Selasa, 18 November 2014

Pandangan Filsafat Sejarah Spekulatif Era Modern, dalam Pendapat Pitirim Alexandovich Sorokin



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Filsafat sejarah spekulatif merupakansuatu perenungan filsafati, mengenai tabiat atau sifat-sifat progres sejarah.[1] Dalam hal ini pembahasan filsafat sejarah lebih terpusat terhadap filsafat sejarah spekulatif dari era modern yaitu pada pandanfan Pitirim A Sorokin.
Pitirim Sorokin adalah sarjana Rusia yang mengungsi ke Amerika Serikat sejak Revolusi Komunis (1917). Ia adalah seorang ahli sosiologi yang terkenal dengan benerapa karyanya.
Dalam pembahasanya, pandangan gerak sejarah Pitirim A Sorokin begitu berbeda dengan karya-karya para ahli sebnelumnya. Ia menetang beberpa teori besar dari para ahli besar pula, sorokin lebih menghargai suatu proses sejarah daripada suatu hasil akhir dari perjalanan sejarah itu sendiri.
Oleh karena itu perlu adanya suatu kajian mendalam akan pandangan gerak sejarah dari Sorokin yang mengungkapkan sesuatu yang berbeda dalam hal ini. Sehingga dapat terpahamkan lebih jauh akan pandangan dari Pitirim A Sorokin.
1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah
1)      Apa yang dimaksud dengan Pandangan dan Pemikiran Filsafat Sejarah Spekulatif?
2)      Siapakah Pitirim A. Sorokin itu?
3)      Bagaimanakah pandangan dan pemikiran filsafat sejarah menurut Pitirim A. Sorokin?
4)      Bagaimana hasil akhir mengenai gerak sejarah dalam pandangan Pitirim A Sorokin?

1.3  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1)      Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan pandangan pemikiran filsafat sejarah Spekulatif;
2)      Mengetahui dan memahami mengenai tokoh Pitirim A Sorokin;
3)      Mengetahui dan memahami pandangan dan pemikiran filsafat sejarah oleh Pitirim A Sorokin;
4)      Mengetahui dan memahami hasil akhir dari pandangan gerak sejarah oleh Pitirim A Sorokin.
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah
1)      Dapat mengetahui dan memahami lebih jauh akan pengertian pandangan pemikiran filsafat sejarah spekulatif;
2)      Dapat mengetahui lebih jauh akan siapa tokoh yang bernama Pitirim A Soirokin;
3)      Dapat mengetahui lebih jauh akan pandangan dan pemikiran yang dikemukakan oleh Pitirim A Sorokin;
4)      Dapat mengetahui lebih jauh akan hasil akhir dari pemikiran Pitirim A Sorokin dalam pandanganya mengenai gerak sejarah.







BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pandangan dan Pemikiran Filsafat Sejarah Spekulatif
Filsafat sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan filsafati, mengenai tabiat atau sifat-sifat proses sejarah, biasanya, ada tiga macam pertanyaan yang perlu dijawab:
1)      Irama atau pola macam apa dapat kita amati dalam proses sejarah?
2)      Mana motor yang menggerakkan proses sejarah?
3)      Apa sasaran terakhir yang dituju oleh proses sejarah?
Demikian, misalnya, dalam filsafat sejarah spekulatif ala marx dibedakan menjadi tiga tahap, yakni tahap primitif, tahap antik, tahap abad pertengahan dari dunia borjuis-kapitalis. Dapat saja terjadi, bahwa dalam salah satu filsafat sejarah spekulatif tertentu salah satu permasalahan ditonjolkan di atas yang lain. Demikian misalnya, Hegel dan Marx terutama mencurahkab perhatian kepada “motor” proses sejarah, sedangkan Spengler dan Toynbee lebih memperlihatkan masalah pertama dan para filsuf sejarah kristen meneropong tujuan proses historis.
Bila disini dibahas sejarah dunia atau proses sejarah, mana yang dimaksudkan bukan saja segala sesuatu yang terjadi sampai sekarang ini, melainkan sering juga apa yang masih harus terjadi. Seperti nampak dari permasalahan yang ketiga, maka sering kali juga membicarakan masa depan. Tentu saja ada perkecualian. Hegel, misalnya, dengan tegas menolak untuk mengatakan sesuatu secara konkret mengenai hari depan, tetapi sistem-sitem sejarah spekulatif tidak hanya beebeda dengan pengkajian sejarah karena secara khusus meneropong masa depan, juga dalam pengungkapanya mengenai masa silam cara kerja seorang filsuf sejarah spekulatif berbeda dengan cara kerja peneliti sejarah biasa. Apa yang ditemukan diungkapkan oleh peneliti sejarah biasa, bag filsuf sejarah spekulatif merupakan titik permulaan. Bila seorang filsuf sejarah spekulatif sudah maklum bagaimana  proses sejarah terjadi (dan disini seorang peneliti peneliti sejarah biasa berhenti), maka ia ingin menemukan suatu arti atau kecenderungan lebih dalam di proses itu.
Di sini, falsafah sejarah spekulatif mungkin memenuhi suatu kebutuhan psikologis yang ada dalam kita semua. Sering kita tidak puas dengan sebuah penerapan dan penjelasan mengenai proses sejarah seperti yang terjadi atau mengenai bagian-bagianya; kita juga ingin memberikan suatu arti kepada masa silam itu, sehingga perbuatan dan penderitaan manusia pada masa silam memperoleh suatu makna. Secara otomatis kita enggan menerima gagasan, bahwa sejarah tidak memiliki arti maupun tujuan, sehingga usaha dan penderitaan manusia praktis sia-sia saja. Maka dari itu, seketika kita merasa bersimpati kepada sasaran filsafat sejarah spekulatif yang mengatasi bidang terbatas seorang peneliti sejarah biasa. Akan tetapi, seperti masih akan kita lihat, simpati ini kurang memberi legitimasi kepada daya upaya filsafat sejarah spekulatif.[2]
2.2 Pitirim Alexandrovich Sorokin
Pitirim Alexandrovich Sorokin lahir di desa Turya, Rusia pada tanggal 21 Januari 1889, ia merupakan seorang sosiolog yang masyur di Rusia – Amerika. Sorokin mengawalinya dengan mengajar di lingkungan lembaga yang dilanjutkan dengan mengajar di lingkungan universitas. Ia mengajar sosiologi dan hukum University Petersburg, selain itu ia juga menenempuh pendidikan di Institute Neurologis Psycho. Pada tahun 1919, Sorokin diangkat menjadi Profesor di Universitas Petrograd.
Pada masa rezim kekaisaran Tsar Rusia, Sorokin pernah dipenjarakan tiga kali. Hal ini dikarenakan Sorokin terlibat dalam kegiatan anti komunis (Bolshevisme). Yang ketika itu ia menjabat sebagai sekretaris Alexander Kerensky, pemerintahan sementara Rusia pada masa Revolusi Rusia. Ia mendapat hukuman mati, namun mendapat keringanan berupa hukuman pengasingan. Dan hal inipun diwujudkan berupa pembuangan Sorokin ke Amerika pada tahun 1922.
Di awal kepindahanya, pada tahun 1924 ia diangkat menjadi guru besar sosiologi di Universitas Minnesota. Lalu ia mendirikan departemen sosiologi di Universitas Harvard pada tahun 1930. Di Amerika Sorokin banyak menghasilkan karya tulisanya berupa buku dan ide-ide berdasarkan pengamatan terhadap masyarakat sekitar tidak jauh dengan ilmu sosiologi. [3]
2.3 Pandangan dan Pemikiran Sejarah Pitirim A Sorokin
Pitirim Sorokin adalah sarjana Rusia yang mengungsi ke Amerika Serikat sejak Revolusi Komunis (1917). Ia adalah seorang ahli sosiologi dan tersohorlah karanganya antara lain: Social and Cultural Dynamics, 4 jilid (1937-1941); The Crisis of Our Age (1941); Society, Cultural and Personality (1947). Sorokin membentangkan sebuah teori yang berlainan sekali; ia tidak mengakui adanya siklus seperti hukum fatum ala Spengler; ia tidak menerima pula teori evolusi seperti Marx. Teori Agustinus – Toynbee yang menuju ke arah kerajaan Tuhan (Allah) tak dapat disetujuinya. 
Ia menyatakan bahwa ahli-ahli seperti Spengler, Toynbee dan lain-lain membuat teori-teori yang tidak benar-benar menghargai kenyataan sejarah. Gerak sejarah dengan gaya, irama dan corak ragam yang kaya raya dipermudah, dipersingkat dan disederhanakan sehingga menjadi teori cyclus atau teori kerajaan tuhan. Oleh sebab itu Sorokin menyatakan bahwa gerak sejarah terutama menunjukkan fluctuation from age to age yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam dengan ganti berganti.[4]
Ia menyatakan tentang adanya Cltural Universe atau alam kebudayaan dan di alam kebudayaan itu terdapatlah masyarakat-masyarakat dan aliran-aliran kebudayaan. Dalam alam yang seluas itu terdapatlah tiga corak (typus) yang tertentu yaitu:[5]
1.      Ideatiional, yaitu kerohanianan, ketuhanan, keagamaan, kepercayaan;
2.      Sensate, yaitu serba jasmaniah, mengenai keduniawian, berpusat pada pancaindra;
3.      Perpaduan anatara ideational-sensate, yaitu idealistik, suatu kompromis.[6]
Tiga jenis corak diatas itu adalah suatu cara untuk menghargai atau untuk untuk menentukan nilai suatu kebudayaan. Sebagai contoh agar tampak jelas H.E Barnes, dalam bukunya Historical Sociology, (1985:133-140), menjelaskan sebagai berikut:
“kebudayaan yunani pada abat ke-6 sebelum masehi terutama ideational. Kemudian unsur-unsur sansete mulai meresap kedalamnya dengan deras sekali, sehingga terdapatlah kompromi yang nyata dalam wujut idialistik (abad ke-5 dan ke-4 sebelum masehi).
Sejak abat ke-4 sebelum masehi itu unsur sensate menang sehingga kebudayaan yunani-roma terutama menjadi sensate. Dengan kemenangan agama nasrani, unsure-unsur ideational berkembang dan sifat idialistik kalah dan bergantikan sifat ideational sama sekali sampai akhir abat ke-12 A.D.
Sekali lagi unsur sensate muncul dengan kuatnya dan kebudayaan abat ke-13 dan ke-14 bersifat kompromi lagi: idealistik, mulai dengan abad ke-15 maka disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan teknik, industry dan keduniawian sifat sensate menentukan corak kebudayaan selanjutnya”.
Dari contoh itu dapat dibayangkan gerak fluctuations atau ganti berganti ideational-sensate-idialistic. Memang dalam tafsiran Sorokin tidak terdapat. Hari terakhir seperti ciptaan augustinus, tidak ada pula kehancuran seperti tafsiran Spengler. Ia hanya melukiskan perubahan perubahan dalam tubuh kebudayaan yang menentukan sifatnya untuk sementara waktu.
Apabila sifat ideational dipandang lebih tinggi nilainya dari sifat sensate dan sifat idialistik ditempatkan diantaranya, maka terdapatlah gambaran naik turun, timbul tenggelam dan pasang surut dalam gerak sejarah tidak menunjukkan irama dan gaya yang tetap dan tertentu.
Sorokin dalam menafsirkan gerak sejarah tidak mencari pangkal gerak atau muara gerak sejarah ia hanya melukiskan prosesnya atau jalanya oleh karena itulah yang menunjukkan sifat-sifatnya.[7]
2.4 Hasil Akhir dari Pandangan Filsafat Pitirim A Sorokin Mengenai Gerak Sejarah
2.4.1 Irama atau Pola Macam Gerak Sejarah Menurut Pitirim A Sorokin
Dalam pembahasan diatas, sebenarnya telah menyebutkan mengenai bagaimanakah pola atau irama gerak sejarah dalam pandangan Sorokin. Sorokin mengungkapkan bahwa gerak sejarah terutama menunjukkan fluctuation from age to age yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam dengan ganti berganti.[8]
Dari hal tersebut dapat diuraikan bahwa, dalam pandanganya Sorokin lebih menghargai suatu proses sejarah dengan menitik beratkan pandanganya pada proses yang terjadi dalam suatu perjalanan sejarah. Ia berpendapat bahwa gerak sejarah itu menunjukkan fluktuasi atau gejolak yang dapat disebut sebagai suatu dinamika kehidupan yang memberikan pengaruh adalah ideational, sensate, dan idealistik seperti yang diungkapkan pada pembahasan sebelumnya.
Jadi dari pandangan tersebut mengemukakan bahwa suatu perjalanan sejarah dari masa-kemasa atau waktu-kewaktu mengalami suatu gerak sejarah yang naik-turun, timbul-tenggelam ataupun pasang-surut. Apabila digambarkan menyerupai deretan pegunungan yang dalam garis tepinya menimbulkan suatu penggambaran naik turun, sesuai dengan dimanakah posisi dari ketiga pengaruh tadi.
2.4.2 Motor Penggerak Proses Sejarah
Mengenai motor penggerak sejarah pada pandangan Sorokin, ia tidak mengemukakan apa atau siapakah yang berperan sebagai penggerak dalam suatu perjalanan sejarah. Namun dari pendapatnya yang dikemukakan dalam menganalisis hal tersebut dapat disimpulkan sebagai motor pengerak sejarah dalam pandangan Sorokin. Karena Sorokin adalah seorang tokoh sosiolog terkenal, dalam pandanganya mengenai filsafat sejarah khususnya mengenai gerak sejarah ada beberapa pengaruh dari sudut pandang sosiologi yang berdasarkan psikologi. Mengapa dapat menjadi demikian, karena ia menjelaskan bahwa dalam kehidupan manusia adanya Cltural Universe atau alam kebudayaan yang dialam yang seluas ini ada tiga corak yaitu ideational, sensate, dan idealistik. Dan yang menjadikan suatu fluctuation from age to age adalah keadaan posisi dari ketiga corak tersebut, Apabila sifat ideational dipandang lebih tinggi nilainya dari sifat sensate dan sifat idialistik ditempatkan diantaranya, maka terdapatlah gambaran naik turun, timbul tenggelam dan pasang surut dalam gerak sejarah tidak menunjukkan irama dan gaya yang tetap dan tertentu.
Jadi dengan contoh yang dungkapkan oleh Barnes, dalam bukunya Historical Sociology, (1985:133-140). Keadaan sosial masyarakatlah yang menggerakkan sejarah dengan dipengaruhi psikologi dan pemikiran manusia sebagai pelaku sejarah.
2.4.3 Sasaran Akhir atau Tujuan dari Gerak Sejarah
Dalam pandanganya mengenai gerak sejarah, Sorokin juga tidak memberikan suatu pandangan terhadap tujuan akhir dari gerak sejarah. Apabila melihat dari ungkapan Sorokin yang lebih menekankan kepada proses sejarah sebagai suatu bentuk penghargaan terhadap proses sejarah, sudah tergambarkan secara tersirat bahwa gerak sejarah dalam pandangan Sorokin tidak menunjukkan adanya suatu hasil akhir karena ia tidak menekankan akan hal itu.
Sorokin dalam menafsirkan gerak sejarah tidak mencari pangkal gerak atau muara gerak sejarah ia hanya melukiskan prosesnya atau jalanya oleh karena itulah yang menunjukkan sifat-sifatnya.[9]

BAB 3. PENUTUP
3.1  Simpulan
Filsafat sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan filsafati, mengenai tabiat atau sifat-sifat proses sejarah, biasanya, ada tiga macam pertanyaan yang perlu dijawab:
1.      Irama atau pola macam apa dapat kita amati dalam proses sejarah?
2.      Mana motor yang menggerakkan proses sejarah?
3.      Apa sasaran terakhir yang dituju oleh proses sejarah?
Pitirim Alexandrovich Sorokin adalah seorang tokoh yang lahir di desa Turya, Rusia pada tanggal 21 Januari 1889, ia merupakan seorang sosiolog yang masyur di Rusia – Amerika. Yang menjadikan ia tersoror adalah karanganya yang antara lain: Social and Cultural Dynamics, 4 jilid (1937-1941); The Crisis of Our Age (1941); Society, Cultural and Personality (1947).
Dalam pandanganya pada gerak sejarah Sorokin menyatakan bahwa gerak sejarah terutama menunjukkan fluctuation from age to age yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam dengan ganti berganti. Ia menyatakan tentang adanya Cltural Universe atau alam kebudayaan dan di alam kebudayaan itu terdapatlah masyarakat-masyarakat dan aliran-aliran kebudayaan. Dalam alam yang seluas itu terdapatlah tiga corak (typus) yang tertentu yaitu; ideasional, sensate dan idealistik.
Sorokin dalam menafsirkan gerak sejarah tidak mencari pangkal gerak atau muara gerak sejarah ia hanya melukiskan prosesnya atau jalanya oleh karena itulah yang menunjukkan sifat-sifatnya.
Dalam pandanganya pola gerak sejarah dapat digambarkan perjalanan sejarah dari masa-kemasa atau waktu-kewaktu mengalami suatu gerak sejarah yang naik-turun, timbul-tenggelam ataupun pasang-surut. Apabila digambarkan menyerupai deretan pegunungan yang dalam garis tepinya menimbulkan suatu penggambaran naik turun, sesuai dengan dimanakah posisi dari ketiga pengaruh (corak alam) tadi.
Dalam penjelasan mengenai motor penggerak sejarah menurut Sorokin dapat ditekankan dengan contoh yang dungkapkan oleh Barnes, dalam bukunya Historical Sociology, (1985:133-140). Dari hal tersebut dapat dianalisis bahwa keadaan sosial masyarakatlah yang menggerakkan sejarah dengan dipengaruhi psikologi dan pemikiran manusia sebagai pelaku sejarah.
Dalam pandanganya mengenai gerak sejarah, Sorokin juga tidak memberikan suatu pandangan terhadap tujuan akhir dari gerak sejarah. Apabila melihat dari ungkapan Sorokin yang lebih menekankan kepada proses sejarah sebagai suatu bentuk penghargaan terhadap proses sejarah, sudah tergambarkan secara tersirat bahwa gerak sejarah dalam pandangan Sorokin tidak menunjukkan adanya suatu hasil akhir karena ia tidak menekankan akan hal itu.

3.2  Saran
Segala sesuatu yang terungkap, pasti memiliki suatu makna yang entah itu disadari maupun tidak. Pemaknaan dari ungkapan memang tidak semata-mata semua dapat merasakan, namun dalam menindaki suatu pendapat hendaknya selalu menempatkan posisi sebagai orang yang bijak.
Dalam hal ini mengenai Sorokin dalam pengungkapan pandaganya terpapar bahwa uraian ini merupakan garis besar saja dan bersifat sederhana. Seharusnya semua mempelajari teori-teori tersebut dengan lebih mendalam agar mendapatkan perhatian yang jitu tentang makna sejarah. 






DAFTAR PUSTAKA
Ankersmit, F. R. 1987. Refleksi Tentang Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia.
Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah – Sejarah Filsafat dan Iptek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ali, R. Moh. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: LKIS.
Habullah, Moeflih., Supriyadi Dedi. 2012. Filsafat Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.
Emak, Luluk. Pitirim Alexandrovich Sorokin. http://www.scribd.com/doc/79617454/BAB-I. [11 November 2014].


[1] Ankersmit, F. R. 1987. Refleksi Tentang Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia. Hlm 17.
[2] Ibid. Hlm 17-18.
[3] Emak, Luluk. Pitirim Alexandrovich Sorokin. http://www.scribd.com/doc/79617454/BAB-I.
[4] Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah – Sejarah Filsafat dan Iptek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm. 74.
[5] Ali, R. Moh. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: LKIS. Hlm. 94.
[6] Habullah, Moeflih., Supriyadi Dedi. 2012. Filsafat Sejarah. Bandung: Pustaka Setia. Hlm. 72-73.
[7] Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah – Sejarah Filsafat dan Iptek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm. 75-76.
[8]Ibid. Hlm. 74.
[9] Ibid. hlm. 74.

0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Sample Text

Sample text

Total Tayangan Halaman

Social Icons

Blogger templates

Feature (Side)

Blogger news

Pages

AD (728x90)

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

Pengikut

Featured Posts

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget