Rabu, 29 Oktober 2014

DINASTI SUI DAN TANG (SUATU ZAMAN KEEMASAN) - SEJARAH ASIA TIMUR



BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kerajaan adalah suatu sistem pemerintahan yang menempatkan raja sebagai pemimpinya. Sitem kerajaan merupakan suatu sistem pemerintahan tertua yang pernah dilaksanakan manusia. Dalam sistem dinasti di China, sistem kerajaan merupakan suatu sistem yang dianut namun dengan beberapa penyesuaian yaitu para pemimpin atau kaisar kerajaan merupakan dalam sistem dinasti atau turun temurun.
Kerajaan Sui (Dinasti Sui) dan Kerajaan Tang (Dinasti Tang) adalah suatu dinasti yang terkenal akan jasanya dalam sejarah perjalanan China. Karena berkatnya, keadaan china yang sebelumnya berada pada keadaan yang terpecah belah menjadi beberapa negara, menjadi satu kembali pada masa kerajaan Sui dan kerajaan Tang. Selain itu banyak pencapaian-pencapaian yang dipersembahkan oleh kedua dinasti tersebut, meski banyak intrik yang hidup dalam kedua kerajaan. Dan berbagai hasil tersebut tidak terfokus pada satu bidang semata, melainkan dalam berbagai aspek yang meemgang peranan penting dalam berdirinya suatu kekaisaran atau negara.
Dari hal ini, perlu adanya suatu pengkajian secara mendalam. Karena diharapkan dapat menjadi suatu pembelajaran kehidupan baik secara moral dan material bahkan pengetahuan untuk membentuk suatu persatuan negara yang benar-benar sesuai dengan harapan bersama.
1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah
1)      Apa yang dimaksud dengan kerajaan?
2)      Bagaimanakah Kerajaan Sui dan kisah sejarahnya?
3)      Bagaimanakah Kerajaan Tang dan kisah sejarahnya?
4)      Mengapa dari masa kerajaan ini disebut sebagai zaman emas dalam sejarah Cina?
1.3  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1)      Mengetahui dan memahami dengan apa yang dinamakan kerajaan;
2)      Mengetahui dan memahami tentang kerajaan Sui, aspek-aspek didalamnya, dan kisah sejarahnya?
3)      Mengetahui dan memahami tentang kerajaan Tang, aspek-aspek didalamnya, dan kisah sejarahnya?
4)      Mengetahu dan memahami akan dasar mengapa dalam masa kerajaan Sui dan Tang, China mengalami zaman emas.
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah
1)      Dapat mengetahui lebih jauh akan pengertian kerajaan, dah khususnya kerajaan Sui dan Tang;
2)      Dapat mengetahui secara mendalam mengenai sejarah dari kerajaan Sui dan Tang mulai dari awal, aspek-aspek didalamnya serta samapai masa keruntuhanya;
3)      Dapat mengetahui lebih jauh akan alasan mengapa pada masa kerajaan Sui dan Tang di Cina dianggap sebagai jaman emas.









BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kerajaan
Monarki, berasal dari bahasa Yunani monos yang berarti satu, dan archein yang berarti pemerintah. Monarki merupakan sejenis pemerintahan yang dipimpin oleh seorang penguasa monarki. Monarki atau sistem pemerintahan kerajaan adalah sistem tertua di dunia. Pada awal kurun ke-19, terdapat lebih 900 tahta kerajaan di dunia, tetapi menurun menjadi 240 dalam abad ke-20. Sedangkan pada dekade kedelapan abad ke-20, hanya 40 takhta saja yang masih ada. Dari jumlah tersebut, hanya empat negara mempunyai penguasa monarki yang mutlak dan selebihnya terbatas kepada sistem konstitusi.
Perbedaan di antara penguasa monarki dengan presiden sebagai kepala negara adalah penguasa monarki menjadi kepala negara sepanjang hayatnya, sedangkan presiden biasanya memegang jabatan ini untuk jangka waktu tertentu. Namun dalam negara-negara federasi seperti Malaysia, penguasa monarki atau Yang dipertuan Agung hanya berkuasa selama 5 tahun dan akan digantikan dengan penguasa monarki dari negeri lain dalam persekutuan. Pada zaman sekarang, konsep monarki mutlak hampir tidak ada lagi dan kebanyakannya adalah monarki konstitusional, yaitu penguasa monarki yang dibatasi kekuasaannya oleh konstitusi.
Monarki demokratis berbeda dengan konsep penguasa monarki yang sebenarnya. Pada kebiasaannya penguasa monarki itu akan mewarisi tahtanya. Tetapi dalam sistem monarki demokratis, tahta penguasa monarki akan bergilir-gilir di kalangan beberapa sultan. Malaysia misalnya, mengamalkan kedua sistem yaitu kerajaan konstitusional serta monarki demokratis.
Bagi kebanyakan negara, penguasa monarki merupakan simbol kesinambungan serta kedaulatan negara tersebut. Selain itu, penguasa monarki biasanya ketua agama serta panglima besar angkatan bersenjata sebuah negara. Contohnya di Malaysia, Yang Dipertuan Agung merupakan ketua agama Islam, sedangkan di Britania Raya dan negara di bawah naungannya, Ratu Elizabeth II adalah Gubernur Agung Gereja Inggris. Meskipun demikian, pada masa sekarang ini biasanya peran sebagai ketua agama tersebut adalah bersifat simbolis saja.
Selain penguasa monarki, terdapat beberapa jenis kepala pemerintahan yang mempunyai bidang kekuasaan yang lebih luas seperti Maharaja dan Khalifah.[1]
2.2 Kerajaan Sui (Dinasti Sui)
2.2.1 Berdiri dan Berkembangnya Dinasti Sui
Persatuan Cina baru dapat dipulihkan di bawah pemerintahan Dinasti Sui (581-618) yang didirikan oleh Yang Jian dengan gelarnya Sui Wendi (581-618). Ia adalah tokoh yang berjasa mengakhiri kekakcauan zaman Dinasti Utara-Selatan. Sebagai seorang penguasa, prestasinya boleh dibilang luar biasa, karena dapat mengakhiri zaman kacau yang telah berlangsung selama beberapa ratus tahun. Meski demikian masa kekuasaan Dinasti Sui boleh dibilang tergolong singkat, yakni hanya 37 tahun.
Setelah mendirikan dinasti Sui, agar dapat menjadi penguasa tunggal seluruh Cina, Yang Jian (Sui Wendi) masih harus menaklukan kerajaan Chen yang berkuasa di selatan. Chen Shubao, raja terakhir kerajaan ini merupakan penguasa yang lemah dan hanya mementingkan dirinya semata. Selain itu, ia juga seorang yang gila wanita.
Yang Jian (Sui Wendi) menyadari kelemahan penguasa Chen serta memutuskan untuk menyerangnya. Ia mengutus Jendral Nuobi uantuk memimpin kampanye penaklukan ke selatan. Ternyata, tepian selatan sungai Yangzi yang menjadi tapal batas antara kedua kerajaan dilindungi oleh banyak benteng. Jenderal He Nuobi menghindari bentrokan langsung dan hanya menempatkan pasukan secara menyebar. Pihak Chen menyaksikan manufer besar-besaran ini dan mengira akan ada serangan dari pihak kerajaan Sui. Maka pasukan Chen menyiagakan pasukanya. Tetapi, pasukan Sui tidak melancarkan serangan sama sekali sehingga para panglima chen  merasa jemu dan mengendurkan kewaspadaan. Akhirnya pada tahun baru imlek 589, tatkala kaisar Chen Shubao sedang mabuk dan terlelap setelah malamnya bersenang-senang, Jenderal He memimpin pasukanya menyeberangi sungai Yangzi serta menyerbu ibukota kerajaan Chen (kini Nanjing). Setelah berhasil mengalahkan Chen di selatan maka Yang Jian kini menjadi penguasa tunggal di Cina.
Untuk membantunya dalam pemerintahan, Yang Jian menunjuk menteri-menteri yang pandai serta berusaha untuk meningkatkan hasil pertanian. Karena semenjak lama mengabdi pada Kerajaan Zhou Utara, Yang Jian memiliki banyak pengalaman politik dan administrasi pemerintah, sehingga menjadikanya seorang penguasa yang cakap. Ibukota yang terletak di Changan dibangun atas dasar pandangan kosmologis tradisional sebagai lambang nyata atas dasar kekuasaan.
Tugas paling mendesak adalah pemulihan perdamaian dalam negeri dengan jalan menghapuskan seluruh tentara pribadi yang dimiliki para penguasa lokal; dimana tentara pribadi itu berpotensi mengancam persatuan negara. Setelah itu kaisar Sui Wengdi mengorganisasi kembali tentara kerajaan dan menempatkan mereka dengan pengendalian yang ketat.
Kaisar Sui Wengdi merupakan seorang yang relatif sederhana dan menjauhkan diri dari kemewahan, bahkan boleh dikatakan ia cenderung kikir. Lebih jauh lagi Wendi merupakan orang yang mudah marah meskipun ia secara resmi menganut Konfisianisme. Ada sumber lain mengatakan bahwa meskipun pada awalnya Wendi merupakan kaisar yang bijak, tetapi pada akhir pemerintahanya ia berubah menjadi tiran yang kejam dengan menjatuhkan hukuman melampaui batas, sehingga banyak orang yang mencela.
2.2.2 Runtuhnya Dinasti Sui
Kaisar Sui Wendi memiliki dua orang putra. Putra bungsunya yang bernama Yang Guang sangat pandai bermain muka demi mengambil hati ayahnya, sehingga kakaknya yang telah dijadikan putra mahkota dipecat dan diganti olehnya. Ketika kaisar sakit keras, Yang Guang bersekongkol dengan seorang perdana menteri untuk menggulingkan ayahnya. Namun karena kecerobohanya, surat yang ditulis diketahui oleh ayahnya serta juga diketahui bahwa Yang Guang juga berselingkuh dengan selir ayahnya. Sehingga ayahnya murka dan memanggilnya, namun Yang Guang bertindak lebih cepat dengan membunuh ayahnya. Kemudian Yang Guang naik tahta dengan gelar Sui Yangdi (604-617).
Putra Yang Jian (Sui Wendi) ini bukanlah orang yang cakap dan lebih mementingkan bersenang-senang ketimbang mengurus masalah negara. Dihabiskanya uang negara dengan membangun proyek yang sesungguhnya hanya pemborosan belaka (membangun ibukota kedua dan danau buatan). Proyek kaisar Yagdi yang dapat dikatakan bermanfaat adalah penerusan pembangunan kanal penghubung antara wilayah utara dan selatan yang telah dimulai oleh ayahnya. Sebagaimana dengan pembangunan tembok besar, pekerjaan berat ini memakan banyak korban. Meskipun demikian proyek terusan ini pada akhirnya bermanfaat bagi rakyat. Dilain pihak kaisar Yangdi makin berbuat boros dengan kelakuan yang tidak berguna.
Kejatuhan Yangdi dipercepat oleh kegagalanya dalam menaklukan kota dimana hal tersebut sungguh-sungguh menguras sumberdaya negara. Pada akhir pemerintahanya sungai Huanghe meluap mengakibatkan penderitaan, dan penderitaan rakyat tersebut mengakibatkan suatu pemberontakan yang disebut pemberontakan delapanbelas raja muda. Dan karena takut Yangdi kabur ke ibukota selatan di Yangzhou, namun salah seorang pemimpin pemberontakan tersebut yaitu Yuwen Huazhi menyerang Yangzhou dan membunuh kaisar Yangdi dan ia mengangkat kaisar lain tetapi tidak lama kemudian ia (Yuwen Huazhi) membunuh kaisar yang diangkatnya dan mengangkat dirinya sebagai kaisar.
Li Yuan seorang tokoh militer dari utara menaklukan ibukota Changan dan mengalahnkan Yuwen Huazhi, lalu Li Yuan mengangkat seorang keturunan dinasti Sui yang lain sebagai kaisar Gongdi (617-618) dengan ia sebagai walinya. Namun setahun kemudian kaisar tersebut diturunkan dan Li Yuan mengangkat dirinya sebagai kaisar dengan gelar Tang Gaozong (618-626) dengan demikian berakhirlah dinasti Sui/ kerajaan Sui digantikan oleh dinasti Tang/ kerajaan Tang.
2.2.3 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Semasa Dinasti Sui
Mahakarya dan sumbangsih Dinasti Sui dalam bidangh transportasi dalam pembangunan terusan raksasa yang menghubungkan cina selatan dan utara. Terusan sepanjang 2000 km tersebut dimulai dari Hangzhou di tenggara menuju Yangzhou dan selanjutnya ke Luoyang. Dari sana terusan ini menyatu dengan sungai Kuning dan Huai, kemudian mengalir kearah timur yang sekarang adalah Beijing.
2.2.4 Perkembangan Bidang Keagamaan dan Filsafat Semasa Sui
Kaisar Sui Wendi menyadari bahwa ajaran Budhisme yang mengajarkan penyelamatan setiap orang tanpa memandang suku dan derajat seseorang merupakan alat pemersatu yang ampuh bagi kekaisaranya. Oleh karena itu ia mendorongan penyebaran Budhisme. 4000 vihara telah dibangun dan lebih dari 100.000 patung dibuat.
Tokoh Budhisme termasyur yang hidup pada zaman ini adalah Zhiyi (538-597), pendiri aliran Tiantai yang hidup pada akhir masa dinasti Utara-Selatan dan awal dinasti Sui. Zhiyi menekankan pengajaran pada salh satu kitab Budhis yang berjudul Saddharmapundarika Sutra (Miaofalianhua Jing) atau sutera teratai. Selain itu ada tokoh lain yaitu Dhusun (557-640), yang merupakan pendiri atau sesepuh Aliran Huayan (Avatamsaka), suatu aliran BUddhisme yang mendasarkan pengajarannya pada naskah Budhisme berjudul Avatamsaka Sutra.

2.3 Kerajaan Tang (Dinasti Tang)
2.3.1 Berdiri dan Berkembangnya Dinasti Tang
Pada masa awal dinasti Tang, perdamaian masih belum pulih sepenuhnya. Kurang lebih selama enam tahun berikutnya, negara masih dilanda kekacauan dan perang saudara. Li Yuan dengan dibantu putranya Li Shimin, berjuang keras menegakkan kembali perdamaian serta ketertiban. Usaha ini akhirnya membuahkan hasil dan meletakkan dasar bagi kesetabilan politik sepanjang sisa sejarah dinasti Tang. Li Yuan yang bergelar Gaouzu adalah seorang yang berhati welas asih, ia menjamin hidup keluarga kaisar dinasti Sui. Sebagai pemimpin Li Yuan memiliki integritas yang baik, namun belakangan telah dimanupulasi sejarahnya oleh Li Shimin. Ia menggambarkan Li Yuan sebagai penguasayang lemah dan gemar bersenang-senang.
Pada tahun 626, ia turun tahta dan digantikan oleh putranya (Li Shimin), yang bergelar Taizong (626-649). Dibawah pemerintahanya, China menjadi negara adikuasa. Semasa pemerintahanya, para pejabat istana harus bekerja siang dan malam secara bergiliran untuk menangani tugas-tugas yang masih terbengkalai. Kaisar sendiri sangat berkonsentrasi untuk memperhatikan kehidupan rakyat, ia membatasi proyek-proyek raksasa yang mengguras uang negara, mengurangi kerja wajib bagi rakyat. Pendekatan humanistik inilah yang mengharumkan nama dinasti Tang dari pada Dinasti Sui.
Taizong merupakan orang yang yang bersikap praktis dalam berpolitik. Menjadikan konfusionisme sebagai landasan pemerintahanya, namun juga menghormati Buddhisme dan Daoisme. Selain itu, dalam pemerintahan Taizong, hubungan antara Timur-Barat makin berkembang, dan Changan, ibukota dinasti Tang, tumbuh menjadi kota terbesar serta termegah pada zamanya. Salah satu prestrasi terkenal dalam bidang penjelajahan pada masa itu adalah perjalanan Biksu Xuanzang ke India untuk mengumpulkan kitab suci. Taizong juga terkenal sebagai seorang yang terpelajar serta terdidik dalam karya-karya Konfusianisme. Untuk membantunya dalam pemerintahan, ia mengankat menteri-menteri yang memiliki kapabilitas tinggi dan bersedia mendengarkan pendapat mereka. Kaisar merupakan orang yang terbuka dalam kritik. Dalam bidang seni ia mengundang seniman berbakat keistananya.
Menjelang masa akhir pemerintahanya, Taizong menjadi lupa daratan. Setelah 630, ia menjadi makin sombong dan boros. Urusan negara mulai diabaikanya dengan mengadakan kegiatan perburuan yang lama serta mengamburkan uang negara. Penerus Taizong adalah kaisar-kaisar lemah. Berturut-turut China diperintah oleh Gaozong (649-683), Zhongzong (684; memerintah kembali: 705-710), dan Ruizong (684-690); memerintah kembali 710-712). Kaisar Gaozong (Lhi Zhi) adalah orang yang lemah secara fisik sehingga sedikit demi sedikit kekuasaan jatuh ketangan selir kesayanganya yang ambisius bernama Wu Zetian (690-705), yang sebelumnya merupakan selir ayahnya. Begitu menjadi permaisuri Wu mulai ikut campur dalam urusan pemerintah ketika Gaozong sakit dan meninggal pada 705, Wu adalah sosok yang paling berkuasa di China.
Terlepas dari semua itu, Gaozong mewarisi negeri yang makmur dengan peningkatan taraf hidup rakyatnya serta admninistrasi pemerintahan yang baik hasil peninggalan ayahnya. Selama bebera kurun waktu berlangsunglah masa damai dalam negeri. Sebaliknya Wu Zetian menerapkan politik ekspansif terhadap negara disekitarnya, seperti penyerangan kepada korea. Selain itu Wu juga membina hubungan diplomatik dengan negara lain seperti Arab.
Demi melanggengkan kekuasaanya setelah suaminya wafat, Wu memanipulasi suksesi kekuasaan dengan meracuni Putra Mahkota Li Hong serta mengasingkan para pangeran lainya. Ia mengangkat putra ketiganya, Li Zhe sebagai kaisar baru dengan gelar ZhongZhong (684) hanya sempat memerintah selama 6 minggu Zhongzong diturunkan dari tahta dan digantikan oleh adiknya Li Dan (gelar Ruizong, 684-690). Tahun 690 Wu Zetian menurunkan Ruizong dan mengangkat dirinya sendiri menjadi kaisar dan menamai dinasti barunya dengan Zhao.
2.3.2 Selingan Singkat Pemerintahan Wu Zetian
Wu Zetian merupakan satu-satunya wanita dalam sejarah China yang mengangkat dirinya sebagai kaisar. Wanita luar biasa ini terlahir dari keluarga tuan tanah kaya dengan nama Wu Zhao dan pada usia 14 tahun diangkat menjadi cairen atau selir tingkat rendah kaisar Taizong, yang menganugerahinya nama baru Wu Mei (berkarisma). Ketika kaisar wafat ia mengikuti tradisi bahwa dia harus menjadi biarawati, namun karena kecantikanya kaisar baru Gaozong mengundangnya kembali ke istana. Jalan Wu Zetian selanjutnya untuk mencapai tumpuk kekuasaan tertinggi dinasti Tang digenangi dengan darah, ia membunuh istri Gaozong lainya yang dari marga Wang dan Xiao. Bintang Wu makin gemilang tahun 655, ketika kaisar menjadikanya permaisuri.
Usaha untuk menyingkirkan Wu pada 684 berhasil digagalkan sementara pelakunya dihukum dengan kejam. Dan Wu juga mendirikan suatu dinas untuk menginformasikan orang-orang yang menentangnya. Setelah Gaozong wafat, Wu mengangkat dua kaisar boneka secara berturut-turut sebelum akhirnya mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar (690) dan mengganti nama dinasti dengan Zhou. Kala itu setelah berusaha 67 tahun. Ia melakukan usaha-usaha demi memajukan negara, antara lain dengan mengumpulkan para cendekiawan dan siapa saja yang lulus ujian maka akan diberi jabatan di pemerintahan. Selain itu dalam bidang pertanian ia. memberi penghargaan bagi pejabat yang dapat mengubah tanah pasif menjadi lahan aktif, dan sebaliknya jika gagal maka akan dihukum. Yang lebih ampuh para cendekiawan disuruh untuk menulis tentang buku pertanian dan menyebarkan ke seantero negeri.
Sebagai alat propaganda, Wu memanfaatkan Budhisme dan Daoisme. Ia menyatakan dirinya sebagai penjelmaan ibu surgawi yang merupakan ibu Laozi, pendiri Daoisme. Wu memanfaatkan pula Sejilid kitab Buddhis berjudul Sutra Awan Agung yang isinya meramalkan bahwa Maitreya, Budha yang akan datang terlahir sebagai wanita. Dan Wu sendiri menggelari dirinya sendiri dengan “ Maitreya yang tanpa cela”.
Namun sayang sekali, Wu akhirnya lupa daratan dan melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan moralitas yang berlaku pada zamanya, yakni dengan mengumpulkan selir-selir Pria. Penyuapan dan korupsi marak dimana-mana, sehingga sang kaisar wanita kehilangan simpati rakyat pada 705 setelah gagal menyelamatkan kekasih-kekasihnya dari pembantaian, ratu Wu sakit keras. Perdana menteri Zhang Jianzhi melakukan perebutan kekuasaan dan mengembalikan bekas kaisar Zhongzong ke singgasananya.
2.3.3 Bangkitnya Kembali Dinasti Tang
Kaisar Zhongzhong kini memerintah untuk yang kedua kalinya (705-710). Dua puluh tahun masa pengasingan tidak meningkatkan sedikit pun kemampuanya dalam memerintah. Kekuasaan kembali berada ditangan para permaisuri. Ratu Wei dan kekasih gelapnya Wu Sansi (sepupu Wu Zetian) mengendalikan pemerintahan kerajaan dengan meakukan perampasan tanah, memeksa anak-anak menjadi budak dan menjual belikan jabatan istana. Wei diyakini telah meracuni Zhongzhong dan kematianya dirahasiakan, kemudian Wei mengangkat putranya sendiri Chong Mao sebagai kaisar baru tetapi kaisar ini Cuma bertahan dua minggu sehingga tidak dimasukkan dalam daftar kaisar dinasti Tang. Musuh ratu wei yang dipimpin putra Taiping (anak Wu Zetian) menurunkan kaisar dari tahta dan meminta agar adiknya Li Dan, yang sebelumnya bertahta sebagai kaisar Ruizong agar bersedia naik tahta kembali untuk yang kedua kalinya (702-710). Setelah dua tahun ia mengundurkan diri dan digantikan puteranya Li Longji yang naik tahta dengan nama Xuanzong (712-756).
Xuangzong, yang juga dikenal dengan nama Minghuang (“kaisar nan gemilang”), adalah putra Raizong dengan selir Dou. Sebagai kaisar baru ia mewarisi negara yang kacau balau dan korup. Oleh karena itu ia dengan melakukan gerakan pembersihan terhadap pejabat-pejabat lama dan menggantinya dengan wajah baru sehingga memulihkan kembali otorotasnya sebagai kaisar. Selain itu Xuanzong memulihkan kendali pemerintahan pusat terhadap provinsi serta dalam bidang biriokrasi Xuangzong hanya mengangkat sedikit menteri namun seluruhnya adalah orang yang berkompetensi. Dan juga hukum disusun kembali sehingga terkesan lebih manusiawi dan adil, tuan tanah yang dulu bebas pajak saat awal kepemimpinanya sudah harus kembali membayar pajak.
Kaisar Xuanzong juga merupakan seniman yang terkemuka pada zamanya. Ia merupakan seorang penyair, ahli kaligrafi, musisi berbakat dan pelindung seni. Ia mendirikan akademi sastra (yang lebih tua seribu tahun ketimbang akademi serupa di eropa). Keterbukaan gagasan baru menarik kedatangan para sarjana, musisi, pelukis dan penyair ke Ibu kota. Sosok kaisar yang hangat ini telah kenyang dan muak terhadap intrik istana, ia menjauhkan isteri-isterinya dari kaum keberi dari urusan pemerintahan (keluarga selir tidak diperbolehkan meemegang jabatan penting istana. Sebagai langkah penghematan, Xuangzong melarang penggunaan barang-barang mewah di istana.
Seiring dengan bertambah lanjutnya usia sang kaisar, ia makin jemu dengan urusan pemerintahan. Meski masih menghadiri sidang harian di Istana hingga 70 tahun, ia makin tenggelam dalam Daoisme dan Buddhisme Tantra, yang banyak dipenuhi hal-hal magis, mantra, dan meditasi visualisasi. Para penguasa dinasti Tang melegitimasi kekuasaan dengan menyatakan dirinya sebagai keturunan Laozi pendiri Daoisme, karena kebetulan marganua sama yaitu (Li). Xuangzong memanfaatkan kebetulan ini untuk meningkatkan kekuasaanya dengan jalan menjunjung Daoisme lebih tinggi ketimbang budhisme.
2.3.4 Kemunduran dan Keruntuhan Dinasti Tang
Para penguasa dinasti Tang setelah Xuangzong merupakan kaisar-kaisar yang lemah, dan masa akhir dinasti Tang dipenuhi dengan kekacauan serta pemberontakan. Salah satu pemberontakan yanag menggoyahkan sendi-sendi dinasti Tang adalah pemberontakan An Lushnan yang berlangsung hingga tahun 763 selama pemerintahan dua kaisar yaitu Suzong (756-762) dan Daizong (762-779). Pemberontakan ini menyita kekayaan dan kekuatan dinasti Tang. Klemahan dinasti Tang ini tidak disia-siakan oleh Bnagsa Tibet yang berulang kali menyerang China hingga tahun 777. Menjelang akhir hayat dinasti Tang, para kaisarnya mempertahankan kekuasaanya atas para gubernur setempat. Bahkan menjadi antara mereka yang sanggup memerintahkan lebih dari 15 tahun.
Penyebab kemunduran dan keruntuhan Dinasti Tang ini dapat diuraikan menjadi lima hal sebagai berikut:
1.      Krisis Tianbao
Pada masa akahir pemerintahanya, kaisar Xuangzong menjadi semakin mabuk kekuasaan dan boros. Ia lebih mengutamakan bersenang-senang dengan selirnya yang bernama Yang Guifei. Selir yang sebelumnya adalah istri anaknya yang terkenal akan kecantikanya, karena sama-sama menggemari tarian dan musik, dengan segera kaisar tersihir oleh pesonanya. Urusan kenegaranya terabaikan dan orang-orang yang tidak setia dan korup diangkat menjadi menterinya seperti Li Linfhu dan Yang Guozhong. Tindakan ini menyebanbkan kekacauan di pemerintahan.
2.      Pemberontakan An Lushnan
Pada tahun 755, An Lushnan, seorang jenderal penjaga perbatasan (jiedushi) keturunan Turki yang bertubuh gemuk dan berperangai kasar menerbitkan pemberontakan di Fanyang dengan tujuan untuk mengakhiri kekuasaan pejabat korup Yang Guozhong. Ia menyatakan dirinya sebagai kaisar dan menamai dinastinya dengan Yan (dinasti ini tidak diakui oleh para ahli sejarah). Pasukan yang dipimpinya menyerbu kearah selatan, membantai penduduk Kaifeng, merebut Luoyang dan akhirnya ibukota Changan. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh Jenderal Guo Ziyi dan Li Guangbi pada tahun 763. Kedasyatan pemberontakan ini mengakibatkan hancurnya perekonomian China utara dan tanah yang terbengakalai semakin luas. Kota dan desa berubah menjadi runtuhan dengan ditumbuhi ilalang, dapat dikatakan peristiwa ini sebagai titik balik keruntuhan Dinasti Tang.
3.      Gerakan Separatisme Fanzhen
Pada awal abad ke-8 untuk melindungi daerah perbatasan, didirikanlah berbagai perbentengan di daerah perbatasan yang disebut  dengan Fanzhen. Pemimpin masing-masing benteng itu diberi gelar jiedusi “jenderal penjaga perbatasan”. Mereka memegang kekuatan militer, sipil dan keuangan. Seiring berjalanya waktu, kekuasaan penguasa masing-masing benteng ini makin meningkat. Setelah pemberontakan An Lushnan berhasil dipadamkan, jumlah Fanzhen semakin bertambah dan para penguasa harus membeli loyalitas mereka dengan harga mahal. Dengan semakin berkuasanya jiedushi, mereka untuk membuat suatu kekuasaan sendiri dan dapat dikatakan jiedushi telah mendirikan kerajaan sendiri. Konflik ini berlangsung hingga penghabisan dinasti Tang dan benar-benar memperlemah kekuasaan persatuan negara.
4.      Bangkitnya kembali kekuasaan di tangan kaum keberi dan perselisihan dalam istana
Bangkitnya kembali pengaruh kaum Keberi sebenarnya berawal pada akhir pemerintahan kaisar Xuanzong, ketika salah seorang dari mereka yang bernama Gao Lishi diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam politik. Pada saat kaisar Suzong mewarisi tahta, ia memberikan jabatan penting sebagai penasihat pada seorang Keberi bernama Li Fuguo, dan bahkan menjadikanya pemimpin pasukan pengawa kerajaan. Intrik dalam istana yang terjadi antara masa pemerintahan kaisar Xianzong (762-779) dan Xuanzong [II] (846-859) makin memperburuk keadaan. Pada saat itu pejabat istana terpecah menjadi dua kubu, dan perselisihan dalam istana ini tentu saja makin mempercepat kejatuhan Dinasti Tang.
5.      Pemberontakan Petani
Pada masa akhir Dinasti Tang, para penguasa menjadi begitu serakah dan korupnya. Mereka merampas tanah secara semena-mena dan tetap memungut pajak meskipun terjadi bencana alam. Ini semua mengakibatkan penderitaan tak terkira bagi para petani dan mendorong mereka untuk memberontak pada tahun 875. Pemimpin mereka bernama Wang Xianzhi dan Huang Zhao mulai mengobarkan pemberontakan di Henan dan Shandong.
2.3.5 Akhir Dinasti Tang
Kaisar Xuangzong digantikan oleh Li Yu putra ketiganya, yang naik tahta dengan gelar Suzong (756-762). Penguasa dinasti Tang berikutnya merupakan putra tertua Suzong yang naik tahta dengan gelar Daizong (762-779/ 780). Masa pemerintahan kedua penguasa ini didominasi oleh pemberontakan An Lushan. Kerusakan yang ditimbulkan pemberontakan ini sungguhlah besar sehingga populasi penduduk Dinasti Tang merosot dari 53 juta jiwa (sensus tahun 754) menjadi hanya 17 juta jiwa (sensus tahun 764). Keadaan ini makin diperparah dengan penyerbuan bangsa Tibet terhadap Changan pada tahun 763. Sebagi seorang pemimpin Daizong dianggap gagal mengendalikan keadaan, sampai-sampai lepasnya enam propinsi di perbatasan.
Lhi Shi, putra tertua Daizong menggantikan ayahnya sebagai kaisar dengan gelar Dezong (779/778-805). Ia merupakan seorang penguasa cerdas berusia 40 tahun yang berusaha mengembsliksn otoritas kerajaan. Tetapi uasaha ini digagalkan oleh pemberotakan para gubernur setempat antara tahun 781 hingga 786 yang berusaha untuk mengokohkan pewarisan kekuasaan mereka pada putra-putranya. Shunzong (805) alias Li Song, putra tertua dan pewaris daizong menderita kelumpuhan akibat stroke dan mengundurkan diri setelah setahun berkuasa. Meskipun hanya setahun berkuasa, Shunzong dengan berani mendukung rencana reformasi yang diajukan Wang Shuwen, seorang pejabat jujur dan setia, serta menitahkan agar kaum miskin dikecualikan dari pajak. Kaisar dengan penuh keberanian menghukum para pejabat yang tidak jujur, dimana gebrakan ini dikenal dengan sebutan Reformasi Yongzhen.
Putranya, Li Chun, menggantikanya naik tahta dengan gelar Xianzong (805/806-820). Ia adalah penguasa reformis terakhir yang dimiliki dinasti Tang. Ia pun memimpin sendiri pasukan melawan provinsi yang memberontak antara tahun 814-819.  Untuk sementara waktu, ia dapat memulihkan otoritas pemerintahan pusat. Administrasi kerajaan pun diperbaiki. Kaisar reformis ini belakangan mati dibunuh oleh dua orang keberi yang takut kehilangan kekuasaanya. Pengantinya Muzong (820-824), mati empat tahun kemudian karena kecelakaan saat bermain bola. Putranya, Jingzong (824-826/827), adalah penguasa tak berguna yang memenuhi istana dengan berbagai jimat. Nasibnya jga berakhir pada kaum keberi. Saudara tirinya kemudian naik tahta dengan gelar Wenzong 9826/827-840). Ia sesungguhnya adalah pelajar serta memiliki integritas sebagai penguasa memulihkan kebiasaan untuk menghadiri pertemuan harian dengan para pejabatnya. Tetapi segalanya dalam mengenyahkan kaum keberi menjadikanya berada di bawah kendali mereka hingga akhir hayatnya. Setelah wafat Wenzong wafat ada umur 30 tahun, kaum keberi mengangkat adiknya sebagai penguasa baru dengan gelar Wuzong (840-846).
Masa pemerintahanya ditandai dengan penganiayaan terhadap Budhisme pada tahun 845. Ini dilakukan karena Wuzong merasa bahwa meningkatnya pengaruh kaum biarawan menjadikan mereka seolah-olah sebagai negara didalam negara. Dan penganiayaan tersebut berlanjut pada agama yang lainya. Sebagai seorang penganut Daoisme, yang taat ia sangat tergila-gila dengan obat hidup abadi yang justru mempengaruhi kesehatanya dan mengakibatkan kematianya pada usia 33 tahun.
Karena putra wuzong masih terlalu muda untuk memerintah, kaum keberi menempatkan Li Chen, putra ketigabelas Xianzong, sebagai kaisar dengan gelar Xuanzong (II) (846-859). Ia mencabut kembali larangan terhadap Buddhisme dan mengizinkan kembali pembangunan Vihara dalam jumlah terbatas. Dengan orang berkepribadian aneh, ia sering menghina pejabat. Meski demikian masa 13 tahun ia memerintah dapat dikatakan cukup makmur dengan administrasi yang efisien dan baik. Xuanzong lalu memanfaatkan kematian pewaris tahta Tibet untuk merebut kembali wilayah di bagian barat kerajaannya. Sama seperti beberapa pendahulunya, Xuanzong juga tergila-gila dengan obat panjang usia yang malah merenggut nyawanya.  
Xuanzong mewariskan singgasana pada putranya, Li Wen (gelar Yizong, 859-873). Ternyata, putranya ini merupakan penguasa kejam yang tidak berpengalaman. Ia gemar mengangkat para pejabat penting sekehendak hatinya. Selain itu kaisar yang satu ini terkenal akan pemborosanya.
Ketiga kaisar Tang terakhir hanyalah boneka semata. Mereka dibawah kekuasaan Tian Lingzi, seorang Keberi yang berpengaruh pada saat itu. Xizong (873-888), kaisar Tang berikutnya, naik tahta pada asaat berusia 12 tahun. Ia begutu tergantung pada Tian, yang dianggap sebagai ayahnya. Perseteruan dengan para kaum kasim dengan para pejabat melumpuhkan administrasi pemerintahan negara. Otoritas dan persatuan kerajaan makin terganggu dengan meningkatnya kekuasaan para Jiedushi. Pajak yang seharusnya rendah karena keadaan yang sengsara tetapi masih saja tinggi, petani semakin menderita dan timbul bencana kelaparan. Inilah yang mendorong timbulnya pemberontakan petani dengan pimpinan Huang Zhao. Pada 879 para pemberontak berhasil memasuki Guangzhou dan membunuh 120 ribu dari 200 ribu orang asing dari Asia Tenggara, india, persia, dan arab yang tinggal di sana. Pada 880 kaum pemberontak berhasil mencapai Changan dan membantai penduduk, sehingga kaisar harus terpaksa melarikan diri ke Shicuan. Dua kali kaisar ke Changan yang tinggal puing-puing belaka dan lagi-lagi harus terusir dari sana.
Pada masa kacau itu, bintang keberuntungan seseorang bernama ZhuQuanzhong (852-912) makin bersinar. Dahulunya ia adalah seorang pengikut Huang Zhao. Ia merupakan seorang oportunis sejati yang pandai membaca situasi. Saat Huang Zhao mengalami kekalahan, justru berbalik mendukung Dinasti Tang. Sebagai penghargaan atas kesediaanya membantu Dinasti Tang, kaisar Xizong menganugerahinya gelar Quanzhong (Kesetiaan Mutlak), serta memerintahkan untuk meredam pemberontakan.
Pada saat yang bersamaan, terjadi kerusuhan yang ditimbulkan kaum Keberi, di mana mereka menurunkan Kaisar Zhaozong (888-904), pengganti Xizong, dari singgasananya. Zhu Wen memanfaatkan momen kekacauan di istanan ini dan bekerja sama dengan Perdana Menteri Cui Yin untuk mengenyahkan kaum keberi. Beberapa dari mereka berhasil melarikan diri dan berhasil menculik Zhaozong serta membawanya ke fengxiang (Shaanxi). Kaum keberi yang melarikan diri meminta bantuan kepada Li Maozhen. Untuk menindas pembangkangan ini Zhu Wen memimpin pasukanya untuk mengepung Fengxian. Pada 903, karena kekurangan makanan akibat pengepungan, Li terpaksa membantai kaum keberi yang tersisa dan memaksa kaisar pindah ke Luoyang dan bahkan belakangan ia membunuh kaisar dan mengangkat pangeran kesem,bilan sebagai penguasa boneka baru dengan gelar Aidi (904-907). Kaisar baru ini digulingkan tiga tahun kemudian dan Zhu Wen memproklamasikan dirinya sebagai kaisar. Dinasti Tang berakhir sudah riwayatnya dan Liang yang oleh para ahli sejarah disebut Liang Akhir. Sebagai dinasti baru tampil ke atas panggung sejarah China.
Selama periode berikutnya, Chinan kembali mengalami perpecahan dan kekacauan. Lima dinasti secara berturut-turut berkuasa di Utara (Liang Akhir, Tang Akhir, Jin Akhir, Han Aakhir, dan Zhou Akhir), sementara itu diselatan terdapat sepuluh kerajaan. Oleh karenanya periode ini dinamakan Wudai Shiguo (Zaman lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan).
2.3.6 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Semasa Dinasti Tang
Ilmuan terkenal pada masa Xuangzong adalah Yixing (683-727), yang sekaligus merupakan seorang biarawan Buddhis. Ia adalah orang pertama yang menghitung panjangnya garis bujur bumi dan penemu sebuah alat khusus yang digunakan untuk mengukur panjang lingkaran garis bujur bumi tersebut. Apa yang dilakukan Yixing ini adalah usaha pengukuran garis bujur yang pertama di dunia. Yixing juga merupakan penerjemah kitab suci Buddhis berbahasa sansekerta ke dalam bahasa mandarin (Sutra Mahavairocona) sehingga memperkaya khasanah kesusastraan China. Penemuan penting lainya dalam bidang cetak, yang terbukti dengan dijumpainya buku cetak tertua berupa naskah suci Buddhis berjudul Sutra Intan di Duanhuang pada 1907 oleh Sir Aurel Strein. Buku ini berupa gulungan 17,5 kaki dan berangka 868.
Prestasi besar dinasti Tang lainya adalah pembuatan patung lembu yang terbuat dari besi tuang , dimana empat bauh patung semacam itu ditemukan kembali pada tahun 1989. Hasil karya tersebut menunjukkan betapa manjunya China di dalam seni pengolahan dan pengecoran logam. Sehubungan dengan ilmu bangunan, Dinasti Tang merupakan pelopor pembangunan jembatan busur yang terbentuk dari segmen sebuah lingkaran. Insinyur China merupakan yang pertama kali menemukan tidaklah harus terbentuk dari setengah lingkaran penuh, melainkan dapat pula dibentuk dari segmen lingkaran. Perancangnya adalah insinyur Li Qun.
2.3.7        Perkembangan Ilmu Pengobatan Semasa Dinasti Tang
Ilmu pengobatan berkembang pesat semasa pemerintahan Dinasti Tang. Pada masa wal pemerintahan kaisar Taizong, Negara membuka sekolah ketabipan yang mengajarakan berbagai spesifikasi di bidang kesehatan. Selanjutnya pada masa pemerinyahan Kaisar Gaozong, pemerintah Dinasti Tang menerbitkan buku kumpulan bahan obat-obatan, dimana karya semacam itu baru muncul di Eropa 800 tahun kemudian. Tokoh ilmu pengobatan terkemuka yang berasal pada zaman ini ialah Sun Simiao. Sun meneliti praktik pengobatan rahasia dan juga dari negeri asing. Semua itu dikumpulkan dan diterbitkan dalam dua jilid buku yaitu Qianjin Fang (Sepuluh Ribu Resep Keemasan) dan Qianjin YIfang (Sepuluh Ribu Pelengkap Resep Keemasan).
Tokoh-tokoh ilmu pengoabatan lainnya pada masa itu ialah Chao Yuanfang (550-630), Jian Zhen (683-763), dan Wang Tao (sekitar 702-772). Karya Chao Yunfang ialah Zhubing Yuanhou Zonglun (karya umum etoilogi mengenai gejala-gejala penyakit). Jian Zhen ialah seorng biarawan Buddhis yang diundang ke  Jepang dan menyebarkan ilmu pengobatan tradisional di Cina. Ia dikenal dengan seorang yang murah hati serja pekerja keras. Karya Wong Tao berjudul Waitei Miyao (rahasia ilmu pengobatan seorang pejabat) membahas masalah-masalah kesehatan dalam 1000 kategori serta 6000 resep obat.
2.3.8        Perkembangan Seni Semasa Dinasti Tang
Zaman ini disebut juga dengan masa kejayaan puisi China. Tema dan gayannya begitu luas sehingga bisa dikatakan bahwa seni puisi semas Dinasti Tang melebini para pendahulunya.kumpulan lengkap puisi Dinasti Tang diterbitkan pada masa Dinasti Qing (1644-1911/1912) dan berisikan lebih dari 50.000 puisi yang berasal dari sekita 2000 penyair terkenal yang hidup pada zaman ini ialah Li Bai, Du Fu dan Bai Juyi.
2.3.9        Perkembangan Ekonomi dan Kemasyarakatan Semasa Dianati Tang
Pemerintah Dinasti Tang memperpanjang terusan yang telah bangun oleh para penguasa Dinasti Sui guna memperlancar transporti gandum dari daerah aliran Sungai Yangzi yang subur ke utara.
Tiap petani memperoleh jatah tanah dari negara, tetapi harus membayar tiga macam pajak berupa gandum(zu), tekstil, atau barang lainnya (diao) dan tenaga dalam wujud kerja wajib bagi Negara atau berdinas militer (yong). Sistem pembagian tanah secara merata ini di maksudkan untuk menjamin pemasukan yang pasti bagi Negara dengan mengurangi kepemilikan tanah oleh para tuan tanah. Inilah sebabnya mengapa sistem perpajakan disebut zuyongdino. Untuk merealisasikan system ini, diperlukan pendataan jumlah rumah tangga yang akurat (huji) melalui sensus penduduk. Di antara para pemilik tanah yang luas tersebut, terdapat pula banyak biara Buddis, di mana ini merupakan penyebab mengapa kerajaan melakukan penganiayaan terhadap Buddhisme pada tahun 845.
Perdagangan internasional telah berlangsung antara China dengan India, Asia Tenggara, Korea, Jepang, dan lain sebagainya. Bahkan barang-barang China dapat dijumpai hingga Timur Tengah, yang dibawa oleh para pedagang Arab dan India menyeberangi Samura Hindia. Selama beberapa decade, populasi penduduk di China Utara menjadi stabil kembali. Kaisar Tang Taizong banyak memberikan sumbangsih bagi kemajuan ekonomi Dinasti Tang dan begitu pula halnya dengan Ratu Wu Zetian, dimana ia memberikan penghargaan  bagi mereka yang dapat meningkatkan hasil panennya. Selain itu, ia membangun pula saluran-saluran irigasi baru. Meskipun demikian, industri-industri milik swasta berkembang pesat, terutama di selatan China. Industri-industri ini baik yang  berada dibawah pengawasan atau dimiliki Negara serta pribadi kebanyakan terletak di kota-kota besar.
Di China Utara, jalan darat menjadi jalur lalu lintas utama, sedangkan di selatan jalan air merupakan jalur pengangkutan seperti terusan yang dibangun semasa Dinasti Sui, Terusan Bianzu, Shanyang Yongji, Danba, dan Baoxie. Pemerintah juga melakukan penyerangan satuan berat dan panjang serta memperkenalkan mata uang yang berlaku secara normal. Mata uang logam pertama Dinasti Tang disebut kaiyuantongbao dan qianfengyuanbao. Meskipun mata uang ini telah diberlakukan secara luas di sentero negeri, tetapi sutra masih berlaku sebagai alat tukar.
Secara umum, ujian Negara itu dibagi menjadi dua bagian, yakni changju dan zhiju. Changju terdiri dari berbagai subjek, tetapi yang terpenting diantaranya adalah kajian kitab-kitab klasik Konfusianisme (minjing) dan sastra (jinshi). Kitab hokum Dinasti Tang disusun pada tahun 624 dengan berdasarkan atas undang-undang yang berlaku  pada zaman dinasti-dinasti sebelumnya.
2.3.10 Perkembangan Bidang Keagamaan dan Filsafat Semasa Dinasti Tang
1. Buddisme
a. Kondisi umum
Berbeda dengan Daoisme yang berkembang di kalangan istana, secara umum Buddisme lebih berkembang dikalangan rakyat. Buddisme semasa dinasti Tang boleh dikatakan memiliki kemajuan yang sifnifikan, bahkan saat itu china telah menjadi pusat pengajaran Buddisme. Para biarawan Buddis dari berbagai negeri di Asia berdatangan ke China untuk mempelajari Ajaran Buddha.
b. Aliran-Aliran Buddisme yang Timbul dan Berkembang
Buddisme semasa Dinasti Tang menjadi semakin bernuansa Tionghoa. Beberapa aliran baru yang lahir dan berkembang pada masa ini adalah Aliran Vinaya (Luzong), Kosa, Yogachara (Faxiang), Tantra (Mizong), dan Dhyana (Chan). Aliran vinaya didirikan oleh seorang biarawan bernama Daoxuan (596-667) yang menitik beratkan alirannya pada sebuah kitab Buddhis berjudul Vinaya (aturan moralitas0dalam Empat BAagian. Aliran Kosa disebut juga Aliran Realistik. Kitab utamanya adalah Abhidharmakosa karya Vasubandhu yang diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa oleh Paramarrtha pada tahun 563-567 dan sekali lagi oleh Xuanzang pada tahun 651-654. Isi kitab itu mencakup berbagai macam hal seperti ontology, psikologi, kosmologi Buddhis, dan juga etika.
Buddisme Tantrayana (Mizong) dibawa dari India ke China oleh Subhakarisimha, Vajrabodhi, dan Amonghavajra semasa Dinasti Tang. Subhakarisimha berasal dari India Tengah dan kemasyhurannya telah tersebar hingga Daratan China. Vajrabohi tiba di Kraton pada tahun 720 setelah mendengar bahwa Buddhisme berkembang pesat di China. Di Changan, ia berdiam di Vihara Zien, tempat ia memberikan banyak upacara inisiasi Tantra. Sebagaimana halnya Amoghavajra, ia juga melakukan banyak keajaiban di China, seperti meramalkan turunnya hujan pada matahari ia membubuhkan titik pada mata lukisan suciwan Buddhis yang sedang dikerjakannya, atau menghidupkan kembali putrid kaisar yang telah terbaring koma selama sepuluh hari.
Guru berikutnya, Amoghavajra atau Bukong, dating ke China saat usia masih sangat muda. Di bawah bimbingan Vajrabodhi, ia mempelajari berbagai aspek ajaran Tantra. Setelah kematian gurunya, Amoghavajra mengadakan perjalanan ke India dan Srilanka, dimana ia banyak menerima penghormatan dari para raja dan penguasa setempat. Cikal bakal Aliran (Chan) adalah saat Bodhidharma (Damo) tiba di China semasa Dinasti Utara-Selatan. Menurut kitab Catatan Riwayat Pewarisan Pelita yang ditulis oleh Dayuan pada tahun1004, Bodhidharma pertama kali berjumpa dengan Kaisar Liang Wudi. Huineng inilah yang sebenarnya memopulerkan Aliran Chan. Ia adalah penduduk asli Xinzhou di China Selatan yang hidup dari menjual kayu bakar. Suatu kali, ia mendengar seseorang sedang membaca salah satu naskah suci Buddhis yang berjudul Sutra Intan .
c. Penindasan terhadap Buddhisme
Ketegangan antara Buddhisme dengan Daoisme dan Konfusianisme di satu pihak masih sering terjadi semasa Dinasti Tang. Sebelumnya sikap anti Buddhis itu hanya di tujukan dalam bentuk tulisan semata seperti oleh Han Yu, seorang sarjana Konfusianis, yang menyatakan pada tahun 819 bahwa Buddhisme merupakan agama asing dan tidak sesuai bagi bangsa Tionghoa. Tetapi, penindasan besar-besaran yang di dukung oleh Negara baru pada tahun 845, semasa pemerintah Kaisar Wuzong. Sesungguhnya, alasan utama penindasan ini lebih terletak pada masalah ekonomi.
Catatan pertama berdirinya Dinasti Tang sendiri tidak banyak melaporkan mengenai penghambatan ini, dan informasi berharga mengenai hal ini justru diperoleh dari catatan harian seorang biksu Jepang bernama Enhin yang kebetulan saat itu sedang mengunjungi China. Ia mencatat bahwa ketidak-sukaan kaisar merayakan ulang tahunnya. Kaum Daois yang dipimpin oleh Zhao Guizhen, Deng Yuanchao, dan Liu Xuanjing mulai menghasut kaisar agar makin memperkeras penghambatan itu.
Penghambatan ini ternyata tidak berlangsung lama, karena Wuzong meninggal pada tahun berikutnya (846). Kesehatannya terganggu karena meminum ramuan yang katanya obat hidup abadi hasil racikan para pendeta Daois. Kaisar Xuanzong [II] yang menggantikan Wuzong lalu mencabut larangan terhadap Buddisme dan menghukum mati Zhao Liechen, Liu Xuanjing, beserta sebelas orang lainnya karena telah  menghasut kaisar sebelumnya dalam melakukan penghambatan terhadap Buddhisme. Kaisar menyatakan bahwa meskipun Buddhisme adalah agama asing, tetapi ia tidak merusak sendi-sendi budaya Tionghoa, dan selain itu bangsa Tionghoa telah mempraktikkannya sejak lama, sehingga tidak perlu dihancurkan.
2. Daoisme
a. Kondisi umum
Zaman Dinasti Tang adalah masa kejayaan Daoisme. Seluruh kaisar Dinasti Tang, dengan Wu Zetian sebagai pengecualian, adalah penganut Daoismeyang taat (meskipun mereka juga menghargai Buddhisme) kejayaan Doaisme semasa Dinasti Tang didukung oleh dua factor:
·         Karena nama keluarga kaisar kebetulan sama dengan Laozi, sang pendiri Daoisme.
·         Karena Daoisme menjajikan pil panjang umur atau hidup abadi pada para kaisar, padahal obalt yang diramu para pendeta Daoisme itu justru membahayakan kesehatan kaisar sendiri, karena mengandung berbagai substansi beracun.
b. Berkembangnya Daoisme Alkimia (Aliran Taijing)
Alikimia merupakan nenek moyang ilmu kimia, dan telah diterapkan pada sebagian besar belahan dunia ini jauh sebelum ilmu kimia yaitu berdasarkan pada metode ilmiah berkembang. Aliran Daoisme menitik meratkan pada alkimia ini juga disebut sebagai Daoisme. Cikal bakal aliran ini adalah Wei Boyang yang hidup pada masa Dinasti Han Timur. Legenda mengisahkan bahwa ia bereksperimen menciptakan pil hidup abadi. Ketika yakin telah berhasil, ia memberikan pil tersebut pada anjingnya. Anjing tersebut terjatuh dan seolah olah telah mati.
Pada masa akhir Dinasti Tang, orang mulai bertanya-tanya apakah pembuatan pil hidup abadi merupakan hal yang masuk akal. Pertanyaan ini mendorong perenungan dan pendefinisian ulang terhadap makna keabadian. Definisi lainnya adalah umur panjang dan kesehatan yang baik. Pandangan-pandangan baru tersebut menyebabkan para penganut Aliran Taijing berpaling pada yoga dan meditasi.
3. Islam
Agama Islam dibawa oleh para pedagang Arab yang berkunjung ke China semasa Dinasti Tang. Mereka diizinkan untuk membangun masjid di China dan salah satu tertua adalah Masjid Huaisheng di Provinsi Guangzhou. Kaisar Dinasti Tang sendiri tampaknya memiliki pengetahuan mengenai nabi-nabi Islam dan Kristen, sebagaimana yang dituntutkan sekembalinya ke Irak. Ketika 713 utusan khalifah tiba di istana Dinasti Tang, kaisar memperlihatkan sikap toleransinya dengan memperbolehkan mereka untuk tidak melakukan tradisi penyembahan terhadap manusia.
4. Nestorianisme
Nestorianisme adalah salah satu bentuk kekristenan yang di perkenalkan ke China semasa Dinasti Tang, atau tepatnya pada tahun 635. Saat itu, misi keagamaan yang dipimpinj oleh Aluoben tiba di Changen dengan membawa kitab-kitab suci Nestorian. Kedatangan mereka adalah dengan mengikuti para pedagang Persia. Semenjak awal, di Dinasti Tang sebenarnya telah ada kegiatan misi Nestorian ini, di mana mereka membahas agamanya secara aktif di daerah Barat serta provinsi Gansu sekarang Aluoben diterima oleh kaisar, yang mengizinkannya untuk mengajarkan agamanya di Changan.
5. Manikheanisme
Manikeanisme didirikan oleh Mani dari Persia, yang dihukum maka pada tahun 274 oleh penguasa negerinya. Agama ini banyak mengandung Kristen dan Zoroastrianisme. Setelah kematian pendirinya, agama menyebar kea rah barat dan timur, hingga sejauh Prancis dan China. Penindasan terhadap semua agama asing yang terjadi pada tahun 845 dibawah pemerintahan Kaisar Wuzong, ikut menyebabkan kepunahan agama ini.
2.3.11 Penjelajahan dan Hubungan Luar Negara Tang
1. Perjalanan Xuanzang
Xuanzang terlahir dengan nama asli Chen Yi Luoyang Henan pada tahun 602. Keluarganya merupakan kaum terpelajar. Pada tahun 622, ia ditahbiskan secara penuh sebagai biarawan dan mulai mempelajari berbagai bahasa asing, termasuk Sansekerta. Ketertarikan mulai timbul terhadap aliran Buddhisme Yogachara sehingga membangkitkan keinginannya untuk mengumpulkan naskah-naskah Buddhis dari Negara asalnya, India. Xuanzang terpaksa membujuk para penjaga Gerbang Yumen agar diizinkan pergi meninggalkan China. Perjalanan diam-diam yang diawali pada tahun 629 ini dilakukan melalui Liangzhou di Provinsi Qinghai, Gurun, Hami, dan Pegunungan Tianshan, sebelum akhirnya tiba di Turfan pada tahun 630.
Perjalanan dilanjutkan melalui berbagai negeri di Asia Tengah. Setelah melalui celah Khyber, tibalah Xuanzang di India. Di Negara tempat lahirnya Buddhisme itu. Xuanzang melakukan perziarahan ketempat-tempat suci Buddhis, seperti Kapilavastu, Sravasti, Kusinara,Bodhgaya, dan lain sebagainya.
Kaisar rupanya telah melupakan pelanggaran yang dilakukannya dan dengan antusias menanyai Xuanzang mengenai pengalamannya selama menempuh perjalanan panjang itu.
Catatan sejarah mengatakan bahwa Xuangzang telah membawa 657 kitab dari India yang dimuat dalam 520 kotak.xuanzang kemudian menerjemahkan 73 kitab diantaranya. Karya-karya terpenting Xuanzangadalah sebuah catatan catatan perjalanan yang berjudul Datang Xiyuji (Catatan Mengenai DaerahBarat) serta risalah keagamaan berjudul Chengweishilun. Catatan perjalanan itu benar-benar merupakan informasi sejarah berharga bagi arkeolog dan ahli sejarah zaman sekarang untuk menentukan lokasi kerajaan-kerajaan kuno di Asia Tengah. Sebagai tambahan Xuanzang ini mengilhami seeorang pujangga Dinasti Ming bernama Wu Chengen untuk menulis sebuah novel mengenainya.
2.      Perjalanan Yijing
Berbeda dengan Xuanzang yang mengambil jalan darat menuju ke India, Yijing menempuhnya melalui laut. Yijing mengawali perjalanannya di Kanton dengan menumpang sebuah kapal Persia pada tahun 671. Ia tiba di Tamralipti pada tahun 673. Setelah berziarah ke tempat-tempat suci Buddhis, ia berdian di Nalada selama 10 tahun guna mempelajari kitab-kitab suci Buddhis. Setelah memperoleh system yang dibutuhkannya, Yijing kembali ke Sriwijaya dan melanjutkan kerjaannya yang belum selesai tersebut hingga tahun 695. Selama hidupnya, Yijing telah menerjemahkan 56 kitab dalan 230 gulung (quan), yang (vinaya) aliran Mulasarvatisvada.
3.      Hubungan Persahabatan dengan Negeri Asing
Dinasti Tang merupakan zaman keemasan hubungan internasional dengan negeri-negeri asing. Kemajuan budaya mereka menarik perhatian negeri-negiri lain di Asia, Eropa, dan bahkan sejauh Afrika. Masing-masing negeri kemudian mengirimkan utusan dan pedagang mereka demi menjalin hubungan dengan Dinasti Tang, yang menjadi perdangangan dan budaya. Dinasti Tang, yang menjalin hubungan dagang dengan lebih dari 70 negara yang ada pada masa itu. Guna meningkatkan kemajuan oerdagangan internasional ini, pemerintah member keistimewaan pajak terhadap orang asing, yang diizinkan untuk menetap di China dan menikah dengan penduduk setempat. Banyak Negara asing yang mulai menyebut bangsa Tionghoa sebagai “orang Tang”82 suatu sebutan yang masih bertahan hingga hari ini.
China juga menjalin hubungan dengan kekaisaran Bizantium yang dalam bahasa Tionghoa disebut Fulin. Pada taun 643 dan719, mereka mengirimkan utusanya ke China. Catatan sejarah menyatakan bahwa utusan yang datang pada taun 643 itu dikirim oleh Raja Fulin yang bernama Poduilo. Ada yang berpendapat bahwa istilah Tionghoa tersebut merupakan trasliterasi dari kata patriarch atau gelar pemimpin Gereja Bizantium, sehingga misi itu sesungguhnya bersifat keagamaan. Namun para pencatat sejarah China dengan jelas menyatakan bahwa Poduoli adalah nama seorang raja. Dari kalangan bangsa Tionghoa sendiri, ada beberapa orang yang telah mengunjungi kekaisaran Bisantium.
4.      Hubungan dengan Suku-Suku Barbar di Perbatasan China.   
Dinasti Tang mengembangkan politik perdamaian dengan banga dan negeri-negeri kecil tetangganya. Seperti misalnya Tubo (Tiber) Tujue (Turki Timur), dan Huihe. Bangsa Tibet mendiami Qinghai serta dataran tinggi Tibet. Semenjak zaman Dinasti Han, mereka telah memiliki hubungan dengan China. Pada abad ke 7, seseorang penguasa yg kuat bernama Songtsan Gambo mempersatukan suku-suku Tibet dan menjadi pemimpin tertinggi mereka. Pada saat itu, Dinasti Tang juga sedang mencapai kejayaannya, dan Kaisar Taizong melihat bahwa mengadakan aliansi dengan Negara tetangga yang kuat itu secara politik sangat menguntungkan.
Berikutnya pada abad ke-8, putrid Kaisar Zhongzong yang bernama Chidaizhudan, sehingga dikatakan bahwa Tibet dan Tang telah menjadi satu keluarga. Tujue adalah nama bangsa pengembara yang hidup dipegunungan Altai. Mereka membentuk seuatu kerajaan pada pertengahan abad ke-6 dan berniat untuk memperluas wilayahnya.
Bangsa Huihe adalah nenek moyang bangsa Uigur, yang secara bertahap menjadi makin kuat semenjak pemerintahan Dinasti Sui. Semasa Dinasti Tang, mereka berhasil mengalahkan bangsa Tujue, dan pada pertengahan abad ke-8, Gulipeiluo, salah seorang kepala suku, menaklukkan seluruh Huihe dan membentuk kerajaan yang kuat. Tujuh tahun kemudian atau tepatnya pada tahun…… Silla menaklukkan kembali seluruh Semenanjung Korea. Setelah menyatukan seluruh Korea, Silla tetap membina hubungan baik dengan China dan banyak warganya yang dikirimkan untuk menuntut ilmu disana. Hubungan China dengan Jepang telah berlangsung semenjak awal Dinasti Han dan Masih berlanjut hingga zaman Dinasti Sui dan Tang.
5.      Hubungan dengan Kepulauan Nusantara
Berita sejarah China yang berasal dari zaman Dinasti Sui menyatakan bahwa pada tahun 528 dan 535 datang utusan yang berasal dari sebuah negeri bernama Duoluomo. Letak negeri ini di sebelah selatan China. Urusan dari negeri ini datang kembali semasa pemerintahan Dinasti Tang, atau tepatnya pada tahun  666 dan 669. Berdasarkan catatan geografis yang diberitakan oleh berita sejarah itu, dapat disimpulkan bahwa Duoluomo ini adalah nama sebuah negei yang terletak di Jawa bagian Barat.
Catatan sejarah lainnya dari Dinasti Tang, menyebutkan adanya sebuah negeri bernama Heling atau disebut juga Jawa yang terletak di Laut Selatan, sebelah timur Sumatera dan Sebelah barat Bali. Oleh para sarjana, nama Heling ini diasosiasikan dengan Kalinga yang diperkirakan terletak di Jawa Tengah Utara. Ternyata tidak hanya negeri-negeri di pulau Jawa saja yang menjalin hubungan dengan Dinasti Tang, kerajaan-kerajaan di Sumatera ternyata juga telah menjalin hubungan diplomatic dengan China. [2]
2.4 Alasan Masa Kerajaan Sui dan Tang disebut sebagai Zaman Emas dalam Sejarah China
Sesuai dengan uraian yang telah disebutkan, bahawa Kerajaan Sui dan Tang merupakan kerajaan yang membawa China yang membawa pada suatu posisi yang dapat dikatakan sangat baik. Karena pada sebelumnya, setelah pemerintahan dinasti Han, China mengalami zaman kegelapan. Dapat dikatakan demikian karena dalam daratan China terpecah dalam beberapa negara, yaitu tiga negara dan selanjutnya semakin terpecah lagi dengan otoritas-otoritas daerah bermunculan dan keadaan pemerintahan China semakin terpecah lagi.
Lalu setelah masuk pada dinasti Sui, China berangsur menjadi bersatu meski pada awalnya masih ada pemerintahan lain di selatan. Namun hal tersebut bukanlah suatu permasalahan yang besar, dengan sedikit strategi hal tersebut cepat dapat diselesaikan dan China pun telah menjadi satu dan memiliki satu pemerintahan pusat. Dan hal itu terlanjutkan sampai Dinasti Tang meskipun sudah banyak dinamika yang dilalui.
Alasan mengapa pada dinasti Sui dan Tang merupakan masa keemasan dalam sejarah china, dari uraian diatas dapat disimpulakan karena:
·         Pada zaman ini China bersatu dalam satu pemerintahan pusat;
·         Pada zaman ini terdapat berbagai hasil penemuan-penemuan yang menggemparkan dan sebelumnya belum pernah ditemukan, dari hasil tersebut memberikan dampak yang besar bagi kelangsungan hidup masayarakat pada masa itu bahkan sampai sekarang;
·         Pada zaman ini berkembang ilmu pengetahuan, pandangan hidup/ agama, filsafat dan beberapa aspek penunjang kehidupan masyarakat pada kerajaan tersebut;
·         Dan masih banyak kelebihan yang lain.
Dari uraian tersebut sudah tergamabarkan betapa China mencapai keemasanya pada masa itu, apabila masih dalam jangka abad-abad awal yang didaerah lain belum tentu sudah mengalami kemajuan yang luar biasa seperti di China.







BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Monarki merupakan sejenis pemerintahan yang dipimpin oleh seorang penguasa monarki. Monarki atau sistem pemerintahan kerajaan adalah sistem tertua di dunia. Pada awal kurun ke-19, terdapat lebih 900 tahta kerajaan di dunia, tetapi menurun menjadi 240 dalam abad ke-20. Sedangkan pada dekade kedelapan abad ke-20, hanya 40 takhta saja yang masih ada. Dari jumlah tersebut, hanya empat negara mempunyai penguasa monarki yang mutlak dan selebihnya terbatas kepada sistem konstitusi.
Dinasti Sui (581 - 618) adalah sebuah dinasti yang menjadi peletak dasar bagi kejayaan Dinasti Tang sesudahnya. Dinasti ini mempersatukan Cina yang terpecah belah pada Zaman Enam Belas Negara sebelumnya. Terusan besar dibangun pada masa dinasti ini. Dinasti ini cukup pendek karena hanya 2 kaisar yang benar-benar memerintah. Kaisar-kaisar berikutnya hanyalah kaisar boneka yang dipasang oleh para jenderal dan penguasa militer sebelum akhirnya mereka sendiri mendirikan dinastinya sendiri. Li Yuan, sepupu Yang Guang, kaisar dinasti Sui yang kedua, merebut kekuasaan dan mendirikan dinasti Tang.
Dinasti Tang (618 - 907) adalah satu dari tiga dinasti yang paling berpengaruh di Tiongkok sepanjang sejarahnya. Dinasti Tang menggantikan Dinasti Sui yang berumur pendek, didirikan oleh keluarga Li. Li Yuan mendirikan dinasti ini pada tahun 618 dan menetapkan Chang'an sebagai ibukota dinasti ini. Di tengah masa kejayaan dinasti ini, ada masa 15 tahun di mana Kaisar Wu Zetian memaklumatkan Dinasti Zhou kedua. Kaisar Wu Zetian merupakan kaisar wanita satu-satunya di dalam sejarah kekaisaran Cina.
Sesuai dengan uraian yang telah disebutkan, bahawa Kerajaan Sui dan Tang merupakan kerajaan yang membawa China yang membawa pada suatu posisi yang dapat dikatakan sangat baik. Karena pada sebelumnya, setelah pemerintahan dinasti Han, China mengalami zaman kegelapan. Dapat dikatakan demikian karena dalam daratan China terpecah dalam beberapa negara, yaitu tiga negara dan selanjutnya semakin terpecah lagi dengan otoritas-otoritas daerah bermunculan dan keadaan pemerintahan China semakin terpecah lagi.
Lalu setelah masuk pada dinasti Sui, China berangsur menjadi bersatu meski pada awalnya masih ada pemerintahan lain di selatan. Namun hal tersebut bukanlah suatu permasalahan yang besar, dengan sedikit strategi hal tersebut cepat dapat diselesaikan dan China pun telah menjadi satu dan memiliki satu pemerintahan pusat. Dan hal itu terlanjutkan sampai Dinasti Tang meskipun sudah banyak dinamika yang dilalui.
3.2 Saran
Suatu pencapaian yang telah diusahakan dan diupayakan sehingga mendapatkan hal yang maksimal, hendaknya untuk selalu diupayakan juga kelestarianya. Memang sesuatu yang indah selalu gemerlap dengan berbagai daya tariknya, tetapi hal demikian jangan menjadi sesuatu yang membutakan arah pikiran seorang pemimpin atau yang dipimpin, supaya meminimalisir suatu keadaan yang saling menikam dan merusak demi subjektifitas pribadi atau golongan. Dan demikian akan terwujud suatu ketetapan kejayaan.








DAFTAR PUSTAKA
Taniputera, Ivan. 2009. History Of China. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Monarki.
[2] Taniputera, Ivan. 2009. History Of China. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Hlm. 317-372.

0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Sample Text

Sample text

Total Tayangan Halaman

Social Icons

Blogger templates

Feature (Side)

Blogger news

Pages

AD (728x90)

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

Pengikut

Featured Posts

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget