Kamis, 24 Desember 2015

Bangsa Yahudi, Konflik Yahudi dengan Bangsa Arab setelah Terbentuknya Negara Yahudi (Israel)





BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Yahudi adalah istilah yang merujuk kepada sebuah agama, ras atau suku bangsa. Sebagai agama, istilah ini merujuk kepada umat yang beragama Yahudi.
Berdasarkan etnisitas, kata ini merujuk kepada suku bangsa yang berasal dari keturunan Eber (Kejadian 10:21) (yang disebut "Ibrani") atau Yakub (yang juga bernama "Israel") anak Ishak anak Abraham (Ibrahim) dan Sara, atau keturunan Suku Yehuda, yang berasal dari Yehuda anak Yakub. Etnis Yahudi juga termasuk Yahudi yang tidak beragama Yahudi tetapi beridentitas Yahudi dari segi tradisi.
Agama Yahudi adalah kombinasi antara agama dan suku bangsa. Agama Yahudi dibahas lebih lanjut dalam artikel agama Yahudi; artikel ini hanya membahas dari segi suku bangsa saja. Kepercayaan semata-mata dalam agama Yahudi tidak menjadikan seseorang menjadi Yahudi. Di samping itu, dengan tidak memegang kepada prinsip-prinsip agama Yahudi tidak menjadikan seorang Yahudi kehilangan status Yahudinya. Tetapi, definisi Yahudi undang-undang kerajaan Israel tidak termasuk Yahudi yang memeluk agama yang lain.
Dalam perjalanan bangsa Yahudi, memang begitu panjang dan memiliki dinamika kehidupan yang begitu beragam, terutama keadaan terombang-ambing menyebar di berbagai negara, dikarenakan tidak memiliki suatu negara atau wilayah negara.
Dalam makalah ini lebih menyoroti kepada suatu konflik yang dilakukan oleh bangsa Yahudi dengan bangsa Arab setelah bangsa Yahudi mendirikan suatu negara yaitu Israel. Pada dasarnya pertikaian atau konfik antara bangsa Yahudi dengan bangsa Arab tidaklah hanya terjadi pada saat setelah Yahudi mendirikan suatu negara, melainkan sebelum itu telah banyak rentetan peristiwa yang menggambarkan keadaan yang tidak kunjung damai antara bangsa Yahudi dengan bangsa Arab.
Sebenarnya banyak sekali hal yang dapat digali mengenai bangsa Yahudi, terutama dalam hal konflik yang terus berkembang bahkan belum juga menemukan suatu ujung perdamaian seperti konflik dengan Palestina sampai saat ini. Oleh karena itu untuk mendalami hal ini, perlu adanya kajian yang lebih jauh akan bangsa Yahudi dengan embel konfliknya dengan bangsa Arab.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1)      Bagaimanakah bangsa yahudi itu?
2)      Bagaimana perkembangan proses bangsa Yahudi dalam membentuk suatu negara (Israel)?
3)      Bagaimana perkembangan bangsa Yahudi setelah menjadi suatu negara (Israel)?
4)      Bagaimana konflik yang terjadi antara bangsa Yahudi dengan bangsa Arab setelah terbentuknya negara Yahudi (Israel)?
5)      Bagaimana upaya penyelesaian dari konflik yang terjadi antara Israel dengan Bangsa arab?

1.3  Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1)      Mengetahui dan memahami mengenai bangsa Yahudi;
2)      Mengetahui dan memahami proses bangsa Yahudi Membentuk Suatu negara;
3)      Mengetahui dan memahami perkembangan bangsa Yahudi setelah membentuk suatu negara khusunya mengenai konflik antara bangsa (dengan bangsa Arab);
4)      Mengetahui dan memahami konflik yang terjadi antara bangsa Yahudi dengan Bangsa Arab;
5)      Mengetahui dan memahami upaya penyelesaian dari Konflik yang terjadi antara Bangsa Yahudi dengan bangsa Arab setelah bangsa Yahudi mempunyai suatu negara.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1)      Dapat memahami lebih dalam mengenai bangsa Yahudi, proses pembentukan negara bangsa Yahudi, serta perkembangan bangsa yahudi setelah yahudi mendirikan suatu negara;
2)      Dapat memahami lebih jauh akan Konflik antara bangsa Yahudi dengan Bangsa Arab dan upaya penyelesaianaya.













BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Bangsa Yahudi
Yahudi adalah istilah yang merujuk kepada sebuah agama, ras atau suku bangsa. Sebagai agama, istilah ini merujuk kepada umat yang beragama Yahudi.
Berdasarkan etnisitas, kata ini merujuk kepada suku bangsa yang berasal dari keturunan Eber (yang disebut "Ibrani") atau Yakub (yang juga bernama "Israel") anak Ishak anak Abraham (Ibrahim) dan Sara, atau keturunan Suku Yehuda, yang berasal dari Yehuda anak Yakub. Etnis Yahudi juga termasuk Yahudi yang tidak beragama Yahudi tetapi beridentitas Yahudi dari segi tradisi.
Agama Yahudi adalah kombinasi antara agama dan suku bangsa. Agama Yahudi dibahas lebih lanjut dalam artikel agama Yahudi; artikel ini hanya membahas dari segi suku bangsa saja. Kepercayaan semata-mata dalam agama Yahudi tidak menjadikan seseorang menjadi Yahudi. Di samping itu, dengan tidak memegang kepada prinsip-prinsip agama Yahudi tidak menjadikan seorang Yahudi kehilangan status Yahudinya. Tetapi, definisi Yahudi undang-undang kerajaan Israel tidak termasuk Yahudi yang memeluk agama yang lain.
Secara etimologi kata "Yahudi" diambil menurut salah satu marga dari dua belas leluhur Suku Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda. Yehuda ini adalah salah satu dari 12 putera Yakub, seorang nabi yang hidup sekitar abad 18 SM dan bergelar Israil. Seluruh turunan dari 12 putera Yakub (Israel) itu dikenal dengan sebutan Bani Israel (keturunan langsung Israel) yang kemudian berkembang menjadi besar dinamakan menjadi Suku Israel.
Setelah berabad-abad turunan Yahudi berkembang menjadi bagian yang dominan dan mayoritas dari Bani Israel, sehingga sebutan Yahudi tidak hanya mengacu kepada orang-orang dari turunan Yahuda, tapi mengacu kepada segenap turunan dari Israel (Yakub).
Pada awalnya bangsa Yahudi hanya terdiri dari satu kelompok keluarga di antara banyak kelompok keluarga yang hidup di tanah Kan’an pada abad 18 SM. Ketika terjadi bencana kelaparan di Kan’an, mereka pergi mencari makan ke Mesir, yang memiliki persediaan makanan yang cukup berkat peran serta Yusuf. Karena kedudukan Yusuf yang tinggi di Dinasti Hyksos, Mesir, seluruh anggota keluarga Yakub diterima dengan baik di Mesir dan bahkan diberi lahan pertanian di bagian timur laut Mesir.
Pada akhirnya keseluruh bangsa Israel, tanpa memandang warga negara atau tanah airnya, disebut juga sebagai orang-orang Yahudi dan begitu pula semua pemeluk agamanya disebut dengan nama yang sama pula. Meskipun sering mengklaim diri sebagai pewaris keluarga Yakub (orang Israel), hal ini sering dipertanyakan dan oleh berbagai pakar sejarawan,[13][14] oleh karena sulit untuk membuktikan secara biologis bahwa darah "orang Yahudi" secara langsung memiliki garis keturunan sebagai orang Israel. Sebagaimana orang Israel Samaria (Kesepuluh Suku Israel) yang mengalami pengusiran oleh pasukan Assyiria dan keturunan mereka tidak kembali semuanya ke tanah air melainkan berbaur diantara penduduk bangsa-bangsa lain. Sementara orang Israel Judea, yang beberapa kali mendapat pengusiran di zaman Babilonia dan Romawi, telah berpencar ke berbagai bangsa dengan mengggabungkan diri kepada bangsa-bangsa asing sehingga kehilangan identitas sebagai orang Israel asli walaupun mereka pernah tinggal di tanah air mereka sejak zaman Ezra hingga zaman kaisar Romawi Titus. Banyak pakar sejarawan yang meragukan keaslian ras Yahudi sebagai keturunan orang Israel dan lebih sepakat dengan sebutan bangsa Zionis,[15] sebab pada dasarnya siapapun orang dari berbagai etnis dan latar belakang dapat menjadi orang Yahudi baru (proselit).

·         Orang yang Berhak Disebut Yahudi

Halakha, atau hukum-hukum agama Yahudi, memberikan definisi Yahudi kepada seorang yang:
1)       Suku Bangsa Yahudi, suku bangsa ini terbagi lagi menjadi dua:
o    Seorang anak yang terlahir dari ayah dan ibu Yahudi disebut Yahudi asli,
o    Seorang anak yang terlahir dari ayah Yahudi dan ibu dari bangsa lain, Yahudi campuran ini termasuk kategori Yahudi Kelas Dua,
2)       Seorang yang memeluk agama Yahudi menurut hukum-hukum Yahudi.
Definisi ini diwajibkan oleh Talmud, sumber Hukum-Hukum Tak-tertulis yang menerangkan Taurat, kitab suci asal hukum-hukum Yahudi (lima kitab pertama kitab Tanakh/Perjanjian Lama). Menurut Talmud, definisi ini dipegang semenjak pemberian Sepuluh Perintah Allah di Gunung Sinai kira-kira 3.500 tahun dahulu kepada nabi Musa. Sejarawan Yahudi non-Ortodoks berkeyakinan bahwa definisi ini tidak diikuti sehingga tidak lama berlaku, tetapi ia mengaku bahwa definisi ini digunakan sekurang-kurangnya 2.000 tahun sampai saat ini.
Pada akhir abad ke-20, dua kumpulan Yahudi (terutama di Amerika Serikat) yang liberal dari segi teologi, Yahudi Reformasi dan Yahudi Rekonstruksi telah membenarkan orang yang tidak memenuhi kriteria tersebut untuk menyebut diri mereka sebagai Yahudi. Mereka tidak lagi mewajibkan orang memeluk agama tersebut demi memenuhi adat istiadat pemelukan tradisional, dan mereka menganggap seseorang sebagai Yahudi jika ibu mereka bukan Yahudi, asalkan berayah Yahudi. Yahudi adalah agama tertutup.

·         Kelompok Yahudi

Dewasa ini ada sejumlah kelompok Yahudi utama:
  1. Kaum Ashkenazim;
  2. Kaum Sefardim;
  3. Kaum Mizrahim atau "Orang dari Timur"[1].
2.2 Proses Bangsa Yahudi Membentuk Suatu Negara (Israel)
Sebelum terbentuk suatu negara, ada beberapa tahap atau fase yang dilakukan oleh bangsa Yahudi dalam rangka mewujudkan impianya tersebut. Tahap tahap tersebut antara lain:
·         Gerakan Pembaharuan dalam Yahudi
Gerakan modern dalam Yahudi langsung maupun tidak langsung berakar dari masa ‘pencerahan’ yaitu gerakan pemikiran yang timbul pada abad XVIII di belahan Eropa. Gerakan ini sangat mengagungkan pikiran, bersifat liberal, kemanusiaan, dan menjunjung ilmu pengetahuan dan banyak penemuan-penemuan ilmiah.
Dalam bidang agama, kekuatan akal menolak semua bentuk dogma, otoritas agama dan tradisi. Setiap orang bebas menganut agamnya sendiri. Dalam bidang sosial politik, ia menentang segala macam bentuk ketidaktoleran juga absolutisme. Sebaliknya menuntut kemerdekaan, kebebasan dan persamaan dengan semua orang.
Gerakan pembaharuan mulai tercetus di negeri Belanda dan Inggris kemudian Prancis. Di sini ide mencapai puncaknya dalam revolusi Prancis yang mencanangkan tentang hak-hak asasi manusia dengan menghancurkan rintangan, baik dari penguasa gereja atau negara.
Penetrasi masa pencerahan ini ke dalam masyarakat yahudi adalah berkat jasa seorang keturunan Yahudi penganut filsafat rasionalis yaitu Moses Mendelsonhn (1726-1786). Ia telah berhasil menerangkan hubungan antara akal dengan agama ia mengubah konsepsi Yahudi tentang kepercayaan, dan menolak untuk mengakui bahwa tidak satupun aspek kepercayaan, yang dapat dipahami tanpa pertolongan akal.
Mendelsonhn berkeyakinan bahwa cara yang terbaik untuk digunakan dalam mencapai segala tujuan perjuangan umat Yahudi, adalah membuktikan bahwa Yahudi itu pada prinsiopnya cocok dengan rasio modern. Ia juga berjuang untuk mendapatkan persamaan dalam bidang pendidikan kaum Yahudi, dengan memperluas pengetahuan umatnya tentang Talmud dan pengalaman ajaran-ajaranya, serta menyebarluaskan ke dalam berbagai bidang kebudayaan Eropa.
Gagasan Mendelsonhn mendatangkan hasil dengan berdirinya sekolah Yahudi yang pertama di Berlin pada tahun 1778. Permulaan emansiapasi yang sesungguhnya dimulai pada tahun 1791. Dengan Naional Prancis menghidupkan prinsip toleransi agama, dan memberikan status kependudukan kepada orang-orang Yahudi yang sebelumnya terjadi diskriminasi antara umat Yahudi dengan penduduk setempat.
Pada abad XIX, emansipasi Yahudi hampir tercapai sepenuhnya di semua negara Eropa dan Amerika. Orang Yahudi sudah memperoleh persamaan status sosial dan dapat berpartisipasi membangun negara. Gerakan pembaharuan yangb dikumandangkan, ditafsirkan dengan berbagai versi. Samuel Haldheim (1806-1874) mengemukakan bahwa agama Yahudi hanya semata-mata agama, tidak ada unsur kebangsaan di dalamnya, dan mereka mengadakan satu pembaharuan dalam bidang kepercayaan, hukum dan ibadat agama Yahudi.
Golongan konservatif mengambil pembahruan dalam bidang agama, seperti doa dalam bahasa Inggris dengan memakai organ pengiring, dan lain-lain. Lalu dalam bidang kepercayaan, golongan ini mengakui adanya wahyu Tuhan, khusunya terhadap Israel, menerima paham kebangsaan Yahudi, dan mengharapkan kembali tanah air Israel lama. Ada tiga dasar pokok golongan konservatif, yaitu:
a)      Menjaga keutuhan dan kesatuan Israel;
b)      Mempertahankan tradisi Yahudi;
c)      Pembinaan Intelektual Yahudi.
Leopold Zunz (1749-1886) merupakan pelopor dalam bidang Intelektual, atau yang lebih dikenal gerakan ilmiah Yahudi. Sementara timbul kesadaran bahwa agama Yahudi harus dijelaskan dengan bahasa modern sebagai istilah-istilah yang mudah dipahami oleh kaum intelektual dan masyarakat pada waktu itu.
Seminari pertama didirikan adalah Collegio Rabbinico di Padna tahun 1823, dan tahun 1824 dibangun seminari Israelite de France di Metz, kemudian tahun 1859 di pindahkan ke Paris. Pada tahun 1885 di London berdiri lembaga pendidikan Yahudi yang dipimpin oleh Rabbi Nathan Marcus Alder (1803-1890), dan Sir Moses Montefiore (1784-1885). Demikian juga di Rusia, polandia, dan Hungaria, dibangun sekolah untuk para Rabbi.
Pada saat itu, di dunia barat terdapat perselisihan dan perpecahan di kalngan umat Yahudi. Mengamati situasi yang demikian, maka menurut mosses Hess (1812-1875) yang dapat menyelamatkan yahudi hanyalah Nasionalisme Yahudi.
·         Sejarah Berdirinya Gerakan Zionisme
Iatilah Zionisme berasal dari akar kata Zion atau Sion yang pada masa awal sejarah Yahudi merupakan sinonim perkataan Yerussalem. Zion adalah berasal dari bahasa Inggris, dalam bahasa latin disebut sion, dan bahasa Ibraninya adalah Tsyon. Arti dari istilah ini adalah “bukit” yaitu bukit suci Jerussalem-Jerussalem Surgawi-juga berarti Theokrasi Yahudi. Sion juga diartikan sebagai bukit yang tinggi, tempat berdirinya bait suci yang didirikan Sulaiman. Zion juga ditunjuk sebagai kota Jerussalem sebagai kota yang tidak kentara, kota Allah tempat tinggal Yahweh.
Zion menurut para sarjana merupakan sebuah nama bukit yang diceritakan dalam perjanjian lama, yaitu salah satu nama bukit disebelah timur dari dua bukit di wilayah Jerussalem ibu kota kerajaan Israel pada masa Raja Daud.
Sebelumnya, istilah Zionisme pernah digunakan untuk menyebutkan komunitas yahudi penganut Yudaisme yang mengharap datangnya seorang juru selamat, yang akan membawa mereka pada kerajaan Tuhan.
Latar belakang munculnya gerakan Zionisme disebabkan hak sosial, ekonomi, politik, budaya, dan agama mereka ditindas ketika mereka terpaksa hidup diaspora dalam beberpa negara. Dari sinilah muncul kesadaran orang-orang Yahudi yang hidup di berbagai negara mengakhiri penderitaan dengan kembali ke negeri leleuhur. Penindasan yang mereka alami sejak masa “Great Diaspora” pada tahun 70 M berlanjut terus. Di Spanyol ketika Ferdinan dan Issabela berkuasa, mereka melakukan penindasan, pengusiran, dan pembantaian para orang Yahudi. Hal yang sama juga terjadi di Rusia, terutama ketika pengangkatan Alexander II tahun 1881.
Istilah Zionisme atau Zionis Movement secara utuh dipopulerkan oleh bapak Yahudi Dunia, Theodore Herzl, di Vienna, 1895. Perkembangan gerakanya sebagai berikut:
1)      Dideklarasikan secara tidak formal di Rusia;
2)      Kegiatanya mulai terorganiasasi dan berpusat di Romania;
3)      Megalami masa kebangkitan sehubungan dengan dukungan Ratu Ingris yang berpusat di London;
4)      Masa pengakuan dunia terhadap Israel yang berpusat di Amerika Serikat.
Perkembangan pertama dan kedua menginginkan berdirinya negara Yahudi di Argentina atau Ethiopia atau Uganda. Kemudian dalam perkembanganya zionisme bertujuan mendirikan negara Yahudi di Palestina.
Dukungan Inggris terhadap Yahudi muncul ketika terjadi perang dunia I (1914-1918) Inggris terlihat terlibat dalam dalam perang tersebut melawan Jerman dan bekerjasama dengan Zionisme.
·         Migrasi Yahudi dan Berdirinya Negaara Israel di Palestina
Pada awal gelombang imigrasi Yahudi, hanya 24.000 Yahudi tinggal di Palestina. Aktivitas produksi di bidang pertanian dan industri. Ini mengarah pada upaya besar yang dilakukan oleh Yahudi untuk bermukim di tanah yang baru diakui Palestina. The Alliance Israelite Universelle mendirikan sekolah untuk ekonomi pertanian di Jaffa (Mikveh Israel) pada 1870, dan pada 1878 Yahudi dari Yerussalem mendirikan pemukiman pertanian pertama. Ini diserahkan pada: 1881'. Itu semua  adalah upaya pendahuluan. Baru setelahz1882, koloniasi Yahudi benar-benar dimulai;suatu kolonisasi untuk mengubah wajah Palestina.
Sementara itu, kampanye politik Zionis di Inggris mulai berdampak positif yang dilakukan oleh Chaim Weizmann. Selain itu, ada kepentingan Inggris di Timur- Tengah ketika Turki Utsmani mulai lemah. Weizmann mampu menangkap peluang tersebut.
Pada tahun 1883 Baron Edmond de Rathchild dari Paris (184521934) aktif berjuang untuk pemukiman Yah'ådi di Palestina. Pada masa kepemimpinan Theodore Her-I (1860-909), terjadi perubahan mendasar, yaitu menghentikan gerakan kebangsaan yang bercorak filsafat dan agama dengan menyatukan dalam satu gerakan organisasi yang bercorak "politik" Idenya dituang dalam buku 'Der Yudenstaat" atau Negara Yahudi yang dengan tegas menyatakan bahwa "Yahudi harus mempunyai negara sendiri.
Ide Herzl ini ditentang oleh para rabbi Yahudi di Amerika dan para ilmuwan Yahudi, termasuk Einstein. Mereka menyatakan ketidaksetujuannya untuk mendirikan sebuah negara Yahudi, dan menolak berimigrasi ke Palestina. Alasan mereka menolak Zionisme adalah karena pendirian negara Yahudi di Palestina akan mengakibatkan terjadinya pertikaian dengan penduduk asli yang telah mendiami tempat tersebut selama berabad-abad.Di samping itu, Zionisme akan membangkitkan kecurigaan terhadap orang-orang Yahudi yang saat itu tersebar di seluruh dunia. Mereka akan dituduh mempunyai kesetiaan ganda dan kewarganegaraan rangkap.
Marti Buber salah seorang pemikir besar Yahudi abad ke-20, telah mengecam keras pemutarbalikan dan penyimpangan Zionisme dari gerakari keagamaan menjadi gerakan politik dan nasionalisme Yahudi yang sempit. Menurutnya, pemutarbalikan  itu bukan berasal dari Yudaisme, tetapi dari nasionalisme Eropa. Walaupun banyak mendapat tantangan, ide Herzl terbukti  menarik minat warga Yahudi di seluruh dunia sehinggaserakan Aliyah30 terus berlanjut dan bahkan semakin banyak orang Yahudi yang bermigrasi ke wilayah Palestina.
Herzl juga mengajukan ide messianis dalam gerakannya dengan tegas menyatakan bahwa "dunia akan bebas dengan kemerdekaan dengan kebesaran kita, Apa_yang-akan kita usahakan adalah kejayaan kemanusiaan" negara Yahudi yang dapat melindungi bangsa Yahudidari segala penindasan dan penderitaan. Untuk merealisasikanidenya ini, diadakan konferensi Zionis y_ang pertama pada tahun 1897 di Basle, Swiss. Kongres tersebut dilakukan dalam bentuk pertemuan seperti parlemen (negara) Yahudi sedafig bersidang. Herzl menj alankan kedudukkanya sebagai ketua gerakan Zionis sebagaimana peranan seorang kepala negara. Dengan instrument baru yang diciptakannya, mereka menerbitkan sebuah surat kabar resmi yang menjadi sarana untuk memberitakan kegiatannya. Dalam catatannya di Kongres Pertama Zionis pada tahun 1897: "Di sini saya sudah mendirikan negara Yahudi.
Ide tersebut kemudian berkembang dalam 'bentuk pemikiran baru yang dikembangkan oleh para messianic Evengelik. Hal ini terungkap dalam konsep eskatolögi Yahudi sejak abad ke-19. Adanya salah satu kepercayaan terhadap hari akhir (eskätologi) agama Yahudi yaitu percaya akan kembalinya eka". di. Palestina, orang-orang Yahudi ke tanah "leluhur Mereka mempunyai hak yang tidak dapat dipu kiri. Restorasi fisik, dan .keagamaan yang merupakan akhir da diaspora, berkumpulnya mereka di Holy Land.
Kongres ini mempertimbangkan pembentukan kediaman nasional (national home) di Amerika Latin, Afrika Selatan, Kongo, dan Cyprus. Tetapi, meréka memutuskan dan memilih Palestina. Rumusan tersebut lebih jauh menyatakan "tujuan zionisme adalah memperoleh tempat kediaman yang sah, dan mendirikan negara Yahudi di Palestina. Kemudian, mereka mulai mempersiapkan dan melakukan berbagai upaya termasuk lobi-lobi kepada negara-negara besar yang berpengaruh untuk dapat mewujudkan harapan mereka.
Zionisme mendirikan organisasi-organisasi yang terdiri dari federasi- federasi, dan lembaga-lembaga kemasyarakatan Yahudi di seluruh dunia, seperti federasi Zionis Inggris, federasi Zionis Amerika, dan lain sebagainya.. Organisasi Yahudi Internasional ini bergerak dalam bidang keuangan yang mewajibkan setiap anggota membayar (iuran) tetap, yaitu setiap tahun sebesar
satu shilling per jiwa atau senilainya. Pada tahun 1899, berdiri badan usaha Jewish Colonial Trust Ltd, sebagai lembaga keuangan Yahudi, atau sebelumnya pada tahun 1897 sudah didirikan pusat pengumpulan dana Yahudi yaitu Jewis National Fund untuk melaksanakan pembelian tanah di Palestina sebagai hak milik umat Yahudi, dan tidak diperjualbelikan.
Prinsip nasionalisasi tanah-tanah Palestina, dan usaha-usaha yang bersifat kdoperatif yang dilaksanakan oleh Funding ini menjadikannya sebagai satu badan yang sangät berguna bagi kolonisasi Yahudi di Palestina, juga dalam bidang sosial ekonomi pada umumnya. Selama masa dan sesudah Perang Dunia I antara tahun 1919-1938, lembaga keuangan ini telah tersebar luas di seluruh dunia. Dalam periode selanjutnya, lembaga keuangan Yahudi ini berkembang pesat dan menguasai perekonomian dunia. Hal ini berlangsung hingga sekarang.
Keberhasilan umat Yahudi menguasai lalu lintas perekonomian menyebabkan mereka dapat membiayai gerakan perjuangan untuk menguasai Palestina, dan memengaruhi negara-negara Barat untuk mendukung cita-cita tersebut. Berbagai usaha dilakukanYahudi untuk mewujudkan keinganya, antara lain:
1)      Usaha dari dalam, yaitu orang-orang Yahudi haus berusaha keras untuk menduduki negeri tersebut;
2)      Usahå dari luar, yaitu mencari tujuan yang dapat mendukung dalam merealisasikan tujuan mereka di atas.
Edward Gazalet, seorang industrial Inggris, mendirikan daerah pemukiman di Palestina pada tahun 1878-1879 dengan tujuan mengembalikan Yahudi ke Palestina dan menciptakan ikatan abadi antara Inggris dan Palestina. Begitu pula yang dilakukan perusahaan "Palestine Exploration Fund", perusahaan yang menjamin pembayaran pajak pendapatan konstan tinopel. Tugas perusahaan adalah mengembalikan posisi Yahudi di Palestina sedikit demi sedikit, sampai?alestina benar-benar di bawah kepemilikan dan kontrol mereka.38 Usaha pembelian tanah di Palestina mulai dilakukan, dan umat Yahudi dari Rusia, Polandia, Rumania, dan negara-negara lain mulai masuk ke Palestina sebagai imigran.
Mereka juga mengadakan pendekatan pada Sultan Turki Utsmani pada 7 Mei 1901 sebagai penguasa Palestina, dan memberikan tawaran berbagai materi supaya penguasa Turki Utsmani memberi izin kepada orang-orang Yahudi untuk tinggal di Palestina. Penguasa Turki Utsmani menolak memberi izin, bahkan Sultan Abdul Hamid — penguasa Turki Utsmani menolaknya dengan keras.
Setelah gagal melakukan pendekatan kepada Turki, mereka beralih kepada Inggris, dan mendapat respons positif. Tetapit Inggris juga menawarkan alternatif Uganda, namun mereka menolak tawaran tersebut.
Ide restorasi Yahudi beriringan kuat dengan kepentingan imperialis. Ketertarikan Eropa kepada Palestina di abad ke- 19 dapat dibagi dalam dua tingkat. Pertåma, dimensi politik di antara pemerintahan Eropa karena letak geografis Palestina sangat strategis yang berada di lingkungan dunia Arab (Islam). Kedua aspirasi sosial yang sangat terkait dengan berkembangnya ide perang salib damai (Peaceful crusade) di kalangan orang-orang Kristen Ortodok dan Yahudi untuk menguasai kota suci Jerusalem.
Pascaperang Dunia 1 usaha pehdekatan kepada Pemerintahan Inggris semakin gencar dilakukan pada saat yang sama Turki kalah perang. Para pemimpin Zionis mendesaklnggris agar mendukung deklarasi mereka, karena mereka banyak
 berjasa pada Inggris dalam membiayai .Perang Dunia Jika mereka mendukung, mereka dijanjikan akan memperoleh keuntungan dengan mengamankan Terusan Suez .sehingga kepentingan dan keamanan Inggris di Timur,Tä1gah akan terjamin.
Lobbi Yahudi terhadap Inggris menghasilkan Deklarasi Balfour pada tanggal-12 November 1917 yang ditandatangani Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour di mana Inggris mengakui hak-hak Yahudi yang bersej arah atas Palestina, selanjutnya bersedia menyediakan fasilitas guna terbentuknya satu tempat tinggal yang bersifat nasional bagi umat Yahudi. Pengakuan Intérnasional terhadap deklarasi ini baru terjadi tiga tahun kemudian, yaitu ketika Liga Bangsa-Bangsa menyerahkan  'alestina sebagai mandat kepada Inggris supaya Inggris dapat nelaksanakan janjinya. 
Dengan demikian ada dua peristiwa sejarah penting yang pondasi bagi berdirinyä Negara Yahuüi di Palestina Pertama  Perjanjian Sykes-Picot 1916 antara Inggris dan Prancis yang membagi peninggalan dinasti Utsmani di Wilayah Arab. Pada perjanjian tersebut ditegaskan bahwa Prancis mendapat wilayah jajahan Suriah dan Libanon, sedang Inggris memperoleh wilayah jajahan Irak dan Jordania. Sementara Palestina dijadikan status wilayah Internasional. Kedua,. Deklarasi Balfour tahun 1917 yang menjanjikan sebuah negara bagi Yahudi di tanah Palestina pada gerakan Zionisme.
Payung legitimasi Sykes-Picot dan perjanjian Balfour tersebut, warga Yahudi dari Eropa mulai melakukan migrasi ke Palestina. pada tahun 1930-an, Zionisme berhasil mendapatkan persetujuan Inggris untuk memasukkan imigran Yahudi secara besar-besaran, dan mendapatkan reaksi yang cukup keras dari rakyat Palestina.
Mulai saat itu imigran Yahudi semakin meningkat ke Palestina, misalnya antara tahun 1920-1924 imigran Yahudi berjumlah 42.784 orang, tahun 1925-1929 naik menjadi 57.022 orang, tahun 1930-1934 menjadi 91.258 orang. Dan pada tahun 1940 penduduk Palestina 1.529.559 orang sedangkan umat Yahudi terdiri dari 456.743 orang.
Mereka umumnya bermukim di kota, dan menguasai serta membangun industri utama, seperti Perusahaan Listrik Palestina Company Caran Abu Palestina, dengan memanfa tkan kekayaan mineral laut mati. Keduanya didirikan pengusaha Yahudi. Dalam bidang pertanian dibangun irigasi' dengan alat-alat modern. Mereka menghidupkan kembali bahasa Yahudi dengan membangun sekolah-sekolah terbaik dalam Bahasa Yahudi. Akhirnya mereka mendirikan universitas di Mount Scofus sebagai suatu lembaga ketetapan hati mereka bahwa daerah tempat tinggal itu dibangun di atas pondasi rohaniah.
Gelombang imigrasi yang sangat cepat, dominasi Yahudi terhadap sumber-sumber alam, dan sikap kolonialisasi Yahudi, menimbulkån protes keras dari bangsa Arab Palestina sebagai penduduk asli sehingga kerusuhan sering terjadi. Pada bulan Agüstus 1929 terjadi kerusuhan di Jerusalem. Kerusuhan ini dengan cepat ditekan oleh Inggris.
Percaturan politik Timur Tengah mendapat kemajuan dengan adanya gerakan kemerdekaan dan institusi demokrasi. Seperti Suriah sebagai jajahan Prancis merdeka tahun 1936. Di bawah keadaan seperti itu ketegangan di Palestina meningkat. Bangsa Arab Palestina menuntut kemerdekaan dan pemerintah sendiri yang demokratis.
Pada tahun 1935 semua partai Arab bersatu dan menyerahkan satu memorandum yang menuntut berdirinya pemerintahan yang demokratis, melarang pemindahan tanah-tänah orang Palestina kepada orang:orang Yahudi, dan penghentian imigran Yahudi sampai kapasitas negeri yang terserap ditentukan sebaliknya. Kaum Zionis menolaknya. Den an licik mereka mengatur oposisi Parlememlnggris terhadap usulan itu sehingga tuntutan bangsa Arab ditolak
Kemudian, pemerintahan Inggris bersama delegasi Palesti'na melakukan kongres di London pada September 1946 sampai Februari 1947. Namun, tidak menghasilkan keputusan apa-apa untuk Palestina. Pemerintah Inggris akhirnya melimpahkan masalah Palestina kepada PBB.
PBB kemudian membentuk komite khusus untuk mencari penyelesaian masalah Palestina. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan studi lapangan, komite ini mengajukan dua usulan. Pertanta, membagi dua tanah Palestina untuk Yahudi dan Arab. Kedua, membentuk negara federal antara Yahudi dan Arab.
PBB, atas desakan AS, menolak dua usulan dari komite itu. Kemudian, melempar masalah Palestina ke forum siding Majelis Umum PBB pada 29 November 1947. Pada saat itu  pula MU PBB mengadakan pemungutan suara, dan hasilnya eluar resolusi P BB No. 181 yang menegaskak membagi, dua tanah Palestina untuk Yahudi dan Arab, serta memberi jangka waktu kekuasaan pemerintah protektorat Inggris di tanah Palestina sampai bulan Agustus 1948.
Resolusi No. 181 tersebut menegaskan pembagian tanah Palestina menjadi dua bagian, yaitu 56 persen untuk Yahudi dan 44 persen untuk Arab. Tada acara, pemungutan suara resolusi tersebut praktis tidak menemui hambatan„ yakni tercatat 33 negara mendukung,13 menolak dan 10 abstain.
Perselisihan itu diselesaikan dengan keluarnyaResolusi PBB tanggal 29 November 1947 untuk mengakhiri mandat Inggris atas Palestina. Dan selanjutnya Palestina dibagi dua daerah, yaitu satu daerah Yahudi dan yang lain daerah Arab. Yahudi melakukan pembersihan wilayahnya dari rakyat Palestina. Allisi Yahudi semakin kuat untuk memiliki Palestina, dengan menyerang daerah-daerah Arab Palestina, seperti peristiwa di Deir Yasin tempat terjadi pembantaian besar-besaran, yang menelan korban 254 orang, yang sebagian besar warga sipil wanita dan anak-anak serta orang tua. Pembantaian ini dilakukan pasukan Irgun yang dipimpin. Menachem Begin di Deir Yasin. Deir Yasin merupakan wilayah yang menurut resolusi PBB dinyatakan sebagai zona internasional yang terkait pada Jerusalem.
Pembunuhan warga sipil ini adalah kebijaksanaan resmi zionisme waktu itu. Mereka juga merebut daerah-daerah yang sebenarnya ditentukan menjadi milik Arab, yaitu Jaff (1948), Haefa, Saris, Qastal, Tihenias, dan Arce pada bulan Mei 1948 48
Tanggal 14 Mei 1948 Ben Gurion sebagai pimpinan Zionisme mengundang seratus orang terkemuka dan para wartawan untuk menghadiri pertemuan di Museum Tel Aviv, dan ia memproklamasikan berdirinya negara Yahudi di Palestina yang dinamakan Negara Israel.
Inilah hasil gemilang dari gerakan pembaruan yang terjadi di kalangan umat Yahudi internasional. Dengan melewati berbagai fase, mengkristal dalam bentuk gerakan politik kenegaraan, akhirnya mencetuskan negara Yahudi. Telah membuka front permusuhan dengan negara-negara Arab secara terus menerus. Yahudi juga menganggap dan selalu berupaya untuk menjadi negara terkuat di Timur Tengah dengan berusaha menghancurkan negara Arab yang dianggap berbahaya bagi keamanan negara dan eksistensi Israel  sendiri[2].
2.3 Perkembangan Bangsa Yahudi Setelah Mendirikan Suatu Negara (Israel)
Dalam menguraikan hal ini, yaitu mengenai perkembangan bangsa Yahudi yang telah mendirikan suatu negara yaitu Israel, maka akan dibahas negara Israel dengan berbagai aspek yang dimiliki.
·         Negara Israel
Israel adalah sebuah negara kecil dipinggiran timur Laut Tengah. Di seputar negara mengaku sebagai tempat tinggal orang-orang Yahudi ini, ada sejumlah negara Arab. Di sebelah utara ada Lebanon , di Timur ada Yordania dan Suriah, di barat daya ada Mesir.
Israel mempunyai luas sekitar separuh Belanda. Lebih dari setengahnya adalah padang pasir. Jarak antar kota-kota penting sangat dekat. Antara Tel Aviv (barat) dan Jerusalem (timur) hanya berjarak 40 mil, dari Tel Aviv ke Haifa (utara) atau Beersheba  (selatan) berjarak 60 mil (Borthwick, 1980: 86).
Negara Israel resmi berdiri sejak proklamasi kemerdekaannya pada 14 Mei 1948. Dengan kemerdekaan ini, cita-cita orang Yahudi yang tersebar di berbagai belahan dunia untuk mendirikan negara sendiri tercapai. Mereka telah melaksanakan “amanat” yang disampaikan Theodor Herz dalam tulisannya Der Iudenstaat (Negara Yahudi) sejak 1896.
Melihat letak geografisnya Israel berbeda dengan negara-negara lain di wilayah Timur Tengah. Israel adalah negara Yahudi dikelilingi oleh negara dengan mayoritas Muslim. Orang Israel kebudayaannya bergaya hidup barat, namun hidup ditengah masyarakat dengan kebudayaan timur[3].

a)      Pemerintahan dan Politik

Israel merupakan negara republik demokrasi dengan sistem parlementer. Presiden Israel adalah kepala negara, namun tugas-tugasnya sangat terbatas dan hanyalah seremonial. Anggota parlemen yang didukung oleh mayoritas di dalam parlemen menjadi Perdana Menteri. Biasanya yang menjadi perdana menteri adalah ketua Partai terbesar. Perdana Menteri adalah kepala pemerintahan dan ketua kabinet. Israel diperintah oleh 120-anggota parlemennya, yang dikenal sebagai Knesset. Anggota-anggota Knesset berasal dari berbagai partai yang dipilih dalam pemilihan parlemen.Biasanya pemerintahan yang terbentuk adalah pemerintahan koalisi.

b)     Militer

Angkatan Pertahanan Israel terdiri dari Tentara Israel, Angkatan Udara Israel, dan Angkatan Laut Israel. Angkatan pertahanan ini didirikan semasa Perang Arab-Israel 1948 dengan mengkonsolidasi organisasi-organisasi paramiliter utamanya Haganah yang telah berdiri sebelum Israel berdiri. Angkatan Pertahanan Israel juga dibantu oleh Direktorat Intelijen Militer Israel (Aman) yang bekerja sama dengan Mossad dan Shabak. Angkatan Pertahanan Israel telah terlibat dalam beberapa perang besar dan konflik perbatasan walaupun usianya yang masih relatif muda, membuatnya menjadi salah satu angkata bersenjata yang paling terlatih di dunia.

c)      Ekonomi

Israel dianggap sebagai salah satu negara termaju di Asia Barat Daya dalam hal pembangunan ekonomi dan industri. Negara ini menduduki peringkat nomor 3 di kawasan tersebut menurut Indeks Kemudahan Berbisnis Bank Dunia dan Laporan Daya Saing Global Forum Ekonomi Dunia.
Pada tahun 2007, Israel memiliki produk domestik bruto ke-44 terbesar dan pendapatan per kapita ke-22 tertinggi (berdasarkan keseimbangan kemampuan berbelanja) di dunia sebesar AS$232,7 miliar dan AS$33.299 secara berurutan. Pada tahun 2007, Israel diundang untuk bergabung ke dalam Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama antar negara-negara yang menjunjung prinsip-prinsip demokrasi dan ekonomi pasar bebas.
Walaupun sumber daya alam Israel terbatas, pembangunan yang intensif pada sektor agrikultur dan industri selama puluhan tahun menjadikan Israel dapat berswasembada pangan secara garis besarnya, terkecuali pada serealia dan daging sapi. Pada tahun 2006, impor Israel mencapai AS$47,8 miliar, yang terdiri dari bahan bakar fosil, bahan-bahan mentah, dan peralatan militer. Komoditas ekspor utama Israel meliputi buah-buahan, sayur-sayuran, obat-obatan, piranti lunak, bahan-bahan kimia, teknologi militer, dan intan; pada tahun 2006, ekspor Israel mencapai AS$42,86 miliar.

d)     Ilmu pengetahuan, teknologi, dan pendidikan

Israel memiliki angka harapan sekolah (didefinisikan sebagai tahun lamanya seorang anak berumur 4 tahun diharapkan dapat mengenyam pendidikan pada masa depan) tertinggi di Asia Barat Daya dan menduduki peringkat kedua setara dengan Jepang di Asia (setelah Korea Selatan). Israel juga memiliki angka melek huruf tertinggi di seluruh Asia Barat daya. Hukum Pendidikan Negara Israel yang diundang-undangkan pada tahun 1953 membagi sekolah menjadi lima macam: sekolah negeri sekuler, sekolah negeri agama, sekolah ultra ortodoks, sekolah permukiman komunal, dan sekolah Arab. Sekolah negeri sekuler merupakan sekolah yang terbesar dan dihadiri oleh mayoritas murid-murid Yahudi dan non-Arab di Israel. Kebanyakan warga negara Israel beretnis Arab mengirimkan anaknya ke sekolah-sekolah yang berbahasa Arab[4].
e)      Politik Dalam Negeri
Jauh sebelum Israel berdiri masyarakat Yahudi mendirikan apa yang dinamakan Histadrut, pada tahun 1920. Ketika Israel belum lahir Histadrut mengorganisir para imigran, menyiapkan pasukan para Yahudi, membangkitkan kembali kebudayaan dan bahasa Yahudi, dan nmembeli tanah untuk pemukiman.
Sebelum pemilu 1965, aspirasi politik Histadrut disalurkan melalui Partai Buruh. Tetapi, sejak tahun 1965 mereka terpecah. Ada yang mendukung Partai Likud. Histadrut bukan merukan tataran struktur politik Israel. Ia hanyalah salah satu kelompok kepentingan (interest group) yang sangat berperan dalam system politik Israel. Israel adalah penganut demokrasi parlementer yang meliputi kekuasaan legislative, eksekutif, dan yudikatif.
Sebagai penganut demokrasi parlementer, parlemen Israel mempunyai kedudukan yang sangat strategis. Parlemen Israel, Knesset, merupakan badan legislatif tertinggi. Badan ini mempunyai fungsi untuk membuat undang-undang dan mengawasi jalannya pemerintah. Israel menganut system multi partai. Artinya, siapa saja boleh mendirikan partai asalkan mengikuti tata cara yang diijinkan. Menjelang pemilu banyak orang kasak kusuk untuk ikut mendaftar sebagai kandidat anggota Knesset.
Untuk masyarakat dan pemilih Israel faktor yang cukup menentukan adalah keamanan dan prestise. Artinya partai yang bisa menjamin keamanan dan prestise masyarakat Yahudi adalah yang mempunyai peluang besar untuk menang. Bagi masyarakat Israel, Intifadah (perjuangan rakyat Palestina melawan Israel di daerah pendudukan) bisa dianggap ancaman. Dunia mengecam tindakan Israel yang tidak manusiawi. Sudah barang tentu hal ini menguntungkan masyarakat Palestina dan sebaliknya merugikan Israel.
Perubahan kepemimpinan dari Shamir yang Likud ke Rabin yang Buruh membawa pula perubahan kehidupan politik Israel. Israel dan PLO (yang dianggap mewakili Palestina) menandatangani suatu Deklarasi Prinsip (Declaration of Principe-DOP) pada 13 September 1993, sebagai landasan bagi kehidupan kedua bangsa itu.
f)       Politik Luar Negeri
Politik luar negeri Israel dijalankan berdasarkan kepentingan dalam negerinya. Maka, segala kebijakan luar negerinya sedapat mungkin memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan dalam negeri. Hal ini mengingat sejarah berdirinya negara itu. Israel merasa keamanan  dalam negerinya juga merupakan salah satu fungsi diplomatik internasional.
Israel bersikap lebih pragmatis lagi setelah dipimpin oleh Rabin (Buruh) yang menang dalam pemilu 1992. PLO yang sebelumnya dianggap teoritis diajak berunding dan bahkan mereka menandatangani suatu Deklarasi Prinsip bagi tahapan perdamaian. Setelah itu, Israel menandatangani perjanjian perdamaian dengan Yordania. Israel juga berusaha mendekati tetangga Arab lainnya untuk diajak berunding[5].
2.4 Konflik Bangsa Yahudi dengan Bangsa Arab Setelah Yahudi Memiliki Negara (Israel)
Konflik Arab-Israel hingga saat ini masih menjadi isu yang dinamis. Dari segi historis, konflik Arab-Israel sendiri telah berakar cukup lama, dan dipengaruhi oleh berbagai kepentingan antara aktor-aktor konflik.
Pasca berdirinya negara Israel, konflik terbuka Arab-Israel memang makin tak terhindarkan lagi. Bahkan, dalam periode 1948-1992, terjadi 63 Militarized Interstate Disputes (MIDs) alias Konflik Militer Antarnegara, dengan 18 di antaranya berbentuk Perang Terbuka (Full Fledged War) antara Israel dengan negara-negara Arab tetangganya. Perang utama yang terjadi antara pihak Arab dengan Israel pasca Perang Kemerdekaan Israel 1949 terjadi pada tahun 1956, 1967, 1973, dan 1982). Namun, antara tahun 1949-1956, tidak terjadi perang besar antara pihak Arab dengan pihak Israel. Periode tersebut lebih diwarnai oleh berbagai peristiwa penting seperti aneksasi Tepi barat oleh Yordania, pembunuhan Raja Abdullah I dari Yordania oleh kelompok teroris dari Palestina yang tidak puas dengan tindakan Yordania saat melawan Israel, kudeta terhadap Raja Farouk oleh Gamal Abdul Nasser di Mesir, SkandalLavon yang melibatkan mata-mata Israel di Mesir, dan terpilihnya David Ben Gurion sebagai Perdana Menteri Israel.
Pada tahun 1956, Amerika Serikat, Inggris, dan Bank Dunia memutus dana bantuan untuk Mesir karena negara yang dipimpin Nasser tersebut dianggap terlalu mendekat ke Uni Soviet. Hal tersebut dibalas Mesir melalui tindakan nasionalisasi Terusan Suez. Tindakan tersebut memicu deklarasi perang oleh Inggris dan Perancis terhadap Mesir. Israel turut terlibat dalam perang tersebut, dan dengan relatif mudah berhasil menginvasi serta merebut Semenanjung Sinai hanya dalam waktu 100 jam, meski kemudian mundur dari wilayah tersebut karena digantikan oleh tentara penjaga perdamaian dari PBB. Perang tersebut menunjukkan kekuatan militer Israel yang dengan mudah mampu mengalahkan pasukan Mesir yang kurang terlatih. Baik negara-negara Arab maupun Israel meningkatkan anggaran militer mereka pasca 1956 sebagai persiapan apabila kembali terjadi perang antara Arab-Israel, dan pada 1956-1966 berlangsung konflik-konflik berskala rendah seperti clash perbatasan Israel-Suriah pada 1964, perang sipil di Yaman yang diintervensi oleh Mesir (dan gagal), serangan gerilya Palestina ke Israel 1965-1966, dan pembalasan Israel ke basis Palestina di Yordania. Israel kemudian mengaplikasikan doktrin militer rapid advance in the event of war dan melakukan modernisasi besar-besaran pada sektor tank dan kekuatan udara[6].
Selain konflik tersebut, permasalahan Israel dengan bangsa Arab terus berlanjut. Antara lain dengan adanya beberapa perang yaitu:
1)      Perang Yom Kippur (1973).
Kemenangan besar Israel dalam Perang 6 Hari tahun 1967 membuat bangsa Israel besar kepala dan begitu percaya diri bahwa bangsa-bangsa Arab tidak mungkin berani lagi melawan mereka. Tapi mereka salah. Mereka tidak tahu bahwa negara-negara Arab sudah bersumpah untuk mengadakan perang abadi melawan mereka. Tiga kali gagal (perang kemerdekaan, perang Suez dan perang 6 hari) membawa pelajaran berarti bagi negara-negara Arab. Saat itu (1973) Mesir berada di bawah kuasa presiden Anwar Al Sadat.
Presiden Anwar Al Sadat lalu lalu mengajak Syiria, Yordania dan Irak untuk sekali lagi berperang melawan Israel. Tapi kali ini mereka lebih pintar. Al Sadat memakai taktik/trik yang namanya “Bad Information”. Al Sadat tahu bahwa Israel mempunyai dinas inteligent yang sangat hebat yakni “MOSSAD” dan justru pada titik inilah ia melihat peluang untuk menghancurkan Israel.  Al Sadat lalu mengkoordinasi negara-negara Arab lainnya dan mengumumkan bahwa akan ada perang melawan Israel. Informasi ini dibuat seolah-olah adalah rahasia tetapi sebenarnya ia tidak bermaksud merahasiakan hal ini. Ia justru berharap para inteligen Mossad mengetahuinya dan menyampaikannya pada Israel. Pasukan Mesir dan negara-negara Arab lalu diarahkan ke perbatasan-perbatasan dengan Israel dan para inteligent Mossad mengetahui hal itu. Berbagai informasi dan foto-foto para inteligent mendukung hal itu dan dikirimkan ke pemerintah Israel. Saat itu Israel diperintah oleh Perdana Menteri perempuan yang terkenal yakni Golda Meir.
Pemerintah Israel yang mendapat informasi itu lalu mengadakan rapat darurat dan keputusannya adalah siap untuk perang. Pasukan Israel pun disiapkan, ribuan rakyat pun dimobilisasi untuk mempertahankan tanah air mereka. Banyak pekerja pabrik, petani, peternak, dll yang meninggalkan pekerjaan mereka demi membela negara mereka. Akibatnya adalah negara mengalami kerugian dan juga pengeluaran lebih dari 10 juta dolar / 120 milyard demi persiapan perang. Isarel pun berada dalam siaga I dan siap untuk berperang. Tetapi apakah yang terjadi? Ternyata ditunggu-tunggu, pasukan Mesir dan pasukan negara-negara Arab lainnya tidak melakukan penyerangan apa pun. Akhirnya Israel pun sadar bahwa sebenarya Mesir dan negara Arab lainnya tidak sementara bersiap menyerang mereka. Mungkin mereka hanya melakukan latihan perang saja. Dalam hal ini pun mereka salah karena sebenarnya itu adalah bagian dari strategi Mesir. Jika demikian maka pihak yang patut disalahkan adalah dinas inteligent Mossad karena mereka dianggap memberikan “Bad information” atau informasi yang keliru bahwa Mesir dan sekutu-sekutunya mau menyerang Israel. Akibat informasi yang salah ini, negara mengalami kerugian yang sangat besar. Mossad benar-benar kehilangan kepercayaan sebagai sebuah lembaga inteligent.
Pada tanggal 19 Mei 1973, presiden Mesir Anwar Al Sadat berkunjung ke Syiria untuk membicarakan rencana penyerangan terhadap Israel dan pada tanggal 12 September 1973, kedua negara ini menandatangani persetujuan bersama untuk menyerang Israel. Hal ini rupanya diketahui oleh para inteligent Mossad. Berita pun di sampaikan kepada pemerintah Israel, tetapi pemerintah Israel yang sudah tidak percaya pada informasi Mossad mengabaikan semua informasi itu. Mereka tidak ingin terkecoh seperti sebelumnya gara-gara “Bad Information” dari Mossad. Menteri Pertahanan Israel Moshe Dayan bahkan menganggap bahwa negara-negara Arab tak mungkin punya nyali untuk berhadapan dengan Israel lagi. Karena itu semua informasi akurat yang masuk masuk dari Mossad bahkan termasuk persiapan-persiapan Mesir dan Syiria dicoretnya. Di akhir bulan September itu masuk pula informasi yang sangat akurat yaitu rudal-rudal tipe SA-6 telah dibagikan ke semua Devisi Lapis Baja AD Mesir. Juga info dari gurun Sinai telah masuk bahwa telah terjadi peningkatan pasukan dalam jumlah yang makin banyak disertai persenjataan yang lengkap. Tetapi semua ini diabaikan pemerintah Israel. Mossad juga memberi laporan bahwa Rusia telah mengirimkan kapal mata-mata yang canggih ke pantai laut Israel. Tetapi lagi-lagi semuanya diabaikan Moshe Dayan. Dia berkata bahwa paling-paling Mesir, dkk sementara melakukan latihan perang. Mana mungkin mereka berani melawan Isarel? Mossad yang kali ini yakin akan informasi mereka bahwa Israel akan diserang terus mendesak pemerintah Israel untuk melakukan persiapan perang. Mereka bahkan memberikan informasi yang sangat detail misalnya di mana tentara-tentara Mesir akan didaratkan dengan helikopter-helikopter, sasaran-sasaran mana yang akan dibidik oleh pesawat tempur Mesir dan Syiria, rudal-rudal Uni Soviet yang telah dikirim ke Mesir dan ditempatkan di posisi-posisi mana saja, persiapan pesawat-pesawat Uni Soviet yang mendukung Mesir, bahkan pelaksanaan penyerangan yang akan dilaksanakan di awal Oktober 1973. Total ada sekitar 400 informasi yang masuk. Namun anehnya, 400 informasi akurat yang masuk ini tetap saja diabaikan oleh Moshe Dayan dan Golda Meir. Rupanya rencana penyerangan Mesir dan Syiria ini juga diketahui oleh inteligent Amerika Serikat (CIA) yang lalu mengirimkan  informasi tersebut kepada Israel pada tanggal 4 Oktober 1973.
Pada tanggal 4 Oktober juga radar Amerika Serikat menangkap sinyal dari satelit mata-mata Uni Soviet  yang memonitor gerakan pasukan Israel. Hasilnya dikirm ke Mesir dan Syiria. Hal ini juga diberitahu kepada Israel, lagi-lagi pemerintah Israel tidak percaya. Sementara itu Mossad yang begitu yakin akan ada penyerangan semakin ketakutan karena Israel sama sekali tidak mengadakan persiapan apa-apa. Pada tanggal 5 Oktober bahkan mereka memberikan informasi kepada pemerintah bahwa pasukan Mesir telah memasang jembatan-jembatan darurat untuk penyeberangan kendaraan lapis baja dan tank-tank. Namun anehnya, sampai detik yang kritis itu juga PM. Golda Meir dan Menteri Pertahanan Moshe Dayan tetap tidak percaya. Bahkan pimpinan Mossad Zwi Zamir langsung turun ke lapangan dan ia juga yakin akan ada perang, ia mengirimkan telegram langsung ke Golda Meir yang berbunyi : “Perang akan dimulai dini hari nanti” namun Golda Meir masih mengabaikan telegram penting ini.
Dini hari (jam 2 pagi) tanggal 6 Oktober 1973 (tepat hari raya Yom Kippur/Penebusan dosa orang Yahudi) saat Golda Meir masih memimpin persidangan tiba-tiba masuklah seorang prajurit Israel secara tergesa-gesa dan menyampaikan bahwa Mesir dan Syiria juga Irak sudah menyerang Israel dengan kekuatan penuh. Rapat dilanjutkan untuk membicarakan apa langkah yang harus dilakukan tetapi Mesir dan Syiria sudah membabi buta menyerang Israel yang sama sekali tidak siap itu.
Akibatnya korban yang jatuh dari pihak Israel sangatlah banyak. Agen-agen Mossad menangis dalam kekecewaan karena 400-an informasi akurat yang mereka berikan sama sekali tidak ada gunanya. Perang terus berlangsung pada tanggal 7-8 Oktober dan ini adalah 2 hari yang kelabu bagi Israel. Mereka dihantam habis-habisan oleh Mesir dan sekutu-sekutunya dari berbagai arah. Israel benar-benar kelabakan tetapi mereka tetap mati-matian mempertahankan negara mereka.
Tanggal 10 Oktober Uni Soviet mengirimkan bantuan senjata kepada Mesir dan Syiria melalui udara dan ini membuat Israel semakin parah dalam beberapa hari ke depan. Pemerintah Israel akhirnya meminta bantuan senjata pada Amerika Serikat dan tanggal 14 Oktober Amerika Serikat mengirimkan bantuan senjata melalui udara kepada Israel.  Setelah mendapat bantuan senjata dari Amerika Serikat, kondisi mulai berbalik pada tanggal 15 Oktober. Pasukan Israel berhasil menembus pertahanan Syiria dan bahkan bisa menyerang sampai masuk wilayah Syiria bahkan sampai jarak 40 km dari ibukota Syiria Damascus. Giliran Syiria yang kelabakan sekrang di dalam mempertahankan ibukota mereka.
Pada tanggal 16 Oktober pesawat-pesawat tempur Israel berhasil menembusi pertahanan udara Mesir serta menghancurkan istalasi-instalasi penting serta basis pangkalan peluru kendali Mesir. Bahkan kalau saja Israel mau, mereka bisa membom Kairo tetapi itu tidak dilakukan mengingat itu bisa mengakibatkan korban sipil yang besar.  Tanggal 17-23 Oktober pasukan Israel makin berjaya, sebaliknya kondisi Mesir, Syiria dan Irak makin payah. Uni Soviet yang tahu bahwa Mesir dan sekutu-sekutunya tidak mungkin menang lagi lalu menawarkan pada AS untuk mengadakan gencatan senjata pada tanggal 24 Oktober. Akhirnya pada tanggal 25 Oktober 1973, perang pun berakhir dengan kemenangan di pihak Israel.
2)      Perang Gaza
Perang Gaza meletus pada tahun 2008 antara Israel dan organisasi garis keras Palestina yang bernama Hamas. Wilayah Gaza adalah wilayah di bagian barat daya dari negara Palestina (tidak lebih besar dari Jakarta) yang berbatasan langsung dengan Mesir.
Di jalur Gaza ini ada banyak terowongan rahasia yang dipakai untuk menyelundupkan bahan makanan, peluru, mortir, roket, granat dan persenjataan-persenjataan lainnya. Ini dimanfaatkan oleh Hamas untuk menghimpun persenjataan terutama roket-roket yang sampai tahun 2008 Hamas berhasil menghimpun peluru roket/mortir seberat 1.300 ton yang dapat ditembakkan mencapai jarak 40 km. Setelah merasa bahwa persenjataan mereka cukup kuat (1.300 ton), Hamas lalu mulai mencari gara-gara duluan dengan menembakkan 100 roket ke arah wilayah Israel.
Israel lalu melaporkan ini ke PBB dan memutuskan untuk mengadakan perang terhadap Hamas. Sebenarnya ini adalah perang yang tidak seimbang. Akhirnya tanggal 27 Desember 2008 Israel mulai mengadakan serangan balasan melalui udara. Pesawat-pesawat Israel membombardir seluruh wilayah jalur Gaza.
Ini langsung diberitakan seluruh media massa Indonesia sehingga membentuk image bahwa Israellah yang memulai serangan. Dalam serangan Israel hari pertama itu, CNN melaporkan bahwa 120 orang tewas dan sekitar 400 orang terluka. TV Al Aqsa (milik Hamas) melaporkan bahwa sebagian besar markas besar pasukan keamanan di Haza hancur total. Pada hari kedua higga keempat (28-30 Desember 2008), Hamas membalas dengan menembakkan 24 buah roket ke arah Israel tetapi Israel juga mengerahkan kemampuannya untuk menghancurkan Gaza. 363 orang Palestina tewas hingga hari ketiga dan 1720 orang terluka. Pada hari yang kelima dan keenam (31 Desember 2008 – 1 Januari 2009) pesawat Israel menghancurkan gedung parlemen Palestina di Gaza dan basis-basis kekuatan Hamas (450 tempat penting).
Kapal-kapal perang Israel pun membombardir Gaza di sepanjang pantai. Tetapi Hamas juga tidak tinggal diam. Mereka menembakkan 250 roket ke wilayah-wilayah Israel.
Salah seorang pemimpin Hamas bernama Ismail Haniya berkata “Kami akan terus melawan. Kami pasti akan dapat kalahkan Israel!” 
Memasuki hari ketujuh (2 Januari 2009), dst Angkatan Darat Israel pun bergerak.  Markas besar hamas dihancurkan, pembangkit-pembangkit listrik di Gaza digasak, dan masih banyak tempat penting di Gaza yang dihancurkan, sambil Hamas pun mengandalkan roket-roket mereka terus menembak ke arah Israel. Perang ini terus berlangsung hingga 18 Januari 2009 jam 02.00 ketika terjadi gencatan senjata. Korban hingga berakhirnya perang adalah :
o   Tewas 1.313 orang (1300 orang Palestina, dan 13 warga Israel).
o   Terluka (5.617 orang Palestina, dan 317 orang Isarel).
Akibat dari perang ini negara-negara Arab dan Islam begitu marah. Di Iran, ribuan warga didampingi para pejabat sipil dan militer demo turun ke jalan, memprotes serangan Israel ini sambil membawa spanduk-spanduk : “Hapuskan Isarel dari muka bumi!”, “Mari bangkit, bersatu hancurkan Israel!”, dll. Di Irak, ratusan warga beramai-ramai membakar endera Israel. Di Libanon, puluhan ribu orang menyerukan agar umat Islam di seluruh dunia bangkit untuk membela rakyat Palestina. Di Afganistan, kelompok Taliban mengajak umat Islam di seluruh dunia untuk bergabung dan menyerang Israel. Protes yang sama juga datang dari berbagai negara seperti Mesir, Yordania, Suriah, Inggris, Spanyol, Perancis, Turki, Swedia, Denmark dan juga Indonesia[7].
2.5 Upaya Penyelesaian Konflik antara Bangsa Yahudi (Israel) dengan Bangsa Arab
Akar-akar konflik Arab-Israel sudah terjadi sejak awal datangnya Islam. Konflik antara kedua belah pihak kadang-kadang mereda, tetapi jelas tidak pernah usai sampai dunia memasuki abad ke-21 sekarang ini. Pada tahun 1967 pernah terjadi perang Arab-Israel yang berakhir dengan kekalahan pihak Arab, walaupun pihak Arab pada waktu itu melibatkan Palestina, Syria, Yordania, dan Mesir. Dataran Tinggi Golan, milik sah Syria, masih dikuasai oleh Israel sampai saat ini.
Masalah Palestina-Israel menjadi inti dari konflik Arab-Israel tersebut. Konflik Israel-Palestina boleh jadi merupakan konflik yang memakan waktu panjang setelah Perang Salib yang pernah terjadi antara dunia Timur dan Barat di sekitar abad keduabelas. Konflik yang telah berlangsung enam puluhan tahun ini menjadi konflik cukup akut yang menyita perhatian masyarakat dunia. Jika ditinjau dari latar belakang sejarah, konflik Israel-Palestina merupakan bagian dari konflik Arab-Israel yang lebih luas sejak 1940-an. Agresi Meliter Israel terakhir yang dilancarkan sejak 26 Desember 2008 pada prinsipnya merupakan bagian yang tidak terpisah dari konflik Israel-Palestina sebelumnya.
·         Upaya Penyelesaian Konflik
Berbagai Resolusi konflik Arab-Israel yang telah ditempuh sebagai berikut:
1)      Melalui perundingan dan kesepakatan
Berbagai perundingan dan kesepakatan yang telah ditandatangani namun tetap dilanggar antara lain:
a)      Konferensi Madrid (1991) Upaya internasional melakukan perundingan secara multilateral akhirnya gagal. Konferensi Madrid tahun 1991 sebagai bukti dimana Suriah dan Libanon akhirnya keluar. Sikap ini yang memang ditunggu-tunggu Tel Aviv untuk selanjutnya melakukan perundingan bilateral dengan Yordania dan Palestina guna memecah kesatuan Arab hingga saat ini;
b)      Perjanjian Oslo I (1993) Kesepakatan Oslo menyetujui pemerintahan mandiri rakyat Palestina atas wilayah Gaza, Jericho dan Tepi Barat melalui pembentukan Otoritas Palestina. Yasser Arafat ditunjuk sebagai pemimpin Otoritas Palestina dan pemilihan umum dipersiapkan hingga akhirnya Yasser Rafat dipilih menjadi Presiden Otoritas Palestina pada tahun 1996. Sejak itu pemerintahan otoritas Palestina menjadi satu-satunya pemerintahan yang sah dan diakui dunia internasional sebagai pemerintahan rakyat Palestina. Pembentukan Otoritas Palestina ini dengan demikian juga menafikan deklarasi kemerdekaan Palestina pada tahun 1988 di Al Jazair yang tidak pernah diakui oleh PBB tersebut.
o   Persetujuan Kairo (1994);
o   Perjanjian Oslo II (1995);
o   Persetujuan Hebron (1997);
o   Memorendum Wye River (1998);
o   Camp David II (2000);
o   Kesepakatan Sharm Seikh (2000);
c.       Tenet Plan (2001)Tawaran KTT Liga Arab 2002. KTT Liga Arab di Beirut tahun 2002, yang memunculkan inisiatif perdamaian Arab-Israel. Intinya bahwa negara-negara Arab bersedia menjalin hubungan diplomatik dengan Israel bila negara Yahudi itu telah mundur dari tanah Arab yang didudukinya, termasuk hak kembali bagi warga Palestina dari pengungsian;
d.      Peluncuran roadmap 14 Maret 2003 yang diprakarsai AS, Uni Eropa, Rusia dan PBB pun kandas;
e.       Pertemuan puncak Liga Arab di Riyadh, Arab Saudi, pada Maret 2007;
f.       23-Oktober-2007, konferensi perdamaian Timur Tengah yang digelar di Annapolis, Maryland, AS, November 2007 untuk mendorong digulirkannya kembali pembicaraan damai Timur Tengah, yang telah menggantung selama sekitar tujuh tahun serta untuk mengevaluasi kemajuan dalam membangun demokrasi di kawasan tersebut. Namun, bagi Hamas dan sejumlah negara Arab, pertemuan Maryland adalah momentum untuk semakin mengucilkan Hamas dan memecah belah bangsa Palestina. Hamas praktis terisolasi sejak menguasai Jalur Gaza Juni 2007. Peristiwa ini sekaligus mengakhiri pemerintahan nasional bersatu Fatah-Hamas yang terbentuk melalui Kesepakatan Makkah yang digagas Raja Arab Saudi, Abdullah.
2)      Berbagai Kunjungan resmi pemimpin negara Arab ke negara-negara barat dalam hal penyelesaian konflik, maupun sebaliknya, antara lain, seperti:
a)      17 April 2007 Presiden Mesir Hosni Mubarak melakukan kunjungan resmi ke Prancis untuk bertemu dengan Presiden Perancis Jacques Chirac;
b)      Perundingan secara terpisah bertujuan untuk memperlemah solidaritas Arab dengan mengedepankan kepentingan nasional sempit dari masing-masing. Israel misalnya sukses ``berdamai`` dengan Mesir lewat persetujuan Camp David tahun 1978. Lalu dengan Yordania pada 1994, sedangkan persetujuan Oslo dengan Palestina pada September 1993 akhirnya terkubur sudah susuai pengakuan kedua pihak (Israel dan Palestina).
3)      Peran PBB
Dewan Keamanan PBB pada tgl 11 Agustus 2006, akhirnya berhasil menyepakati suatu resolusi yang menyerukan penghentian serangan bersenjata timbal balik antara Israel dan Hizbullah. Resolusi yang bernomor 1701 itu disetujui oleh semua 15 anggota Dewan Keamanan termasuk Amerika Serikat (AS) yang mempunyai hak Veto. Resolusi itu mulai efektif pada Senin 14 Agustus pukul 12.00 GMT.
Wilayah Palestina itu, pada tahun 1947 atas mandat Liga Bangsa-Bangsa (LBB) diserahkan kepada Inggris selaku administrator.
Waktu Inggris mengemukakan keinginannya untuk menyerahkan mandatnya kepada PBB, sebagai kelanjutan LBB, PBB membentuk komite khusus untuk memecahkan masalah Palestina.
Atas rekomendasi komite itu, Majelis Umum PBB mengesahkan rencana pembagian wilayah Palestina menjadi dua yaitu Negara Yahudi dan Negara Arab Palestina dengan Yerusalem sebagai kota internasional. Rencana ini ditolak oleh orang-orang yahudi melalui gerakan zionisnya, dan negara-negara Arab di sekitarnya.
Perseteruan antara etnis Arab dan etnis Yahudi meningkat setelah berdirinya Israel, dan diperparah lagi dengan pengusiran besar-besaran warga Palestina keturunan Arab. Permusuhan terbuka setelah berdirinya Israel dapat dihentikan sementara oleh Dewan Keamanan (DK) PBB.
waktu krisis Suez pada 1956, juga perang Arab-Israel (1967 dan 1973), atas seruan masyarakat internasional, PBB berusaha menghentikannya dengan pertama-tama menyerukan gencatan senjata, lalu mengirim pasukan penjaga perdamaian.
Pada perang tahun 1967, Israel berhasil menduduki Jazirah Sinai, Dataran Tinggi serta Jalur Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem. Menghadapi kenyataan ini, DK PBB melalui Resolusi No 242 menyerukan gencatan senjata dan menetapkan prinsip-prinsip bagi penyelesaian yang adil dan langgeng.
Pada 1973 pecah lagi perang antara Mesir dan Suriah melawan Israel. Karena itu PBB mengeluarkan Resolusi No 338 (1973) yang menegaskan kembali prinsip-prinsip dari Resolusi 242 (1967) dan menyeru kembali pihak-pihak yang bertikai untuk berunding. Untuk memonitor gencatan senjata yang terjadi setelah keluarnya Resolusi No 338 itu, PBB membentuk pasukan perdamaian yang ditempatkan di Dataran Tinggi Golan dan Sinai.
Di perbatasan Lebanon Selatan dengan Israel Utara, sebagaimana terjadi sekarang ini sering terjadi pertempuran antara pejuang Palestina yang dibantu rakyat Lebanon dan tentara Israel yang sering memasuki wilayah Lebanon. Saat terjadi pertempuran pada 1978 antara pejuang Palestina dan rakyat Lebanon melawan Israel, DK PBB mengeluarkan Resolusi No 425 dan 426. Resolusi itu menyeru Israel menarik diri dari Lebanon selatan dan membentuk the United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Tugas UNIFIL itu untuk memastikan bahwa pasukan Israel mundur dari Lebanon dan memulihkan perdamaian.
Walaupun sudah ada pasukan PBB (UNIFIL), sejak tahun 1978, Israel tidak sepenuhnya mundur dari Lebanon. Malah pada tahun 1982 tentara Israel menyerang Beirut dan menghancurkan kamp pengungsi Palestina di Shabra-Shatila dan membuat zone keamanan yang ditempati pasukan Israel. Dengan tekanan masyarakat internasional melalui PBB dan perlawanan rakyat Lebanon yang dipelopori Hizbullah, Israel akhirnya mundur dari Lebanon selatan pada 2000.
Pada akhir September 2000, pecah lagi kerusuhan di Tepi Barat dan Jalur Gaza terutama di wilayah-wilayah yang diduduki tentara Israel. Kerusuhan ini menimbulkan korban manusia, kehancuran prasarana dan tragedi kemanusiaan. DK PBB kembali mengeluarkan Resolusi No 1397 (2002) yang menyerukan penghentian tindakan kekerasan dan menegaskan kembali visi PBB yakni terwujudnya dua negara di wilayah itu: Palestina dan Israel.
Mundurnya Israel dari wilayah-wilayah Arab yang diduduki dan terselesaikannya masalah pengungsi Palestina secara adil, menjadi inti dari penyelesaian konflik Arab-Israel. Belum semua Resolusi PBB terlaksana, pecah perang lagi antara Arab-Israel pada Juli tahun ini. Perang ini diakhiri dengan Resolusi PBB No 1701 (2006) yang intinya: Israel harus menghentikan operasi meliter dan menarik diri dari wilayah Lebanon, Hizbullah menghentikan serangannya ke Israel, dan pembentukan pasukan perdamaian.
Pada 14 April 2009, Utusan khusus PBB untuk Timur Tengah, George Mitchell menekankan penyelesaian dua negara bagi konflik antara Israel dan Palestina. George Mitchell pada saat itu bertemu dengan para pejabat penting di wilayah-wilayah Israel dan Palestina, dan juga Mesir dan Teluk Persia. Para pemimpin Palestina dan negara-negara Arab lainnya, mengecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena tidak menyetujui rencana penyelesaian dua negara itu.
4)      Pembentukan organisasi-organisasi dan utusan-utusan untuk penyelesaian konflik. Seperti:
a)      Crisis Group
Tugas Crisis Group di Israel, wilayah yang diduduki, dan tetangga-tetangga Arab Israel, difokuskan pada rencana-rencana politis dan diplomatis yang lebih komprehensif untuk menyampaikan sumber-sumber konflik, dan berurusan dengan faktor-faktor utama di dalam masyarakat Israel dan Arab yang menghalangi pencapaian perdamaian yang berkelanjutan.
Namun semua kesepakatan, perjanjian dan keputusan PBB pada intinya menuntut kedua belah pihak menahan diri dari aksi kekerasan. Dan lebih khusus lagi meminta Israel untuk menarik diri dari wilayah Palestina yang didudukinya. Selain itu juga menuntut Israel menghentikan penyerangan warga sipil dan mengakui eksistensi Palestina. Namun semua kesepakatan dan resolusi itu tetap saja dilanggar oleh Israel.
Sampai sejauh ini baik organisasi internasional maupun negara-negara yang sudah mengupayakan akan adanya perdamaian di kawasan Timur Tengah ini antara Israel dengan lawan-lawannya, terutama dengan Palestina, bisa kita lihat tidak menghasilkan adanya perdamaian yang menguntungkan bagi kedua pihak.
5)      Peran Negara-Negara Islam
Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina telah berlangsung lebih dari setengah abad, serta telah menelan banyak korban nyawa dan harta manusia. Perang juga telah menghancurkan tatanan masyarakat, menelantarkan masa depan anak-anak, dan melibatkan beberapa negara di Timur Tengah, terutama negara-negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Israel dan Palestina. Selain itu, Organisasi Konferensi Islam (OKI) turut berperan dalam menyelesaikan konflik di kawasan Timur Tengah itu.
a)      Arab Saudi
Peran Arab Saudi dalam mewujudkan penyelesaian masalah Palestina merupakan misi dan tuntutan politik luar negeri Arab Saudi yang dirumuskan tahun 1943. Pada tahun itu Ibnu Saud mengadakan pertemuan dengan para ulama dan pembesar istana kerajaan yang membicarakan masalah gerakan Zionisme dan hubungannya dengan Palestina. Arab Saudi memutuskan bahwa penyelesaian masalah Palestina harus ditempuh dengan cara pertama, Arab Saudi harus bersatu dengan negara-negara Arab lainnya. Kedua, Arab Saudi melakukan pendekatan kepada Amerika untuk menjadi mediator yang adil untuk menyelesaikan konflik Israel dan Palestina.
Arab Saudi mendekati Amerika untuk menekan Isrel dalam peneyelesaian Palestina. Permintaan tersebut tidak dapat diterima secara konsesus oleh semua organisasi pergerakan Palestina yang mengakibatkan Arab Saudi tidak dapat menjalankan keinginannya dengan baik.
b)      Mesir
Sebagai sebuah negara dengan penduduk terbesar di kawasan Timur Tengah, Republik Arab Mesir mempunyai peranan penting dalam dinamika dan perkembangan politik di kawasan ini. Keseriusan Mesir untuk mewujudkan perannya tersebut berdasarkan pada kenyataan bahwa Mesir berupaya untuk mengidentifikasikan negaranya dengan sifat kearabannya serta nasionalisme Afrika yang tetap berakar pada kepentingan negaranya dan memperjuangkan perdamaian dalam penyelesaian konflik di Timur Tengah, termasuk Israel dan Palestina.
Kemudian, keterlibatan Mesir dalam mengatasi konflik Israel dan Palestina ketika terjadi peperangan pada tanggal Oktober 1973 yang bertepatan dengan bulan Ramadhan dan hari Yom Kippur) semakin meningkatkan pengaruh Mesir (Anwar Sadat) baik did ala negeri, di dunia Arab maupun di dunia internasional.
c)      Organisasi Konferensi Islam (OKI)
Kekuatan Islam terakhir yang di segani yaitu Kerajaan Utsmani di Turki terus mengalami kemunduran. Kelemahan kerajaan-kerajaan Islam itu menyebabkan Eropa dapat menduduki dan menjajah negeri-negeri Islam dengan mudah. Pada penghujung abad ke-19 dan awal abad ke-20, penerobosan kekuasaan pihak Eropa terhadap dunia Islam meluas sejak dari Maroko sampai ke Indonesia.
Perang Arab-Israel mengubah situasi secara dramatis ketika Israel mengalahkan Mesir, Yordania dan Suriah serta menduduki cukup luas wilayah Arab pada tahun 1967. Pendudukan tempat-tempat suci muslim di Jerusalem di antaranya Masjid Al-Aqsa mengejutkan seluruh dunia Muslim. Raja Faishal dari Arab Saudi dan Amin Al-Husaini (Mufti Besar Palestina) serta didukung oleh pemimpin nasional lainnya termasuk Tunku Abdul Rahman dari Malaysia menyerukan Konferensi Tingkat Tinggi Islam[8].
·         Hambatan Penyelesaian konflik
Penyelesaian konflik Palestina-Israel sangat rumit untuk diselesaikan dan mengalami banyak kendala karena ternyata dalam tubuh Palestina itu sendiri terjadi konflik internal yakni antara Hamas dan Fatah. PLO yang awalnya diakui sebagai pemegang kekuasaan di Palestina berbeda pandangan dengan Hamas dan Faksi inilah yang kerap berkonflik dengan Israel, Pada perkembangannya, saat ini Hamas menjadi Pemegang kekuasaan di Palestina, Hamas (Harakah al muqawamah al Islamiyah) adalah sebuah organisasi politik beraliran militan. Diantara garis kebijakan resmi Hamas tersebut sebagaimana tertuang dalam Piagam Hamas adalah Penghancuran Israel. Piagam Hamas menyerukan untuk menguasai kembali seluruh wilayah Israel dan Palestina dan mendirikan sebuah negara palestina merdeka serta menghapus Israel dari peta dunia.
Untuk beberapa kali momentum kemerdekaan Palestina disia-siakan oleh keberadaan faksi yang berkuasa di Palestina. Sebagai contoh pada tahun 2002 negara-negara Arab menawarkan kepada Israel pengakuan eksistensi negara Israel dan menandatangani perdamaian. Sebagai gantinya Israel diminta menyerahkan kembali wilayah yang dikuasainya. Tawaran yang sebenarnya dianggap baik oleh Israel tersebut tidak mungkin direalisasikan saat itu karena Faksi berkuasa di dalam Palestina sendiri justru gencar melakukan aksi-aksi teror dan tidak peduli dengan usaha negara-negara Arab untuk membantu kemerdekaan Palestina. Negara-negara Arab yang memberikan tawaran tersebut tentu saja tidak bisa menjamin dan menghentikan aksi teror dari kelompok-kelompok militan Palestina terhadap Israel.
Persoalan internal umat Islam harus diselesaikan terlebih dahulu sehingga keruwetan konflik Timur Tengah bisa diurai. Caranya menjalin komunikasi intensif antarfaksi baik Sunni, Syiah, maupun yang lain. Hal lain yang tidak bisa diabaikan, Iran harus dilibatkan mengingat negara itu berpengaruh besar terhadap kelompok Syiah di Irak atau Hamas di Palestina.
Prospek penyelesaian konflik Arab-Israel sampai sekarang belum pernah menemukan titik temu dan kesepakatan yang sesungguhnya. Apalagi konflik yang ada selain adanya masalah internal bangsa Arab sendiri juga dengan adanya intervensi asing yang memanfaatkan dan mengambil keuntungan dari konflik tersebut lebih-lebih intervensi PBB tidak memiliki pengaruh yang signifikan bagi resolusi konflik Arab-Israel yang hingga sekarang masih berkecamuk[9].






BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Yahudi adalah istilah yang merujuk kepada sebuah agama, ras atau suku bangsa. Sebagai agama, istilah ini merujuk kepada umat yang beragama Yahudi.          
Pada perkembanganya, bangsa Yahudi yang tersebar diseluruh dunia tanpa memiliki suatu negara tersendiri, akhirnya melangkah dengan revolusi besar yaitu mendirikan suatu negara dengan mengupayakan menempati wilayah yang dulunya disebut sebagai tanah nenek moyangnya, yaitu di daratan Palestina dan didirikanlah negara Israel.
Dalam perjalanan bangsa Yahudi memang tidak terlepas dari yang namanya konflik atau pertikaian, dan hal tersebut berlanjut sampai pada setelah bangsa Yahudi meiliki suatu neagara. Anatara lain terjadinya berbagai perang mulai dari perang dengan wilayah negara sekitar sampai pada berita terbaru yaitu perang jalur Gaza.
Hal tersebut memang menyedot begitu banyak perhatian warga dunia. Lebih-lebih sudah dalam masa yang bukan masa kolonialisme lagi. Dan ironinya, konflik tersebut belum menemukan ujung damainya meski sudah diusahakan apa yang disebut upaya perdamaian.
3.2 Saran
Dalam melaksnakan kehidupan di dunia, banyak sekali hal yang perlu diperhatikan. Terutama dalam hal hubungan dengan sesama manusia. Hal tersebut juga perlu diimplementasikan terhadap kehidupan suatu negara, sebagai mahluk sosial, hidup berdampingan dengan orang lain atau kelompok lain merupakan hal yang sudah sepatutnya, bukanlah yang diutamakan adalah mencari permasalahan yang akahirnya menimbulkan pertikaian.
Dalam era moderen ini, lebih-lebih setelah dunia mengalami perang besar selama 2 kali. Hal tersebut seharusnya menjadi suatu pelajaran besar bagi seluruh bangsa atau masyarakat yang ada di dunia, yaitu suatu pelajaran menjaga perdamaian dunia dan untuk selalu hidup bersama.






 

















DAFTAR PUSTAKA
Hermawati. 2004. Sejarah Agama dan Bangsa Yahudi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 77-103.
Kompasiana. 2015. Konflik Arab Israel – Awal Mula Konflik Hingga Perang Enam Hari. Konflik Arab-Israel  Asal Mula Konflik hingga Perang Enam Hari - KOMPASIANA.com.htm. [02 Desember 2015].
Ministry, Pelangi Kasih. 2012. Berbagai Perang Yang dihadapi Bangsa Israel. http://pelangikasihministry2.blogspot.co.id/2012/11/berbagai-perang-yang-dihadapi-bangsa_24.html. [02 Desember 2015].
Rahmatul, Ria. 2009. Studi Kawasan Timur Tengah. http://studitimteng.blogspot.co.id/2009/05/proses-penyelesaian-konflik-israel.html. [02 Desember 2015].
Sihbudi, Rizal., Djafar, Zainuddin., dkk. 1995. Profil Negara-Negara Timur Tengah. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.







[2] Hermawati. 2004. Sejarah Agama dan Bangsa Yahudi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 77-103.
[3] Sihbudi, Rizal., Djafar, Zainuddin., dkk. 1995. Profil Negara-Negara Timur Tengah. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Hlm. 102-107.
[5] Sihbudi, Rizal., Djafar, Zainuddin., dkk. 1995. Profil Negara-Negara Timur Tengah. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Hlm. 107-121.
[6] Kompasiana. 2015. Konflik Arab Israel – Awal Mula Konflik Hingga Perang Enam Hari. Konflik Arab-Israel  Asal Mula Konflik hingga Perang Enam Hari - KOMPASIANA.com.htm. [02 Desember 2015].
[7] Ministry, Pelangi Kasih. 2012. Berbagai Perang Yang dihadapi Bangsa Israel. http://pelangikasihministry2.blogspot.co.id/2012/11/berbagai-perang-yang-dihadapi-bangsa_24.html. [02 Desember 2015].
[8] Hermawati. 2004. Sejarah Agama dan Bangsa Yahudi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 151-193.
[9] Rahmatul, Ria. 2009. Studi Kawasan Timur Tengah. http://studitimteng.blogspot.co.id/2009/05/proses-penyelesaian-konflik-israel.html. [02 Desember 2015].

0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Sample Text

Sample text

Total Tayangan Halaman

Social Icons

Blogger templates

Feature (Side)

Blogger news

Pages

AD (728x90)

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

Pengikut

Featured Posts

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget