahwa pengujian sebuah instrumen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu; (1) Melakukan analisis faktor (anafak), (2) Melakukan analisis butir (anabut).
(1)   Analisi faktor (anafak)
Analisi faktor dilakukan dengan didahului oleh asumsi bahwa instrumen dapat dikatakan valid jika setiap faktor yang membentuk instrumen tersebut sudah valid. Analisis faktor dapat dilakukan apabila antara faktor yang satu dengan faktor yang lain terdapat kesamaan, kesinambungan atau tumpang tindih. Hal ini dapat diuji dengan mengkorelasikan skor-skor yang ada dalam satu faktor dijumlah dulu dengan jumlahnya skor pada faktor lain. Apabila antara faktor-faktor tersebut korelasi rendah, maka dapat dikatakan bahwa butir-butir tersebut mengukur hal yang khusus, tidak mengukur hal yang sama atau hampir sama dengan yang ada pada faktor lain.
Analisis faktor dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor faktor dengan skor total, sesudah terlebih dahulu mengetahui kekhususan tiap faktor, maka dibuat tabel untuk menghitung:
a.       Korelasi faktor 1 dengan faktor 2;
b.      Korelasi faktor 1 dengan faktor 3;
c.       Korelasi faktor 2 dengan faktor 3.
Sesudah itu baru dapat dicari validitas setiap faktor dengan cara:
a.       Mengkorelasikan jumlah skor faktor 1 dengan skor total;
b.      Mengkorelasikan jumlah skor 2 dengan skor total;
c.       Mengkorelasikan jumlah skor faktor 3 dengan skor total.

(2)   Analisis butir
Prosedur untuk analisis butir, sebenarnya sama dengan prosedur melakukan analisis faktor. Untuk menguji validitas setiap butir, maka skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total sebagai nilai Y. Dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir dapat diketahui dengan pasti butir-butir manakah yang tidak memenuhi syarat ditunjau dari validitasnya. Berdasarkan informasi tersebut peneliti dapat mengganti atau merevisi butir-butir dimaksud. Bagi peneliti yang menginginkan, pengujian terhadap butir dapat dilanjutkan dengan mengkorelasikan skor butir dengan skor total pada faktor.
2.2.2        Macam-Macam Reliabilitas Instrumen Penelitian
Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal. Seperti halnya pada pembicaraan validitas, dua nama ini sebenarnya menunjuk pada cara-cara menguji tingkat reliabilitas instrumen. Jika ukuran atau kriteriumnya berada di luar instrumen maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal. Sebaiknya jika perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrumen tersebut saja, akan menghasilkan reliabilitas internal.
a.       Reliabilitas eksternal
Ada dua cara untuk menguji reliabiltas eksternal sesuatu instrumen yaitu dengan teknik paralel dan teknik ulang. Apabila peneliti ingin menggunakan teknik pertama yakni teknik paralel, peneliti mau tidak mau harus menyusun dua stel instrumen. Kedua instrumen tersebut sama-sama diujicobakan kepada sekelompok responden saja (responden mengerjakan dua kali) kemudian hasil dari dua kali tes uji coba tersebut dikorelasikan, dengan teknik korelasi product-moment atau korelasi Pearson. Dari data dua kali ujicoba dari dua instrumen yang satu dipandang sebagai nilai X, yang satu Y. Tinggi rendahnya indeks korelasi inilah yang menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas instrumen. Oleh karena dalam menggunakan teknik ini peneliti mempunyai dua instrumen dan melakukan dua kali tes, maka disebut teknik double test double trial.
Teknik reliabilitas eksternal kedua adalah teknik ulang. Dengan menggunakan teknik ini peneliti hanya menyusun satu perangkat instrumen. Instrumen tersebut diujicobakan kepada sekelompok responden, hasilnya dicatat. Pada kali lain instrumen tersebut diberikan kepada kelompok yang semula untuk dikerjakan lagi, dan hasil yang kedua juga dicatat. Kemudian kedua hasil tersebut dikorelasikan. Dengan teknik ini peneliti hanya menggunakan satu tes tetapi dilaksnakan dua kali uji coba. Maka teknik ini juga disebut sebagai teknik singgle test double trial.
b.      Reliabilitas internal
Reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda, baik dari instrumen yang berbeda maupun yang sama, reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan. Ada bermacam-macam cara untuk mengetahui reliabilitas internal, pemilihan sesuatu teknik didasarkan atas bentuk instrumen ataupun selera peneliti. Kadang-kadang menggunakan teknik yang berbeda menghasilkan indeks reliabilitas yang berbeda pula. Hal ini wajar saja karena kadang-kadang dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik datanya sehingga dalam penghitungan diperoleh oleh sifat atau karakteristik datanya sehingga dalam penghitungan diperoleh angka berbeda sebagai akibat pembulatan angka. Namun demikian untuk beberapa teknik, diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu sehingga peneliti tidak begitu saja memilih teknik-teknik tersebut.
Berbagai teknik mencari reliabilitas yang yang akan diuraikan adalah (1) dengan rumus Spearman Brown, (2) dengan rumus Flanagan, (3) dengan rumus Rulon, (4) dengan rumus K-R.20, (5) dengan rumus K-R.21, (6) dengan rumus Hoyt, dan (7) dengan rumus Alpha.
1.      Mencari reliabilitas dengan rumus Spearman Brown
Dalam menghitung reliabilitas dengan teknik ini peneliti harus melalui langkah membuat tabel analisis butir soal atau butir pertanyaan. Dari analisis ini skor-skor dikelompokkan menjadi dua berdasarkan belahan bagian soal. Ada dua cara membelah, yaitu belah ganjil-genap dan belah awal-akhir. Oleh karena inilah maka teknik Spearman Brown dalam mencari reliabilitas juga disebut teknik belah dua.
Dengan teknik belah dua ganjil-genap peneliti mengelompokkan skor butir bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan kelompok skor butir bernomor genap sebagai belhan kedua. Langkah selanjutnya adalah mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua, dan akan diperoleh harga  Oleh karena indeks korelasi yang diperoleh baru menunjukkan hubungan antara dua belahan instrumen, amaka untuk memperoleh indeks reliabilitas soal masih hasrus menggunakan rumus Spearman Brown, yaitu:
Dengan keterangan:
 reliabilitas instrumen
yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen
2.      Mencarai reliabilitas dengan rumus Flanagan
Untuk mencarai reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Flanagan, kita juga harus melakukan analisis butir dahulu dan menggunakan teknik belah dua ganjil-genap. Rumusnya adalah sebagai berikut.
Dengan keterangan:
 reliabiltas instrumen
 varians belahan pertama (varian skor butir-butir ganjil)
 varians belahan kedua (varians skor butir-butir genap)
 varians skor total
Untuk semua varians rumusnya adalah:
Kadang-kadang V ditulis dengan ,karena varians adalah standar devias kuadrat.
3.      Mencari reliabilitas dengan rumus Rulon
Untuk menguji reliabilitas instrumen dengan rumus Rulon, kita juga harus melalui langkah analisis butir.
Rumusnya adalah:
Dengan keterangan:
 reliabiltas instrumen
varians total atau varians skor total
varians (varians difference)
skor pada belahan awal dikurangi skor pada belahan akhir
4.      Mencari reliabilitas dengan rumus K-R20
Apabila peneliti memiliki instrumen dengan jumlah butir pertanyaan ganjil, maka peneliti tersebut tidak mungkin menggunakan teknik belah dua untuk pengujian reliabiltasnya. Untuk itu maka ia boleh menggunakan rumus K-R20.
Rumus:
Dengan keterangan :
 reliabilitas instrumen
banyaknya butir pertanyaan
 varians total
 proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir (proporsi subjek yang mendapat skor 1)
5.      Mencari reliabilitas dengan rumus K-R.21
K-R adalah singkatan dari Kuder dan Richardson, dua orang ahli matematika dan satatistik yang banyak menemukan rumus-rumus. Dua buah rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen penelitian adalah rumus K-R.20 dan K-R. 21.
Rumus K-R.21:
Dengan keterangan:
 Reliabilitas instrumen
 banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
skor rata-rata
 varians total
6.      Mencari reliabilitas dengan rumus Hoyt
Untuk instrumen yang penyekoranya 1 dan 0 masih ada cara lain untuk mengetahui reliabilitasnya yaitu dengan rumus Hoyt. Rumusnya ada dua macam yaitu:
Dengan keterangan:
 Reliabilitas Instrumen
Vr = Varians Responden
Vs = Varians Sisa
7.      Mencari reliabilitas dengan rumus Alpha
Enam jenis teknik untuyk mencari reliabilitas yang sudah dibicarakan hanya dapat digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya 1 dan 0. Jika dihubungkan dengan pengertian variabel, hanya untuk skor dengan variabel diskrit. Banyak pertanyaan diajukan oleh peneliti pemula bagaimana cara mencari reliabilitas instrumen yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai (misalnya 0-10 atau 0-100) atau yang berbentuk skala 1-3, 1-5 atau 1-7 dan seterusnya. Beberapa peneliti mengambil langkah pintas yakni mengubah skor bukan 1 dan 0 misalnya jika skornya antara 1 sampai dengan 5, asal skor lebih dari, diberi skor baru 1 dan kalau kurang dari, diberi skor 0.
Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian.
Rumus Alpha:
Dengan keterangan:
 reliabilitas instrumen
 banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
 jumalah varians butir
 varians total
8.      Mencari reliabilitas pengamatan (observasi)
Di antara berbagai metode pengumpulan data, pengamatan meruoakan metode yang paling “rawan” dalam arti tingkat kemantapanya paling rendah. Metode pengamatan atau observasi dilakukan oleh pengamat dengan sasaran benda diam atau proses. Untuk benda diam dapat diambil sewaktu-waktu apabila ada keraguan dari peneliti, sedangkan benda proses, suatu pengulangan hampir tidak mungkin. Itulah salah satu kelmahan dari metode pengamatan. Kelemahan lain dari pengamatan adalah terletak pada diri pengamat, yaitu bagaimana upaya pengamat untuk bersikap netral sehingga hasilnya 100% objektif.
Untuk menetukan toleransi perbedaan hasil pengamatan, digunakan teknik pengetesan reliabilitas pengamatan. Rumus yang paling banyak digunakan, dikemukakan oleh H.J.X. Fernandes (1984: 40) dalam Arikunto (2013: 244).
Dengan keterangan:
KK = Koefisien kesepakatan
S = Sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
 Jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I
 Jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II
9.      Mencari reliabilitas data dengan instrumen lain
Banyak peminat penelitian masih bertanya-tanya, yang benar reliabilitas instrumen atau reliabilitas data? Keduanya benar. Reliabilitas data menunjuk pada keandalan data, artinya bahwa data tersebut betul-betul sesuai benar dengan kenyataanya. Dengan demikian, amak kedua istilah tersebut, yakni reliabilitas instrumen dan reliabilitas data, maknanya sama. Yang berbeda adalah cara memandang. Reliabilitas instrumen memandang dari alat yang digunakan, sedangkan reliabilitas data memandang dari hasilnya.
Di dalam penelitian, yang dimaksud dengan trianggulasi  adalah upaya untuk mengadakan pengecekkan kebenaran data melalui cara lain. Cara-cara yang diampaikan sesuai dengan asumsi sebelumnya yaitu adalah melakukan pengumpulan data yang sama dengan menggunakan instrumen lain. Dalam hal ini kita dapat menggunakan teknik korelasi produk Moment dari Spearman apabila jenis data tersebut keduanya interval. Dengan kata lain, penggunan rumus untuk melakukan pengecekkan kebenaran data juga harus didasarkan atas ketentuan yang berlaku dalam analisis data.
Alternatif cara yang dapat digunakan dalam melakukan pengecekkan data antara lain adalah sebagai berikut:
a.       Mencari reliabilitas angket;
b.      Mencari reliabilitas instrumen atau pedoman pengamatan;
c.       Mencari reliabilitas pedoman wawancara.
Sesudah data kedua hasil pengecekkan terkumpul, dengan menggunakan rumus product moment, penelitian akan menghasilkan indeks korelasi.[12]
2.3      Tujuan Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Perangkat (instrumen) yang sudah ditata sebelum digunakan, perlu adanya suatu uji coba. Hal tersebut dimaksudkan antara lain:
1)      Mengetahui apakah instrumen itu dapat diadministrasikan dengan mudah. Hal ini dilakukan dengan pengamatan;
2)      Untuk mengetahui apakah setiap butir itu dapat dibaca dan dipahami oleh subjek penelitian;
3)      Mengetahui ketepatan ukur dari instrumen yang dimaksud (Validitas instrumen itu). Untuk menguji validitas dilakukan dua langkah, yaitu (1) uni ketepatan ukur (validitas setiap butir), dengan jalan menganalisis butir, (2) unji ketepatan ukur seluruh perangkat instrumen;
4)      Mengetahui ketepatan ukur (reliabilitas) instrumen. Dalam hal ini diuji apakah instrumen itu mempunyai ketepatan atau kemantapan jawaban, apabila instrumen itu dikerjakan oleh orang yang sama dalam waktu yang berlainan.[13]
2.4 Pelaksanaan Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Mengenai uraian pelaksnaan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, dalam hal ini disesuaikan dengan jenis-jenis penelitian secara umum yaitu validitas dan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif, kualitatif, dan gabungan (antara kuantitatif dengan kualitatif). Dan berikut uraian penjelasan mengenai pelaksnaan pengujian validitas dan reliabilitas istrumen penelitian.
2.4.1 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif
Dalam hal ini perlu  dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang yang valid bila terdapat kesamaan antra data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data.
Instrumen-instrumen dalam ilmu alam, misal; meteran, termometer, timbangan, dan sebagainya telah diakui validitas dan reliabilitasnya. Sedangka instrumen-instrumen dalam ilmu sosial  sudah ada yang baku (standart) karena telah diuji validitas dan reliabilitasnya, namun banyak juga yang belum baku dan bahkan belum ada. Untuk diperlukan peneliti yang mampu menyusun instrumen penelitianya serta menguji validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen yang reliabel belum tentu valid dan reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen yang valid umumnya psti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen tetap perlu dilakukan.
Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu yang berbentuk test dan non-test. Instrumen yang test biasanya berupa jawaban “benar” atau “salah”, sedangkan instrumen non-test tidak lagi “benar” atau “salah” tetapi bersifat “positif dan negatif”.





Skema alur instrumen yang baik (melewati validitas dan reliabilitas)
 

















·         Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
A.    Pengujian Validitas instrumen
1.      Pengujian Validitas Konstruksi (validitas construct)
Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat ahli (judgement expert). Dalam hal ini setelah instrumen di konstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli dimintai pendapat tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan; instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirobak total.
Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen yang diujicobakan pada sampel dari mana populasi diambil.  (pengujian pegalaman empiris ditunjukkan pada pengujian validitas external) jumlah anggota yang digunakan sekitar 30 orang. setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.
Misalnya akan dilaksanakan pengujian construct validity melalui analisis faktor terhadap instrumen untuk mengukur prestasi kerja peserta didik dalam suatu kelompok proyek. Berdasar teori dan hasil konsultan ahli, indikator prestasi kerja peserta didik dalam suatu kelompok proyek ada dua yaitu: kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja. Selanjutnya indikator (faktor) kecepatan kerja dikembangkan menjadi 3 pertanyaan, dan kualitas hasil kerja dikembangkan menjadi 4 butir pertanyaan. Instrumen yang terdiri dari 7 butir pertanyaan selanjutnya diberikan kepada 5 peserta didik (dalam praktiknya menggunakan sekitar 30 responden). Jawaban 5 responden akan dijelaskan pada tabel berikut dengan arti angka 4 berarti sangat tinggi, 3 tinggi, 2 rendah, 1 sangat rendah prestasinya.
Seperti telah dikemukakan bahwa, analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan konstruck yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.



Tabel. Data Prestasi Kerja 5 Peserta Didik
No. Res.
Skor Faktor 1 untuk butir no:
Jml 1
Skor Faktor 2 untuk butir no:
Jml 2
Jml Total (Y)
1
2
3
1
2
3
4
1.       
3
4
3
10
3
3
2
4
12
22
2.       
4
3
2
9
4
3
4
4
15
24
3.       
1
2
1
4
3
2
1
2
8
12
4.       
3
3
3
9
4
4
3
3
14
23
5.       
2
2
4
8
3
1
2
1
7
15

Bedasarkan tabel selanjutnya telah dihitung bahwa korelasi antara jumalh faktor  dengan skor total (Y) = 0,85 dan korelasi antara jumlah faktor  dengan skor total (Y) = 0,94. Karena koefisen korelasi kedua faktor tersebut diatas 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja merupakan konstruksi (construci) yang valid untuk variabel prestasi kerja peserta didik dalam suatu kelompok proyek.
Selanjutnya apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atrau tidak, dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan anatara skor butir dengan skor total (Y). Jadi untuk keperluan ini ada tujuh koefisien korelasi yang perlu dihitung. Bila harga korelasi di bawah 0,30, maka dapat disimpulakan bahwa butir isntrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang.
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa korelasi ketujuh butir isntrumen dengan skor total ditunjukkan pada tabel berikut ini: Berdasar tabel berikut dapat diketahui, bahwa butir nomer 3 (fator 1) tidak valid, karena butir tersebut dengan skor total hanya 0,22 (di bawah r kritis 0,3). Butir tersebut tidak selaras dengan butir yang lain.


Tabel. Perhitungan Pengujian Validitas Konstruk
No.
R hitung
R kritis
Keputusan
0,95
0,30
Valid
0,79
0,30
Valid
0,22
0,30
Tidak valid
0,73
0,30
Valid
0,79
0,30
Valid
0,84
0,30
Valid
0,83
0,30
Valid

Pengujian seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan dengan mencari daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah. Dalam hal ini Masrun (1979) dalam Sugiono (2011:127) menyatakan bahwa “.......analisis untuk mengetahui daya pembeda, sering juga dinamakan analisis untuk mengetahui validitas item”. Jumlah kelompok yang tinggi diambil 27% dan kelompok yang rendah diambil 27% dari sampel uji coba. Pengujian analisis daya pembeda dapat menggunakan t-test. Berikut ini diberikan contoh analisis daya pembeda untuk menguji validitas instrumen.
Tabel. Kelompok Skor Tinggi dan Rendah Pada Instrumen untuk Mengukur Kinerja Aparatur Negara
Skor-skor kelompok tinggi
Skor-skor kelompok rendah
126
81
128
96
135
104
135
107
135
108
140
108
142
109

Contoh:
Suatu instrumen penelitian akan digunakan untuk mengukur kinerja aparatur negara. Instrumen tersebut telah dikonsultasikan kepada para ahli aparatur dan dinyatakan siap untuk diujicoba. Uji coba diberlakukan terhadap sampel 25 responden yang tahu masalah aparatur. Berdasarkan 25 responden tersebutdapat dikelompokkan 27% responden yang memberikan skor tinggi dan 27% skor rendah (27% responden berarti 0,27 x 25 = 7), seperti tertera dalam tabel 6,9 di atas.
Untuk menguji daya pembeda secara signifikan digunakan rumus t-test sebagai berikut.
Rumus 1
                 Rumus 2
Berdasarkan data yang ada pada tabel sebelumnya diatas dan rumus tersebut, maka varian gabungan ( dapat dihitung.
Untuk mengetahui apakah perbedaan itu signifikan atau tidak, amaka harga t hitung tersebut perlu dibandingkan dengan harga t tabel. Bila t hitung lebih besar dari t tabel, maka perbedaan itu signifikan, sehingga instrumen dinyatakan valid.
Berdasarkan tabel t, dapat diketahui bahwa bila tingkat kesalahan 5%, dengan dk 12, maka harga t tabel = 1,78 (dk = + Ternyata harga t tabel =1,78 jauh lebih besar daripada t tabel 1,78 sehingga dapat dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara skor tinggi  dan kelompok rendah . Hal ini dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut valid.
Pengujian validitas dengan uji beda ini didasarkan asumsi bahwa kelompok responden yang digunakan sebagai uji coba berdistribusi normal. Dengan demikian kelompok skor tinggi dan rendah harus berbeda secara signifikan, sesuai dengan bentuk kurva normal.
2.      Pengujian validitas isi (content validity)
Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan.
Secara teknis pengujian validitas kosntruksi dengan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, dan indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir item pertanyaan atau pernyataan dari indikator. Sehingga dengan demikian penelitian dapat menjadi mudah dan sistematis.
Untuk menguji validitas butir instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan kepada para ahli, selanjutnya diujicobakan dan dianalisis dengan nalisis item (dengan menghitung korelasi) atau uji beda (dengan menguji signifikansi perbedaan).

B.     Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.
a.       Test-retest
Instrumen penelitian yang reliabiltasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini instrumenya sama, respondenya sama, dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koevisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian cara ini juga disebut stability.
b.      Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumenya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrumen berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan ekuivalen. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dikatakan reliabel[14]. Ada beberapa metode untuk pengujian reliabilitas ekuivalen, yaitu sebagai berikut:
1)      Metode alternatif/paralel
Metode ini menggunakan lebih dari satu alat ukur yang setara untuk mengukur konsep yang sama pada objek penelitian yang sama.
2)      Uji reliabilitas interkoder/peneliti
Merupakan jenis reliabilitas ekuivalen yang khusus. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan antara indikator yang digunakan oleh seorang peneliti dengan indikator yang digunakan peneliti lain. Indikator-indikator ini dianggap reliabel apabila mereka memberikan hasil yang setara.
3)      Analisis subpopulasi
Metode ini membandingkan indikator pada subpopulasi yang berbeda dan menggunakan pengetahuan yang didapatkan dari sumber independen mengenai subpopulasi yang diteliti tersebut. Dari analisis ini diketahui apakah indikator yang ada memberikan jawaban yang sama/konsisten bila diterapkan pada subpopulasi yang berbeda (agama, etnik, usia, gender, pendidikan)[15].
c.       Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalent itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.
d.      Internal consistensy
Pengujian reliabilitas dengan Internal consistensy, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR. 20, KR.21 dan Anova Hoyt. Berikut diberikan rumus-rumusnya.
1)      Rumus Spearman Brown
Di mana:
 reliabilitas internal seluruh instrumen
 korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
2)      KR. 20 (Kuder Richardson)
Di mana:
 jumlah item dalam instrumen
 mean skor total
 varians total

3)      KR. 21 (Kuder Richardson)
Di Mana:
 jumlah item dalam instrumen
 mean skor
 varian total
4)      Analisis Varian Hoyt (Anava Hoyt)
Di mana:
 mean kuadrat antara subjek
 mean kuadrat kesalahan
 reliabilitas instrumen.
2.4.2        Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kualitatif
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama terhadap data hasil penelitian adalah, valid, reliabel, dan obyektif. Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dilkaporkan oleh peneliti. Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajad akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Sedangkan validitas eksternal berkenaan dengan derajad akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.
Dalam hal reliabilitas, Susan Stainback (1980) dalam Sugiono (2011: 267) menyatakan bahwa reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam objek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda.
Obyektivitas berkenaan dengan “derajat kesepakatan” antar banyak orang terhadap suatu data. Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid, reliabel, dan objektif, maka penelitian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel, dilakukan pada sampel yang mendekati jumlah populasi dan pengumpulan serta analisis data dilakukan dengan cara yang benar. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latarbelakangnya.
Pengertian reliabilitas dalam penelitian kuantitatif, sangat berbeda dengan reliabilitas dalam penelitian kualitatif. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan paradigma dalam melihat realitas. Menurut penelitian kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemuk/ ganda, dinamis/ selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti semula. Selain itu, cara melaporkan penelitian bersifat ideosyneratic dan individualistik, selalu berbeda dari orang perorang. Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan pikiran sendiri.
A.    Pengujian validitas dan reliabilitas penelitian kualitatif
Tabel. Perbedaan Istilah dalam Pengujian Keabsahan Data Antara Metode Kualitatif dan Kuantitatif
Aspek
Metode Kualitatif
Metode Kuantitatif
Nilai kebenaran
Validitas internal
Kredibilitas
Penerapan
Validitas eksternal (generalisasi)
Transferbility/ keteralihan
Konsistensi
Reliabilitas
Auditability, dependability
naturalisasi
objektivitas
Confirmability (dapat dikonfirmasi)

Jadi uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibelity, transferbility, dependability, dan confirmability.
1.      Uji kredibilitas
a)      Perpanjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk raport, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian, dimana kehadiran peneliti tidak lagi menggangggu perilaku yang dipelajari.
Untuk membuktikan apakah peneliti itu melakukan uji kredibilitas melalui perpanjangan pengamatan atau tidak, maka akan lebih baik kalau dibuktikan dengan surat keterangan perpanjangan. Selanjutnya surat keterangan perpanjangan ini dilampirkan dalam laporan penelitian.[16]
Mengenai teknik uji ini juga biasa disebut dengan Perpanjang Keikutsertaan, yaitu penekanan terhadap peneliti sebagai instrumen penelitian itu sendiri yang melakukan usaha tinggal di lapangan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Dengan perpanjangan keikutsertaan, peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.[17]
b)      Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
Meningkatkan ketekunan diibaratkan melakukan suatu peninjauan kemabali atas hasil yang telah dibuat. Dengan meningkatkan ketekunan ini maka peneliti dapat melakukan pengecekkan kembali apakah data yang telah ditemukan benar atau salah. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
Sebagi bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi terkait dengan temuan yang diteliti.
c)      Trianggulasi
Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekkan data dari berbagai sumber dengan  berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat trianggulasi sumber, trianggulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
Contoh : trianggulasi sumber data
Atasan                                                             Teman


                                    Bawahan
Contoh : trianggulasi teknik pengumpulan data
wawancara                                                                  Observasi


                                             Kuisioner
Contoh: Trianggulasi Waktu Pengumpulan Data
Siang                                                               Sore


                                        Pagi
1)      Trianggulasi Sumber
Trianggulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2)      Trianggulasi Teknik
Trianggulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3)      Trianggulasi waktu
Waktu sering juga mempengaruhi kredibilitas data data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada narasumber yang masih segar, belum banyak maslah, lebih dapat memberikan data yang valid sehingga kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan dengan cara melakukan pengecekkan wawncara, observasi atau teknik lain dalam waktu yang berbeda. Jika hasil uji menghasilkan data yang bebeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.
d)     Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda denga hsil penelitian hingga pada saat tertentu. melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang telah ditemukan sudah dapat dipercaya.
e)      Menggunakan Model Referensi
Yang dimaksud dengan bahan referensi disini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh seperti peneliti menggunakan wawancara, data yang diperoleh harus didukung dengan rekaman wawncara, dan lain sebagainya.
f)       Mengadakan Membercheck
Membercheck adalah, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah mendapatkan suatu temuan, atau kesimpulan. Caranya dapat dilakukan secara individual, dengan cara peneliti datang ke pemberi data, atau melalui forum diskusi.
Dalam referensi lain, menambahkan beberapa teknik pengujian dalam uji kredibilitas. Seperti Moleong (2012) yang menambahkan adanya; (1) pemeriksaan sejawat melalui diskusi, (2) uraian rinci, (3) Auditing.
1)      Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspplor hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat.
Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data; pertama: untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, kedua: diskusi dengan sejawat ini membrikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran peneliti, ketiga: dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk ikut merasakan keterharuan para peserta diskusi sehingga memungkinkanya membersihkan emosi dan perasaanya guna dipakai untuk membuat sesuatu yang tepat.
2)      Uraian rinci
Usaha membangun keteralihan dalam penelitian kualitatif jelas sangat berbeda dengan nonkulaitatif (kuantitatif) dengan validitas eksternalnya. Dalam penelitian kualitatifhal itu sering dilakukan dengan cara Uraian Rinci (thick description).
Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitianya sehingga uraianaya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Jelas laporan itu harus mengacu pada fokus penelitian. Uriaianya harus mengungkapkan secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Temuan itu sendiri tentunya bukan bagian dari uraian rinci, melainkan penafsiranya yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci dengan segala macam pertanggungjawaban berdasarkan kejadian-kejadian nyata.[18]
3)      Auditing
Auditing adalah konsep bisnis, khususnya di bidang fiskan yang dimanfaatkan untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian data. Proses audit dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan oleh Halpern (1983, dalam Moleong, 2012:389), yaitu: pra-entri, penetapan hal-hal yang dapat diaudit, kesepakatan formal, dan terakhir penentuan keabsahan data.
2.      Pengujian (Transferbility)
Transferbility merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke populasi diman sampel tersebut diambil.
Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh sebab itu, untuk memperjelas pemahaman hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemunkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan urian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
3.      Pengujian Depenability
Dalam penelitian kualitatif, depenability disebut sebagai reliabilitas. Suatu penelitian reliabel apabila  orang lain dapat mengulangi/ mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif uji depenability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji depenabilitynya. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.
4.      Pengujian konfirmability
Pengujian konfirmability dalam penelitian kualitatif  disebut dengan uji objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. uji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.[19]
2.4.3        Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Gabungan
Apakah riset yang menggunakan metode gabungan memerlukan validitas dan reliabilitas sebagaimana riset yang menggunakan pendekatan kuantitatif atau riset yang menggunakan kualitatif? Jika riset kuantitatif mempunyai kriteria penentuan validitas dan reliabilitas yang sudah jelas dan dapat dipercaya secara ilmiah dan begitu pula dengan riset yang menggunakan pendekatan kualitatif meski belum semua para ahli bidang metodologi menerima hal ini.
Dari berbagai diskusi dan gagasan yang diberikan oleh para ahli bidang metodologi, sampai saat ini ternyata belum ada kesepakatan mengenai masalah ini. Sekalipun demikian ada pula beberapa ahli termasuk diantaranya Bryman dan Julia Branen memberikan pemikiran mengenai maslah validitas dan reliabilitas ini.
Lalu bagaimana kita memberikan jawaban terhadap masalah ini? Apakah diperlukan validitas dan reliabilitas dalam riset yang menggunakan metode gabungan? Jawabanya pasti ya. Jika demikian bagaimana caranya kita menyelesaikan masalah ini. Apa kira-kira pendekatan yang tepat untuk masalah validitas dan reliabilitas ini? Validitas dan reliabilitas dalam riset yang menggunakan metode gabungan diperlukan untuk hal-hal diantaranya:
1)      Karena saat ini semakin banyak riset-riset yang menggunakan pendekatan gabungan;
2)      Validitas dan reliabilitas akan memperbaiki praktik riset yang menggunakan metode gabungan;
3)      Validitas dan reliabilitas akan meningkatkan kredibilitas riset yang menggunakan metode gabungan.
Sekalipun demikian ketentuan keharusan adanya validitas dan reliabilitas ini tidak sepenuhnya berdampak positif karena hal-hal diantaranya:
1)      Ketentuan yang mengharuskan adanya validitas dan reliabilitas pada tahapan awal akan menghambat perekembangan riset yang menggunakan metode gabungan;
2)      Seperti terjadi pada induknya, jika masih terjadi kurangnya persetujuan dikalangan para ahli mengenai kriteria riset kualitatif; maka kita tidak mungkin akan dapat menggunkan riset gabungan ini;
3)      Akan membelokkan perhatian kita pada kriteria yang sudah ada pada riset kuantitatif dan kualitatif secara sendiri-sendiri; dengan demikian kita tidak menemukan kriteria baru mengenai konsep validitas dan reliabilitas dalam riset yang menggunkan metode ganbungan.
·         Pendekatan-pendekatan
Beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain; menurut Brymman (2010) dalam Jonathan Sarwono (2011: 193) terdapat empat pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat validitas dan reliabilitas, yaitu:
1)      Pendekatan kontingensi (Contingensi Approach);
2)      Didasarkan dominasi pendekatan;
3)      Kriteria konvergen (Convergent criteria);
4)      Kriteria terpisah (Separate criteria)
5)      Kriteria predeterminasi (Bespoke criteria)
Pendekatan kontingensi melihat validitas dan reliabilitas didasarkan pada pengertian secara mendalam dari sudut pandang kajian-kajian organisasi riset dan masing-masing pendekatan terhadap kriteria kualitas cocok hanya untuk kondisi dan situasi tertentu tetapi tidak untuk kondisi dan situasi lain.
Didasarkan pada tingkat dominasi dapat dibagi menjadi dua: a) dominasi pendekatan kuantitaif dan b) dominasi pendekatan kualitatif. Untuk dominasi pendekatan kualitatif dapat digunakan kriteria tradisional sesuai dengan masing-masing pendekatan. Sedang untuk dominasi pendekatan kualitatif dapat digunakan kriteria validitas dan reliabilitas dalam riset kualitatif.
Kriteria konvergen mengembalikan penelitian terhadap validitas dan reliabilitas sesuai dengan masing-masing pendekatan. Maksudnya kita menggunakan kriteria riset kualitatif untuk elemen-elemen kuantitatif dalam riset gabungan. Kriteria ini hampir sama dengan kriteria di atas. Pendekatan berikutnya menggunakan kriteria terpisah, yaitu apakah penilaian terhadap validitas dan reliabilitas dilakukan secara terpadu atau terpisah. Pendekatan ini berlaku jika pertanyaan-pertanyaan riset berbeda untuk masing-masing komponen.
Pendekatan prederteminasi mengansumsikan bahwa riset yang menggunakan pendekatan gabungan kelihatanya menjadi solusin lain dalam riset tetapi kenyataanya belum tentu karena tidak selalu cocok, kurang adanya kriteria dari sisi riset kualitatif (sebagaimana kita ketahui sampai hari ini riset kualitatif dikatakan “mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah” oleh kalangan tertentu, terutama oleh penganut riset kuantitatif), hasil yang tidak terencana, dan formulasi kriteria validitas dan reliabilitas masih sulit ditentukan.
Sekalipun demikian ada beberapa yang mengarah kepada hasil riset yang mempunyai validitas dan reliabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria tersebut mengatakan bahwa:
1)      Riset yang menggunakan metode gabungan sebaiknya memberikan alasan-alasan yang tepat mengapa pendekatan gabungan cocok dalam kasus yang sedang dikaji;
2)      memberikan penilaian yang transparan terhadap desain metode gabungan;
3)      Menggunakan teknik sampling yang cocok, koleksi, dan analisis data terhadap komponen individual masing-masing pendekatan;
4)      Menyatukan temuan-temuan kuantitatif dan kualitatif serta memberikan penjelasan terhadap proses integrasinya;
5)      Mengembangkan dengan benar komponen-komponen kuantitatif dan kualitatif;
6)      Mengikutsertakan pendekatan gabungan dalam teorinya.

·         Validitas dan reliabilitas dalam Riset Kuantitatif, Kualitatif, dan Gabungan
Secara garis besar konsep validitas dan reliabilitas dalam riset yang menggunakan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan gabungan dapat dirangkum dalam tabel ini:
Kuantitatif
Kualitatif
Gabungan
·         Generaliasi hasil riset berlaku untuk populasi lain;
·         Replikasi metode dapat diaplikasikan dalam riset lain;
·         Validitas: hasil akurat;
·         Reliabilitas: hasil konsisten dan dapat dipercaya.
·         Kredibilitas (internal validity);
·         Kecocokan (eksternal validity);
·         Kedalaman dan kekayaan data;
·         Jangkauan data;
·         Trianggulasi;
·         Obyektivitas peneliti.
·         Inference quality (taksonomi dan teddlie);
·         Model Bryman
a.       Convergent Criteria;
b.      Sparate Criteria;
c.       Bespoke Criteria (Predetermine).

Solusi untuk validitas dan reliabilitas riset gabungan mencermasti diskusi diatas, menurut Jhonatan Sarwono (2011: 196-197) dapat diketahui bahwa sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai kriteria validitas dan reliabilitas .untuk riset yang mengunakan metode gabungan. oleh karena itu dapat diberikan suatu saran mengenai hal ini, sebagai berikut:
1)      Penggunaan kriteria validitas dan reliabilitas untuk masing-masing komponen didasarkan pada ketentuan masing-masing pendekatan sampai kita para ahli metodologi sepakat terhadap kriteria yang dimunculkan di akalngan ahli metodologi riset; atau
2)      Pergunakan setidak-tidaknya kriteria yang sudah ada meski belum disepakati secara universal tetapi dapat dijadikan sebagai pegangan sementara sampai para ahli metodologi menemukan kriteria yang sama;
3)      Kita para ahli metodologi riset di Indonesia, mencari solusi baru dengan cara membuat kriteria yang dapat kita pergunakan sebagai pegangan, setidak-tidaknya di kalangan kita sendiri. Berkaitan dengan gagasan ketiga ini, penulis mempunyai saran yang dapat dijadikan sebagai pegangan agar riset yang menggunakan metode gabungan mempunyai hasil yang valid dan reliabel, yaitu:
a.       Taati kaidah-kaidah masing-masing pendekatan;
b.      Hindari terjadinya interpolasi antara data kuantitatif dan kualitatif dengan cara menarikl sampel dari populasi yang berbeda untuk masing-masing pendekatan;
c.       Saat mengambil data kuantitatif tarik sampek dengan pendekatan probabilitas yang dijadikan sebagai responden untuk dimintai mengisi kuisioner; sedang data kualitatif gunakan pendekatan purposive yang dijadikan sebagai informan untuk diwawncarai. Jangan mencampuadukkan hal ini;
d.      Pada tahap analisis, usahakan untuk tidak melakukan kuantifikasi data kualitatif tetapi tetap mengandalkan hasil analisi data kualitatif sebagai sumber utama temuan riset; sedang hasil analisis kualitatif dapat digunakan sebagai pelengkap yang berfungsi untuk memberikan penjelasan nilai-nilai dari data kuantitatif.[20]





















BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid bearti memiliki validitas rendah.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapakan dat dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Untuk memperoleh instrumen yang valid peneliti harus bertindak hati-hati sejak awal penyusunanya. Dengan mengikuti langkah-langkah penyususnan instrumen, yakni memecah variabel menjadi sub-variabel dan indikator baru memuaskan butir-butir pertanyaanya, peneliti sudah bertindak hati-hati. Apabila cara dan isi tindakan ini sudah betul, dapat dikatakan bahwa peneliti sudah boleh berharap memperoleh instrumen yang memiliki validitas logis. Dikatakan validitas logis karena validitas ini diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki.
Selain memperoleh validitas logis, peneliti juga menguji validitas instrumen yang sudah disusun melalui pengalaman. Dengan mengujinya melalui pengalaman akan diketahui tingkat validitas empiris  atau validitas berdasarkan pengalaman.
Untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti mencobakan instrumen tersebut pada sasaran dalam penelitian. Langkah ini bisa disebut dengan kegiatan uji coba (try-out) instrumen. Apabila data yang didapat dari uji coba ini sudah sesuai dengan yang seharusnya, maka berarti bahawa instrumenya sudah baik, sudah valid. Untuk mengetahui ketepatan data ini diperlukan teknik uji validitas. Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujianya, yaitu validitas eksternal dan intenal[21].
Sedangkan Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.
Pengertian umum menyatakan bahwa instrumen penelitian harus reliabel. Dengan pengertian ini sebenarnya kita dapat salah arah (miss leading). Yang diusahakan dapat dipercaya adalah datanya, bukan semata-mata instrumenya. Ungkapan yang mengatakan bahwa instrumen harus reliabel sebenarnya mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Apabila pengertian ini sudah tertangkap maka akan tidak begitumenjumpai kesulitan dalam menentukan cara menguji reliabilitas instrumen.
Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal. Seperti halnya pada pembicaraan validitas, dua nama ini sebenarnya menunjuk pada cara-cara menguji tingkat reliabilitas instrumen. Jika ukuran atau kriteriumnya berada di luar instrumen maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal. Sebaiknya jika perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrumen tersebut saja, akan menghasilkan reliabilitas internal[22].
Dalam implementasi validitas dan reliabilitas instrumen, disesuaikan dengan jenis penelitian yang digunakan. Yaitu diimplementasikan dalam jenis penelitian kuantitatif, kuanlitatif, dan gabungan kuantitatif-kualitatif.
3.2 Saran
Pada dasarnya, suatu penelitian dilakukan adalah untuk memecahkan suatu permasalahan. Suatu pemecahan dalam permsalahan memang bukanlah hal yang mudah untuk didapat, lebih-lebih pada suatu kebenaran yang nyata bukanya suatu manipulasi ataupun kurang terpercayanya hasil yang telah dicapai.
Oleh karena itu sudah dipaparkan pada penjelasan pembahasan mengenai hal yang dapat menjamin hsil pengujian dimilnimalisirkan resiko ketidak sesuaianya dengan fakta, yaitu validitas dan reliabilitas. Oleh karena pengujian ini merupakan suatu hal yang penting dalam suatu penelitian, alangkah suatu keharusan untuk peneliti mampu memahami teori pengujian maupun praktiknya. Karena dengan instrumen ataupun data yang valid dan reliabel, tentu saja akan menghasilkan suatu kesimpulan penelitian yang berkualitas yakni sesuai dengan fakta yang ada.









DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur penelitian-suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Moleong, Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Prasetyo, Bambang., Jannah L. Miftahul. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif-teori dan aplikasi. Jakart: PT. Raja Grafindo Persada.
Sarwono, Jonathan. 2011. Moxed Method-Cara Menggabungkan Riset Kuantitatif dan Riset Kualitatif Secara Benar. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Yousda, Amirman., Arifin Zainal. 1993. Penelitian dan Statistik Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara.
Henry. 2012. Reliabilitas Instrumen. http://teorionline.net/reliabilitas-instrumen. [28 oktober 2015].
http://kbbi.web.id/reliabilitas. [28 Oktober 2015].
http://kbbi.web.id/validitas. [28 Oktober 2015].


[1] Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA. Hlm. 267.
[2] Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur penelitian-suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm. 221.
[3] Prasetyo, Bambang., Jannah L. Miftahul. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif-teori dan aplikasi. Jakart: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 104.
[4] Prasetyo, Bambang., Jannah L. Miftahul. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif-teori dan aplikasi. Jakart: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 89.
[5] http://kbbi.web.id/validitas. [28 Oktober 2015].
[7] http://kbbi.web.id/reliabilitas. [28 Oktober 2015].
[8] Henry. 2012. Reliabilitas Instrumen. http://teorionline.net/reliabilitas-instrumen. [28 oktober 2015].
[10] Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur penelitian-suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm. 211-256.
[11] Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Hlm. 298.
[12] Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur penelitian-suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm. 211-256.
[13] Yousda, Amirman., Arifin Zainal. 1993. Penelitian dan Statistik Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara. Hlm. 61. 
[14] Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hlm. 130.
[15] Prasetyo, Bambang., Jannah, L Miftahul. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif-Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 106-107.
[16] Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hlm.267-267-277.
[17] Moleong, Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 327.
[18] Moleong, Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 332-339.
[19] Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hlm.267-277.
[20] Sarwono, Jonathan. 2011. Moxed Method-Cara Menggabungkan Riset Kuantitatif dan Riset Kualitatif Secara Benar. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hlm. 191-197.
[21] Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur penelitian-suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm. 211-256.
[22] Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur penelitian-suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm. 211-256.

2 komentar:

  1. Selamat siang.. Langsung aja pak.
    Saya melakukan penelitian terhadap risiko2 proyek.. Jumlah pernyataan saya sebanyak 37, ke 37 itu dari hasil pencarian lewat jurnal dng kesamaan penelitian. Selanjutnya saya melakukan identifikasi ke responden sebanyak 40 orang, abis itu diuji dengan uji validitas dan rrliabilitas. Dari hal tsbt didapatkan 30 pernyaatan yg valid dan reliabel. Selanjtunya mengukur dampak dan frekuensi risiko dari 30 variabel tsbt. Dan dilakukan lagi uji valid dan reliab terhadap masing2 dampak maupun frekuensi. Apakah boleh menguji 2 kali validitas dan reliabilitas..?

    BalasHapus

Unordered List

Sample Text

Sample text

Total Tayangan Halaman

Social Icons

Blogger templates

Feature (Side)

Blogger news

Pages

AD (728x90)

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

Pengikut

Featured Posts

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget