BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kerajaan adalah suatu sistem pemerintahan yang
menempatkan raja sebagai pemimpinya. Sitem kerajaan merupakan suatu sistem
pemerintahan tertua yang pernah dilaksanakan manusia. Dalam sistem dinasti di
China, sistem kerajaan merupakan suatu sistem yang dianut namun dengan beberapa
penyesuaian yaitu para pemimpin atau kaisar kerajaan merupakan dalam sistem
dinasti atau turun temurun.
Kerajaan Sui (Dinasti Sui) dan Kerajaan Tang (Dinasti
Tang) adalah suatu dinasti yang terkenal akan jasanya dalam sejarah perjalanan
China. Karena berkatnya, keadaan china yang sebelumnya berada pada keadaan yang
terpecah belah menjadi beberapa negara, menjadi satu kembali pada masa kerajaan
Sui dan kerajaan Tang. Selain itu banyak pencapaian-pencapaian yang
dipersembahkan oleh kedua dinasti tersebut, meski banyak intrik yang hidup
dalam kedua kerajaan. Dan berbagai hasil tersebut tidak terfokus pada satu
bidang semata, melainkan dalam berbagai aspek yang meemgang peranan penting
dalam berdirinya suatu kekaisaran atau negara.
Dari hal ini, perlu adanya suatu pengkajian
secara mendalam. Karena diharapkan dapat menjadi suatu pembelajaran kehidupan
baik secara moral dan material bahkan pengetahuan untuk membentuk suatu
persatuan negara yang benar-benar sesuai dengan harapan bersama.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada makalah ini adalah
1)
Apa yang dimaksud dengan
kerajaan?
2)
Bagaimanakah Kerajaan Sui dan
kisah sejarahnya?
3)
Bagaimanakah Kerajaan Tang
dan kisah sejarahnya?
4)
Mengapa dari masa kerajaan
ini disebut sebagai zaman emas dalam sejarah Cina?
1.3
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah
1)
Mengetahui dan memahami
dengan apa yang dinamakan kerajaan;
2)
Mengetahui dan memahami
tentang kerajaan Sui, aspek-aspek didalamnya, dan kisah sejarahnya?
3)
Mengetahui dan memahami
tentang kerajaan Tang, aspek-aspek didalamnya, dan kisah sejarahnya?
4)
Mengetahu dan memahami akan
dasar mengapa dalam masa kerajaan Sui dan Tang, China mengalami zaman emas.
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah
1)
Dapat mengetahui lebih jauh
akan pengertian kerajaan, dah khususnya kerajaan Sui dan Tang;
2)
Dapat mengetahui secara
mendalam mengenai sejarah dari kerajaan Sui dan Tang mulai dari awal,
aspek-aspek didalamnya serta samapai masa keruntuhanya;
3)
Dapat mengetahui lebih jauh
akan alasan mengapa pada masa kerajaan Sui dan Tang di Cina dianggap sebagai
jaman emas.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kerajaan
Monarki, berasal dari bahasa Yunani monos
yang berarti satu, dan archein yang berarti pemerintah. Monarki
merupakan sejenis pemerintahan yang dipimpin oleh seorang penguasa
monarki. Monarki atau sistem
pemerintahan kerajaan adalah sistem tertua di dunia. Pada awal kurun ke-19,
terdapat lebih 900 tahta
kerajaan di dunia, tetapi menurun menjadi 240 dalam abad ke-20. Sedangkan pada
dekade kedelapan abad ke-20, hanya 40 takhta saja yang masih ada. Dari jumlah
tersebut, hanya empat negara mempunyai penguasa monarki
yang mutlak dan selebihnya terbatas kepada sistem konstitusi.
Perbedaan di
antara penguasa monarki dengan presiden
sebagai kepala negara adalah penguasa monarki menjadi kepala negara sepanjang
hayatnya, sedangkan presiden biasanya memegang jabatan ini untuk jangka waktu
tertentu. Namun dalam negara-negara federasi
seperti Malaysia, penguasa monarki atau Yang dipertuan Agung hanya berkuasa selama 5
tahun dan akan digantikan dengan penguasa monarki dari negeri lain dalam
persekutuan. Pada zaman sekarang, konsep monarki mutlak hampir tidak ada lagi
dan kebanyakannya adalah monarki konstitusional, yaitu penguasa monarki
yang dibatasi kekuasaannya oleh konstitusi.
Monarki demokratis
berbeda dengan konsep penguasa monarki yang sebenarnya. Pada kebiasaannya
penguasa monarki itu akan mewarisi tahtanya. Tetapi dalam sistem monarki
demokratis, tahta penguasa monarki akan bergilir-gilir di kalangan beberapa
sultan. Malaysia misalnya, mengamalkan kedua sistem yaitu kerajaan konstitusional
serta monarki demokratis.
Bagi
kebanyakan negara,
penguasa monarki merupakan simbol kesinambungan serta kedaulatan negara
tersebut. Selain itu, penguasa monarki biasanya ketua agama serta panglima besar
angkatan bersenjata sebuah negara. Contohnya di Malaysia, Yang
Dipertuan Agung merupakan ketua agama Islam, sedangkan di Britania
Raya dan negara di bawah naungannya, Ratu Elizabeth
II adalah Gubernur Agung Gereja Inggris. Meskipun demikian, pada masa sekarang ini
biasanya peran sebagai ketua agama tersebut adalah bersifat simbolis saja.
Selain penguasa
monarki, terdapat beberapa jenis kepala pemerintahan yang mempunyai bidang
kekuasaan yang lebih luas seperti Maharaja dan Khalifah.[1]
2.2 Kerajaan Sui (Dinasti
Sui)
2.2.1
Berdiri dan Berkembangnya Dinasti Sui
Persatuan Cina baru dapat dipulihkan di bawah
pemerintahan Dinasti Sui (581-618) yang didirikan oleh Yang Jian dengan
gelarnya Sui Wendi (581-618). Ia adalah tokoh yang berjasa mengakhiri
kekakcauan zaman Dinasti Utara-Selatan. Sebagai seorang penguasa, prestasinya
boleh dibilang luar biasa, karena dapat mengakhiri zaman kacau yang telah
berlangsung selama beberapa ratus tahun. Meski demikian masa kekuasaan Dinasti
Sui boleh dibilang tergolong singkat, yakni hanya 37 tahun.
Setelah mendirikan dinasti Sui, agar dapat
menjadi penguasa tunggal seluruh Cina, Yang Jian (Sui Wendi) masih harus
menaklukan kerajaan Chen yang berkuasa di selatan. Chen Shubao, raja terakhir
kerajaan ini merupakan penguasa yang lemah dan hanya mementingkan dirinya
semata. Selain itu, ia juga seorang yang gila wanita.
Yang Jian (Sui Wendi) menyadari kelemahan
penguasa Chen serta memutuskan untuk menyerangnya. Ia mengutus Jendral Nuobi
uantuk memimpin kampanye penaklukan ke selatan. Ternyata, tepian selatan sungai
Yangzi yang menjadi tapal batas antara kedua kerajaan dilindungi oleh banyak
benteng. Jenderal He Nuobi menghindari bentrokan langsung dan hanya menempatkan
pasukan secara menyebar. Pihak Chen menyaksikan manufer besar-besaran ini dan
mengira akan ada serangan dari pihak kerajaan Sui. Maka pasukan Chen
menyiagakan pasukanya. Tetapi, pasukan Sui tidak melancarkan serangan sama
sekali sehingga para panglima chen merasa
jemu dan mengendurkan kewaspadaan. Akhirnya pada tahun baru imlek 589, tatkala
kaisar Chen Shubao sedang mabuk dan terlelap setelah malamnya bersenang-senang,
Jenderal He memimpin pasukanya menyeberangi sungai Yangzi serta menyerbu
ibukota kerajaan Chen (kini Nanjing). Setelah berhasil mengalahkan Chen di
selatan maka Yang Jian kini menjadi penguasa tunggal di Cina.
Untuk membantunya dalam pemerintahan, Yang Jian
menunjuk menteri-menteri yang pandai serta berusaha untuk meningkatkan hasil
pertanian. Karena semenjak lama mengabdi pada Kerajaan Zhou Utara, Yang Jian
memiliki banyak pengalaman politik dan administrasi pemerintah, sehingga
menjadikanya seorang penguasa yang cakap. Ibukota yang terletak di Changan
dibangun atas dasar pandangan kosmologis tradisional sebagai lambang nyata atas
dasar kekuasaan.
Tugas paling mendesak adalah pemulihan perdamaian
dalam negeri dengan jalan menghapuskan seluruh tentara pribadi yang dimiliki
para penguasa lokal; dimana tentara pribadi itu berpotensi mengancam persatuan
negara. Setelah itu kaisar Sui Wengdi mengorganisasi kembali tentara kerajaan
dan menempatkan mereka dengan pengendalian yang ketat.
Kaisar Sui Wengdi merupakan seorang yang
relatif sederhana dan menjauhkan diri dari kemewahan, bahkan boleh dikatakan ia
cenderung kikir. Lebih jauh lagi Wendi merupakan orang yang mudah marah
meskipun ia secara resmi menganut Konfisianisme. Ada sumber lain mengatakan
bahwa meskipun pada awalnya Wendi merupakan kaisar yang bijak, tetapi pada
akhir pemerintahanya ia berubah menjadi tiran yang kejam dengan menjatuhkan
hukuman melampaui batas, sehingga banyak orang yang mencela.
2.2.2
Runtuhnya Dinasti Sui
Kaisar Sui Wendi memiliki dua orang putra.
Putra bungsunya yang bernama Yang Guang sangat pandai bermain muka demi
mengambil hati ayahnya, sehingga kakaknya yang telah dijadikan putra mahkota dipecat
dan diganti olehnya. Ketika kaisar sakit keras, Yang Guang bersekongkol dengan
seorang perdana menteri untuk menggulingkan ayahnya. Namun karena
kecerobohanya, surat yang ditulis diketahui oleh ayahnya serta juga diketahui
bahwa Yang Guang juga berselingkuh dengan selir ayahnya. Sehingga ayahnya murka
dan memanggilnya, namun Yang Guang bertindak lebih cepat dengan membunuh
ayahnya. Kemudian Yang Guang naik tahta dengan gelar Sui Yangdi (604-617).
Putra Yang Jian (Sui Wendi) ini bukanlah orang
yang cakap dan lebih mementingkan bersenang-senang ketimbang mengurus masalah
negara. Dihabiskanya uang negara dengan membangun proyek yang sesungguhnya
hanya pemborosan belaka (membangun ibukota kedua dan danau buatan). Proyek
kaisar Yagdi yang dapat dikatakan bermanfaat adalah penerusan pembangunan kanal
penghubung antara wilayah utara dan selatan yang telah dimulai oleh ayahnya.
Sebagaimana dengan pembangunan tembok besar, pekerjaan berat ini memakan banyak
korban. Meskipun demikian proyek terusan ini pada akhirnya bermanfaat bagi
rakyat. Dilain pihak kaisar Yangdi makin berbuat boros dengan kelakuan yang
tidak berguna.
Kejatuhan Yangdi dipercepat oleh kegagalanya
dalam menaklukan kota dimana hal tersebut sungguh-sungguh menguras sumberdaya
negara. Pada akhir pemerintahanya sungai Huanghe meluap mengakibatkan
penderitaan, dan penderitaan rakyat tersebut mengakibatkan suatu pemberontakan
yang disebut pemberontakan delapanbelas raja muda. Dan karena takut Yangdi
kabur ke ibukota selatan di Yangzhou, namun salah seorang pemimpin pemberontakan
tersebut yaitu Yuwen Huazhi menyerang Yangzhou dan membunuh kaisar Yangdi dan
ia mengangkat kaisar lain tetapi tidak lama kemudian ia (Yuwen Huazhi) membunuh
kaisar yang diangkatnya dan mengangkat dirinya sebagai kaisar.
Li Yuan seorang tokoh militer dari utara
menaklukan ibukota Changan dan mengalahnkan Yuwen Huazhi, lalu Li Yuan
mengangkat seorang keturunan dinasti Sui yang lain sebagai kaisar Gongdi
(617-618) dengan ia sebagai walinya. Namun setahun kemudian kaisar tersebut
diturunkan dan Li Yuan mengangkat dirinya sebagai kaisar dengan gelar Tang
Gaozong (618-626) dengan demikian berakhirlah dinasti Sui/ kerajaan Sui
digantikan oleh dinasti Tang/ kerajaan Tang.
2.2.3
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Semasa Dinasti Sui
Mahakarya dan sumbangsih Dinasti Sui dalam
bidangh transportasi dalam pembangunan terusan raksasa yang menghubungkan cina
selatan dan utara. Terusan sepanjang 2000 km tersebut dimulai dari Hangzhou di
tenggara menuju Yangzhou dan selanjutnya ke Luoyang. Dari sana terusan ini
menyatu dengan sungai Kuning dan Huai, kemudian mengalir kearah timur yang
sekarang adalah Beijing.
2.2.4
Perkembangan Bidang Keagamaan dan Filsafat Semasa Sui
Kaisar Sui Wendi menyadari bahwa ajaran
Budhisme yang mengajarkan penyelamatan setiap orang tanpa memandang suku dan
derajat seseorang merupakan alat pemersatu yang ampuh bagi kekaisaranya. Oleh
karena itu ia mendorongan penyebaran Budhisme. 4000 vihara telah dibangun dan
lebih dari 100.000 patung dibuat.
Tokoh Budhisme termasyur yang
hidup pada zaman ini adalah Zhiyi (538-597), pendiri aliran Tiantai yang hidup
pada akhir masa dinasti Utara-Selatan dan awal dinasti Sui. Zhiyi menekankan
pengajaran pada salh satu kitab Budhis yang berjudul Saddharmapundarika Sutra (Miaofalianhua Jing) atau sutera teratai. Selain
itu ada tokoh lain yaitu Dhusun (557-640), yang merupakan pendiri
atau sesepuh Aliran Huayan (Avatamsaka), suatu aliran BUddhisme yang
mendasarkan pengajarannya pada naskah Budhisme berjudul Avatamsaka Sutra.
2.3 Kerajaan Tang (Dinasti
Tang)
2.3.1
Berdiri dan Berkembangnya Dinasti Tang
Pada masa awal dinasti Tang, perdamaian masih
belum pulih sepenuhnya. Kurang lebih selama enam tahun berikutnya, negara masih
dilanda kekacauan dan perang saudara. Li Yuan dengan dibantu putranya Li
Shimin, berjuang keras menegakkan kembali perdamaian serta ketertiban. Usaha
ini akhirnya membuahkan hasil dan meletakkan dasar bagi kesetabilan politik
sepanjang sisa sejarah dinasti Tang. Li Yuan yang bergelar Gaouzu adalah
seorang yang berhati welas asih, ia menjamin hidup keluarga kaisar dinasti Sui.
Sebagai pemimpin Li Yuan memiliki integritas yang baik, namun belakangan telah
dimanupulasi sejarahnya oleh Li Shimin. Ia menggambarkan Li Yuan sebagai
penguasayang lemah dan gemar bersenang-senang.
Pada tahun 626, ia turun tahta dan digantikan
oleh putranya (Li Shimin), yang bergelar Taizong (626-649). Dibawah
pemerintahanya, China menjadi negara adikuasa. Semasa pemerintahanya, para
pejabat istana harus bekerja siang dan malam secara bergiliran untuk menangani
tugas-tugas yang masih terbengkalai. Kaisar sendiri sangat berkonsentrasi untuk
memperhatikan kehidupan rakyat, ia membatasi proyek-proyek raksasa yang
mengguras uang negara, mengurangi kerja wajib bagi rakyat. Pendekatan
humanistik inilah yang mengharumkan nama dinasti Tang dari pada Dinasti Sui.
Taizong merupakan orang yang yang bersikap
praktis dalam berpolitik. Menjadikan konfusionisme sebagai landasan
pemerintahanya, namun juga menghormati Buddhisme dan Daoisme. Selain itu, dalam
pemerintahan Taizong, hubungan antara Timur-Barat makin berkembang, dan
Changan, ibukota dinasti Tang, tumbuh menjadi kota terbesar serta termegah pada
zamanya. Salah satu prestrasi terkenal dalam bidang penjelajahan pada masa itu
adalah perjalanan Biksu Xuanzang ke India untuk mengumpulkan kitab suci.
Taizong juga terkenal sebagai seorang yang terpelajar serta terdidik dalam
karya-karya Konfusianisme. Untuk membantunya dalam pemerintahan, ia mengankat
menteri-menteri yang memiliki kapabilitas tinggi dan bersedia mendengarkan
pendapat mereka. Kaisar merupakan orang yang terbuka dalam kritik. Dalam bidang
seni ia mengundang seniman berbakat keistananya.
Menjelang masa akhir pemerintahanya, Taizong
menjadi lupa daratan. Setelah 630, ia menjadi makin sombong dan boros. Urusan
negara mulai diabaikanya dengan mengadakan kegiatan perburuan yang lama serta
mengamburkan uang negara. Penerus Taizong adalah kaisar-kaisar lemah.
Berturut-turut China diperintah oleh Gaozong (649-683), Zhongzong (684;
memerintah kembali: 705-710), dan Ruizong (684-690); memerintah kembali
710-712). Kaisar Gaozong (Lhi Zhi) adalah orang yang lemah secara fisik
sehingga sedikit demi sedikit kekuasaan jatuh ketangan selir kesayanganya yang
ambisius bernama Wu Zetian (690-705), yang sebelumnya merupakan selir ayahnya. Begitu
menjadi permaisuri Wu mulai ikut campur dalam urusan pemerintah ketika Gaozong
sakit dan meninggal pada 705, Wu adalah sosok yang paling berkuasa di China.
Terlepas dari semua itu, Gaozong mewarisi
negeri yang makmur dengan peningkatan taraf hidup rakyatnya serta admninistrasi
pemerintahan yang baik hasil peninggalan ayahnya. Selama bebera kurun waktu
berlangsunglah masa damai dalam negeri. Sebaliknya Wu Zetian menerapkan politik
ekspansif terhadap negara disekitarnya, seperti penyerangan kepada korea.
Selain itu Wu juga membina hubungan diplomatik dengan negara lain seperti Arab.
Demi melanggengkan kekuasaanya setelah suaminya
wafat, Wu memanipulasi suksesi kekuasaan dengan meracuni Putra Mahkota Li Hong
serta mengasingkan para pangeran lainya. Ia mengangkat putra ketiganya, Li Zhe
sebagai kaisar baru dengan gelar ZhongZhong (684) hanya sempat memerintah
selama 6 minggu Zhongzong diturunkan dari tahta dan digantikan oleh adiknya Li
Dan (gelar Ruizong, 684-690). Tahun 690 Wu Zetian menurunkan Ruizong dan mengangkat
dirinya sendiri menjadi kaisar dan menamai dinasti barunya dengan Zhao.
2.3.2 Selingan
Singkat Pemerintahan Wu Zetian
Wu Zetian merupakan satu-satunya wanita dalam
sejarah China yang mengangkat dirinya sebagai kaisar. Wanita luar biasa ini
terlahir dari keluarga tuan tanah kaya dengan nama Wu Zhao dan pada usia 14
tahun diangkat menjadi cairen atau
selir tingkat rendah kaisar Taizong, yang menganugerahinya nama baru Wu Mei
(berkarisma). Ketika kaisar wafat ia mengikuti tradisi bahwa dia harus menjadi
biarawati, namun karena kecantikanya kaisar baru Gaozong mengundangnya kembali
ke istana. Jalan Wu Zetian selanjutnya untuk mencapai tumpuk kekuasaan
tertinggi dinasti Tang digenangi dengan darah, ia membunuh istri Gaozong lainya
yang dari marga Wang dan Xiao. Bintang Wu makin gemilang tahun 655, ketika
kaisar menjadikanya permaisuri.
Usaha untuk menyingkirkan Wu pada 684 berhasil
digagalkan sementara pelakunya dihukum dengan kejam. Dan Wu juga mendirikan
suatu dinas untuk menginformasikan orang-orang yang menentangnya. Setelah
Gaozong wafat, Wu mengangkat dua kaisar boneka secara berturut-turut sebelum
akhirnya mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar (690) dan mengganti nama
dinasti dengan Zhou. Kala itu setelah berusaha 67 tahun. Ia melakukan usaha-usaha
demi memajukan negara, antara lain dengan mengumpulkan para cendekiawan dan
siapa saja yang lulus ujian maka akan diberi jabatan di pemerintahan. Selain
itu dalam bidang pertanian ia. memberi penghargaan bagi pejabat yang dapat
mengubah tanah pasif menjadi lahan aktif, dan sebaliknya jika gagal maka akan
dihukum. Yang lebih ampuh para cendekiawan disuruh untuk menulis tentang buku
pertanian dan menyebarkan ke seantero negeri.
Sebagai alat propaganda, Wu
memanfaatkan Budhisme dan Daoisme. Ia menyatakan dirinya sebagai penjelmaan ibu
surgawi yang merupakan ibu Laozi, pendiri Daoisme. Wu memanfaatkan pula Sejilid kitab Buddhis berjudul Sutra Awan Agung yang isinya meramalkan
bahwa Maitreya, Budha yang akan datang terlahir sebagai wanita. Dan Wu sendiri
menggelari dirinya sendiri dengan “ Maitreya yang tanpa cela”.
Namun sayang sekali, Wu akhirnya lupa
daratan dan melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan moralitas yang
berlaku pada zamanya, yakni dengan mengumpulkan selir-selir Pria. Penyuapan dan
korupsi marak dimana-mana, sehingga sang kaisar wanita kehilangan simpati rakyat pada 705 setelah gagal menyelamatkan kekasih-kekasihnya
dari pembantaian, ratu Wu sakit keras. Perdana menteri
Zhang Jianzhi melakukan perebutan kekuasaan dan mengembalikan bekas kaisar
Zhongzong ke singgasananya.
2.3.3
Bangkitnya Kembali Dinasti Tang
Kaisar Zhongzhong kini memerintah untuk yang
kedua kalinya (705-710). Dua puluh tahun masa pengasingan tidak meningkatkan
sedikit pun kemampuanya dalam memerintah. Kekuasaan kembali berada ditangan
para permaisuri. Ratu Wei dan kekasih gelapnya Wu Sansi (sepupu Wu Zetian)
mengendalikan pemerintahan kerajaan dengan meakukan perampasan tanah, memeksa
anak-anak menjadi budak dan menjual belikan jabatan istana. Wei diyakini telah
meracuni Zhongzhong dan kematianya dirahasiakan, kemudian Wei mengangkat
putranya sendiri Chong Mao sebagai kaisar baru tetapi kaisar ini Cuma bertahan
dua minggu sehingga tidak dimasukkan dalam daftar kaisar dinasti Tang. Musuh
ratu wei yang dipimpin putra Taiping (anak Wu Zetian) menurunkan kaisar dari
tahta dan meminta agar adiknya Li Dan, yang sebelumnya bertahta sebagai kaisar
Ruizong agar bersedia naik tahta kembali untuk yang kedua kalinya (702-710).
Setelah dua tahun ia mengundurkan diri dan digantikan puteranya Li Longji yang
naik tahta dengan nama Xuanzong (712-756).
Xuangzong, yang juga dikenal dengan nama
Minghuang (“kaisar nan gemilang”), adalah putra Raizong dengan selir Dou.
Sebagai kaisar baru ia mewarisi negara yang kacau balau dan korup. Oleh karena
itu ia dengan melakukan gerakan pembersihan terhadap pejabat-pejabat lama dan
menggantinya dengan wajah baru sehingga memulihkan kembali otorotasnya sebagai
kaisar. Selain itu Xuanzong memulihkan kendali pemerintahan pusat terhadap
provinsi serta dalam bidang biriokrasi Xuangzong hanya mengangkat sedikit
menteri namun seluruhnya adalah orang yang berkompetensi. Dan juga hukum
disusun kembali sehingga terkesan lebih manusiawi dan adil, tuan tanah yang
dulu bebas pajak saat awal kepemimpinanya sudah harus kembali membayar pajak.
Kaisar Xuanzong juga merupakan seniman yang
terkemuka pada zamanya. Ia merupakan seorang penyair, ahli kaligrafi, musisi
berbakat dan pelindung seni. Ia mendirikan akademi sastra (yang lebih tua
seribu tahun ketimbang akademi serupa di eropa). Keterbukaan gagasan baru
menarik kedatangan para sarjana, musisi, pelukis dan penyair ke Ibu kota. Sosok
kaisar yang hangat ini telah kenyang dan muak terhadap intrik istana, ia
menjauhkan isteri-isterinya dari kaum keberi dari urusan pemerintahan (keluarga
selir tidak diperbolehkan meemegang jabatan penting istana. Sebagai langkah
penghematan, Xuangzong melarang penggunaan barang-barang mewah di istana.
Seiring dengan bertambah lanjutnya usia sang
kaisar, ia makin jemu dengan urusan pemerintahan. Meski masih menghadiri sidang
harian di Istana hingga 70 tahun, ia makin tenggelam dalam Daoisme dan
Buddhisme Tantra, yang banyak dipenuhi hal-hal magis, mantra, dan meditasi
visualisasi. Para penguasa dinasti Tang melegitimasi kekuasaan dengan
menyatakan dirinya sebagai keturunan Laozi pendiri Daoisme, karena kebetulan
marganua sama yaitu (Li). Xuangzong memanfaatkan kebetulan ini untuk
meningkatkan kekuasaanya dengan jalan menjunjung Daoisme lebih tinggi ketimbang
budhisme.
2.3.4
Kemunduran dan Keruntuhan Dinasti Tang
Para penguasa dinasti Tang setelah Xuangzong
merupakan kaisar-kaisar yang lemah, dan masa akhir dinasti Tang dipenuhi dengan
kekacauan serta pemberontakan. Salah satu pemberontakan yanag menggoyahkan
sendi-sendi dinasti Tang adalah pemberontakan An Lushnan yang berlangsung
hingga tahun 763 selama pemerintahan dua kaisar yaitu Suzong (756-762) dan
Daizong (762-779). Pemberontakan ini menyita kekayaan dan kekuatan dinasti
Tang. Klemahan dinasti Tang ini tidak disia-siakan oleh Bnagsa Tibet yang
berulang kali menyerang China hingga tahun 777. Menjelang akhir hayat dinasti
Tang, para kaisarnya mempertahankan kekuasaanya atas para gubernur setempat.
Bahkan menjadi antara mereka yang sanggup memerintahkan lebih dari 15 tahun.
Penyebab kemunduran dan keruntuhan Dinasti Tang
ini dapat diuraikan menjadi lima hal sebagai berikut:
1.
Krisis Tianbao
Pada masa akahir pemerintahanya, kaisar
Xuangzong menjadi semakin mabuk kekuasaan dan boros. Ia lebih mengutamakan
bersenang-senang dengan selirnya yang bernama Yang Guifei. Selir yang
sebelumnya adalah istri anaknya yang terkenal akan kecantikanya, karena
sama-sama menggemari tarian dan musik, dengan segera kaisar tersihir oleh
pesonanya. Urusan kenegaranya terabaikan dan orang-orang yang tidak setia dan
korup diangkat menjadi menterinya seperti Li Linfhu dan Yang Guozhong. Tindakan
ini menyebanbkan kekacauan di pemerintahan.
2.
Pemberontakan An Lushnan
Pada tahun 755, An Lushnan, seorang jenderal
penjaga perbatasan (jiedushi)
keturunan Turki yang bertubuh gemuk dan berperangai kasar menerbitkan
pemberontakan di Fanyang dengan tujuan untuk mengakhiri kekuasaan pejabat korup
Yang Guozhong. Ia menyatakan dirinya sebagai kaisar dan menamai dinastinya
dengan Yan (dinasti ini tidak diakui oleh para ahli sejarah). Pasukan yang
dipimpinya menyerbu kearah selatan, membantai penduduk Kaifeng, merebut Luoyang
dan akhirnya ibukota Changan. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh
Jenderal Guo Ziyi dan Li Guangbi pada tahun 763. Kedasyatan pemberontakan ini mengakibatkan
hancurnya perekonomian China utara dan tanah yang terbengakalai semakin luas.
Kota dan desa berubah menjadi runtuhan dengan ditumbuhi ilalang, dapat
dikatakan peristiwa ini sebagai titik balik keruntuhan Dinasti Tang.
3.
Gerakan Separatisme Fanzhen
Pada awal abad ke-8 untuk melindungi daerah
perbatasan, didirikanlah berbagai perbentengan di daerah perbatasan yang
disebut dengan Fanzhen. Pemimpin masing-masing benteng itu diberi gelar jiedusi “jenderal penjaga perbatasan”.
Mereka memegang kekuatan militer, sipil dan keuangan. Seiring berjalanya waktu,
kekuasaan penguasa masing-masing benteng ini makin meningkat. Setelah
pemberontakan An Lushnan berhasil dipadamkan, jumlah Fanzhen semakin bertambah dan para penguasa harus membeli loyalitas
mereka dengan harga mahal. Dengan semakin berkuasanya jiedushi, mereka untuk membuat suatu kekuasaan sendiri dan dapat
dikatakan jiedushi telah mendirikan
kerajaan sendiri. Konflik ini berlangsung hingga penghabisan dinasti Tang dan
benar-benar memperlemah kekuasaan persatuan negara.
4.
Bangkitnya kembali kekuasaan di tangan kaum keberi dan perselisihan
dalam istana
Bangkitnya kembali pengaruh kaum Keberi
sebenarnya berawal pada akhir pemerintahan kaisar Xuanzong, ketika salah
seorang dari mereka yang bernama Gao Lishi diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam politik. Pada saat kaisar Suzong mewarisi tahta, ia
memberikan jabatan penting sebagai penasihat pada seorang Keberi bernama Li
Fuguo, dan bahkan menjadikanya pemimpin pasukan pengawa kerajaan. Intrik dalam
istana yang terjadi antara masa pemerintahan kaisar Xianzong (762-779) dan
Xuanzong [II] (846-859) makin memperburuk keadaan. Pada saat itu pejabat istana
terpecah menjadi dua kubu, dan perselisihan dalam istana ini tentu saja makin
mempercepat kejatuhan Dinasti Tang.
5.
Pemberontakan Petani
Pada masa akhir Dinasti Tang, para penguasa
menjadi begitu serakah dan korupnya. Mereka merampas tanah secara semena-mena
dan tetap memungut pajak meskipun terjadi bencana alam. Ini semua mengakibatkan
penderitaan tak terkira bagi para petani dan mendorong mereka untuk memberontak
pada tahun 875. Pemimpin mereka bernama Wang Xianzhi dan Huang Zhao mulai
mengobarkan pemberontakan di Henan dan Shandong.
2.3.5
Akhir Dinasti Tang
Kaisar Xuangzong digantikan oleh Li Yu putra
ketiganya, yang naik tahta dengan gelar Suzong (756-762). Penguasa dinasti Tang
berikutnya merupakan putra tertua Suzong yang naik tahta dengan gelar Daizong
(762-779/ 780). Masa pemerintahan kedua penguasa ini didominasi oleh
pemberontakan An Lushan. Kerusakan yang ditimbulkan pemberontakan ini
sungguhlah besar sehingga populasi penduduk Dinasti Tang merosot dari 53 juta
jiwa (sensus tahun 754) menjadi hanya 17 juta jiwa (sensus tahun 764). Keadaan
ini makin diperparah dengan penyerbuan bangsa Tibet terhadap Changan pada tahun
763. Sebagi seorang pemimpin Daizong dianggap gagal mengendalikan keadaan,
sampai-sampai lepasnya enam propinsi di perbatasan.
Lhi Shi, putra tertua Daizong menggantikan
ayahnya sebagai kaisar dengan gelar Dezong (779/778-805). Ia merupakan seorang
penguasa cerdas berusia 40 tahun yang berusaha mengembsliksn otoritas kerajaan.
Tetapi uasaha ini digagalkan oleh pemberotakan para gubernur setempat antara
tahun 781 hingga 786 yang berusaha untuk mengokohkan pewarisan kekuasaan mereka
pada putra-putranya. Shunzong (805) alias Li Song, putra tertua dan pewaris
daizong menderita kelumpuhan akibat stroke dan mengundurkan diri setelah
setahun berkuasa. Meskipun hanya setahun berkuasa, Shunzong dengan berani
mendukung rencana reformasi yang diajukan Wang Shuwen, seorang pejabat jujur
dan setia, serta menitahkan agar kaum miskin dikecualikan dari pajak. Kaisar
dengan penuh keberanian menghukum para pejabat yang tidak jujur, dimana
gebrakan ini dikenal dengan sebutan Reformasi Yongzhen.
Putranya, Li Chun, menggantikanya naik tahta dengan
gelar Xianzong (805/806-820). Ia adalah penguasa reformis terakhir yang
dimiliki dinasti Tang. Ia pun memimpin sendiri pasukan melawan provinsi yang
memberontak antara tahun 814-819. Untuk
sementara waktu, ia dapat memulihkan otoritas pemerintahan pusat. Administrasi
kerajaan pun diperbaiki. Kaisar reformis ini belakangan mati dibunuh oleh dua
orang keberi yang takut kehilangan kekuasaanya. Pengantinya Muzong (820-824),
mati empat tahun kemudian karena kecelakaan saat bermain bola. Putranya,
Jingzong (824-826/827), adalah penguasa tak berguna yang memenuhi istana dengan
berbagai jimat. Nasibnya jga berakhir pada kaum keberi. Saudara tirinya
kemudian naik tahta dengan gelar Wenzong 9826/827-840). Ia sesungguhnya adalah
pelajar serta memiliki integritas sebagai penguasa memulihkan kebiasaan untuk
menghadiri pertemuan harian dengan para pejabatnya. Tetapi segalanya dalam
mengenyahkan kaum keberi menjadikanya berada di bawah kendali mereka hingga
akhir hayatnya. Setelah wafat Wenzong wafat ada umur 30 tahun, kaum keberi
mengangkat adiknya sebagai penguasa baru dengan gelar Wuzong (840-846).
Masa pemerintahanya ditandai dengan
penganiayaan terhadap Budhisme pada tahun 845. Ini dilakukan karena Wuzong
merasa bahwa meningkatnya pengaruh kaum biarawan menjadikan mereka seolah-olah
sebagai negara didalam negara. Dan penganiayaan tersebut berlanjut pada agama
yang lainya. Sebagai seorang penganut Daoisme, yang taat ia sangat tergila-gila
dengan obat hidup abadi yang justru mempengaruhi kesehatanya dan mengakibatkan
kematianya pada usia 33 tahun.
Karena putra wuzong masih terlalu muda untuk
memerintah, kaum keberi menempatkan Li Chen, putra ketigabelas Xianzong,
sebagai kaisar dengan gelar Xuanzong (II) (846-859). Ia mencabut kembali
larangan terhadap Buddhisme dan mengizinkan kembali pembangunan Vihara dalam
jumlah terbatas. Dengan orang berkepribadian aneh, ia sering menghina pejabat.
Meski demikian masa 13 tahun ia memerintah dapat dikatakan cukup makmur dengan
administrasi yang efisien dan baik. Xuanzong lalu memanfaatkan kematian pewaris
tahta Tibet untuk merebut kembali wilayah di bagian barat kerajaannya. Sama
seperti beberapa pendahulunya, Xuanzong juga tergila-gila dengan obat panjang
usia yang malah merenggut nyawanya.
Xuanzong mewariskan singgasana pada putranya,
Li Wen (gelar Yizong, 859-873). Ternyata, putranya ini merupakan penguasa kejam
yang tidak berpengalaman. Ia gemar mengangkat para pejabat penting sekehendak
hatinya. Selain itu kaisar yang satu ini terkenal akan pemborosanya.
Ketiga kaisar Tang terakhir hanyalah boneka
semata. Mereka dibawah kekuasaan Tian Lingzi, seorang Keberi yang berpengaruh pada
saat itu. Xizong (873-888), kaisar Tang berikutnya, naik tahta pada asaat
berusia 12 tahun. Ia begutu tergantung pada Tian, yang dianggap sebagai
ayahnya. Perseteruan dengan para kaum kasim dengan para pejabat melumpuhkan
administrasi pemerintahan negara. Otoritas dan persatuan kerajaan makin
terganggu dengan meningkatnya kekuasaan para Jiedushi. Pajak yang seharusnya rendah karena keadaan yang sengsara
tetapi masih saja tinggi, petani semakin menderita dan timbul bencana
kelaparan. Inilah yang mendorong timbulnya pemberontakan petani dengan pimpinan
Huang Zhao. Pada 879 para pemberontak berhasil memasuki Guangzhou dan membunuh
120 ribu dari 200 ribu orang asing dari Asia Tenggara, india, persia, dan arab
yang tinggal di sana. Pada 880 kaum pemberontak berhasil mencapai Changan dan
membantai penduduk, sehingga kaisar harus terpaksa melarikan diri ke Shicuan.
Dua kali kaisar ke Changan yang tinggal puing-puing belaka dan lagi-lagi harus
terusir dari sana.
Pada masa kacau itu, bintang keberuntungan
seseorang bernama ZhuQuanzhong (852-912) makin bersinar. Dahulunya ia adalah
seorang pengikut Huang Zhao. Ia merupakan seorang oportunis sejati yang pandai
membaca situasi. Saat Huang Zhao mengalami kekalahan, justru berbalik mendukung
Dinasti Tang. Sebagai penghargaan atas kesediaanya membantu Dinasti Tang,
kaisar Xizong menganugerahinya gelar Quanzhong (Kesetiaan Mutlak), serta
memerintahkan untuk meredam pemberontakan.
Pada saat yang bersamaan, terjadi kerusuhan
yang ditimbulkan kaum Keberi, di mana mereka menurunkan Kaisar Zhaozong
(888-904), pengganti Xizong, dari singgasananya. Zhu Wen memanfaatkan momen
kekacauan di istanan ini dan bekerja sama dengan Perdana Menteri Cui Yin untuk
mengenyahkan kaum keberi. Beberapa dari mereka berhasil melarikan diri dan
berhasil menculik Zhaozong serta membawanya ke fengxiang (Shaanxi). Kaum keberi
yang melarikan diri meminta bantuan kepada Li Maozhen. Untuk menindas
pembangkangan ini Zhu Wen memimpin pasukanya untuk mengepung Fengxian. Pada
903, karena kekurangan makanan akibat pengepungan, Li terpaksa membantai kaum
keberi yang tersisa dan memaksa kaisar pindah ke Luoyang dan bahkan belakangan
ia membunuh kaisar dan mengangkat pangeran kesem,bilan sebagai penguasa boneka
baru dengan gelar Aidi (904-907). Kaisar baru ini digulingkan tiga tahun
kemudian dan Zhu Wen memproklamasikan dirinya sebagai kaisar. Dinasti Tang
berakhir sudah riwayatnya dan Liang yang oleh para ahli sejarah disebut Liang
Akhir. Sebagai dinasti baru tampil ke atas panggung sejarah China.
Selama periode berikutnya, Chinan kembali
mengalami perpecahan dan kekacauan. Lima dinasti secara berturut-turut berkuasa
di Utara (Liang Akhir, Tang Akhir, Jin Akhir, Han Aakhir, dan Zhou Akhir),
sementara itu diselatan terdapat sepuluh kerajaan. Oleh karenanya periode ini
dinamakan Wudai Shiguo (Zaman lima
Dinasti dan Sepuluh Kerajaan).
2.3.6 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Semasa Dinasti
Tang
Ilmuan terkenal pada masa Xuangzong adalah
Yixing (683-727), yang sekaligus merupakan seorang biarawan Buddhis. Ia adalah
orang pertama yang menghitung panjangnya garis bujur bumi dan penemu sebuah
alat khusus yang digunakan untuk mengukur panjang lingkaran garis bujur bumi
tersebut. Apa yang dilakukan Yixing ini adalah usaha pengukuran garis bujur
yang pertama di dunia. Yixing juga merupakan penerjemah kitab suci Buddhis
berbahasa sansekerta ke dalam bahasa mandarin (Sutra Mahavairocona) sehingga
memperkaya khasanah kesusastraan China. Penemuan penting lainya dalam bidang
cetak, yang terbukti dengan dijumpainya buku cetak tertua berupa naskah suci
Buddhis berjudul Sutra Intan di
Duanhuang pada 1907 oleh Sir Aurel Strein. Buku ini berupa gulungan 17,5 kaki
dan berangka 868.
Prestasi besar dinasti Tang lainya adalah
pembuatan patung lembu yang terbuat dari besi tuang , dimana empat bauh patung
semacam itu ditemukan kembali pada tahun 1989. Hasil karya tersebut menunjukkan
betapa manjunya China di dalam seni pengolahan dan pengecoran logam. Sehubungan
dengan ilmu bangunan, Dinasti Tang merupakan pelopor pembangunan jembatan busur
yang terbentuk dari segmen sebuah lingkaran. Insinyur China merupakan yang pertama
kali menemukan tidaklah harus terbentuk dari setengah lingkaran penuh, melainkan
dapat pula dibentuk dari segmen lingkaran. Perancangnya adalah insinyur Li Qun.
2.3.7
Perkembangan
Ilmu Pengobatan Semasa Dinasti Tang
Ilmu
pengobatan berkembang pesat semasa pemerintahan Dinasti Tang. Pada masa wal
pemerintahan kaisar Taizong, Negara membuka sekolah ketabipan yang mengajarakan
berbagai spesifikasi di bidang kesehatan. Selanjutnya pada masa pemerinyahan
Kaisar Gaozong, pemerintah Dinasti Tang menerbitkan buku kumpulan bahan
obat-obatan, dimana karya semacam itu baru muncul di Eropa 800 tahun kemudian.
Tokoh ilmu pengobatan terkemuka yang berasal pada zaman ini ialah Sun Simiao.
Sun meneliti praktik pengobatan rahasia dan juga dari negeri asing. Semua itu
dikumpulkan dan diterbitkan dalam dua jilid buku yaitu Qianjin Fang (Sepuluh
Ribu Resep Keemasan) dan Qianjin YIfang (Sepuluh Ribu Pelengkap Resep
Keemasan).
Tokoh-tokoh
ilmu pengoabatan lainnya pada masa itu ialah Chao Yuanfang (550-630), Jian Zhen
(683-763), dan Wang Tao (sekitar 702-772). Karya Chao Yunfang ialah Zhubing
Yuanhou Zonglun (karya umum etoilogi mengenai gejala-gejala penyakit). Jian
Zhen ialah seorng biarawan Buddhis yang diundang ke Jepang dan menyebarkan ilmu pengobatan
tradisional di Cina. Ia dikenal dengan seorang yang murah hati serja pekerja
keras. Karya Wong Tao berjudul Waitei Miyao (rahasia ilmu pengobatan seorang
pejabat) membahas masalah-masalah kesehatan dalam 1000 kategori serta 6000
resep obat.
2.3.8
Perkembangan
Seni Semasa Dinasti Tang
Zaman
ini disebut juga dengan masa kejayaan puisi China. Tema dan gayannya begitu
luas sehingga bisa dikatakan bahwa seni puisi semas Dinasti Tang melebini para
pendahulunya.kumpulan lengkap puisi Dinasti Tang diterbitkan pada masa Dinasti
Qing (1644-1911/1912) dan berisikan lebih dari 50.000 puisi yang berasal dari
sekita 2000 penyair terkenal yang hidup pada zaman ini ialah Li Bai, Du Fu dan
Bai Juyi.
2.3.9
Perkembangan
Ekonomi dan Kemasyarakatan Semasa Dianati Tang
Pemerintah
Dinasti Tang memperpanjang terusan yang telah bangun oleh para penguasa Dinasti
Sui guna memperlancar transporti gandum dari daerah aliran Sungai Yangzi yang
subur ke utara.
Tiap
petani memperoleh jatah tanah dari negara, tetapi harus membayar tiga macam
pajak berupa gandum(zu), tekstil, atau barang lainnya (diao) dan tenaga dalam
wujud kerja wajib bagi Negara atau berdinas militer (yong). Sistem pembagian
tanah secara merata ini di maksudkan untuk menjamin pemasukan yang pasti bagi
Negara dengan mengurangi kepemilikan tanah oleh para tuan tanah. Inilah
sebabnya mengapa sistem perpajakan disebut zuyongdino. Untuk merealisasikan
system ini, diperlukan pendataan jumlah rumah tangga yang akurat (huji) melalui
sensus penduduk. Di antara para pemilik tanah yang luas tersebut, terdapat pula
banyak biara Buddis, di mana ini merupakan penyebab mengapa kerajaan melakukan
penganiayaan terhadap Buddhisme pada tahun 845.
Perdagangan
internasional telah berlangsung antara China dengan India, Asia Tenggara,
Korea, Jepang, dan lain sebagainya. Bahkan barang-barang China dapat dijumpai
hingga Timur Tengah, yang dibawa oleh para pedagang Arab dan India menyeberangi
Samura Hindia. Selama beberapa decade, populasi penduduk di China Utara menjadi
stabil kembali. Kaisar Tang Taizong banyak memberikan sumbangsih bagi kemajuan
ekonomi Dinasti Tang dan begitu pula halnya dengan Ratu Wu Zetian, dimana ia
memberikan penghargaan bagi mereka yang
dapat meningkatkan hasil panennya. Selain itu, ia membangun pula
saluran-saluran irigasi baru. Meskipun demikian, industri-industri milik swasta
berkembang pesat, terutama di selatan China. Industri-industri ini baik
yang berada dibawah pengawasan atau
dimiliki Negara serta pribadi kebanyakan terletak di kota-kota besar.
Di
China Utara, jalan darat menjadi jalur lalu lintas utama, sedangkan di selatan
jalan air merupakan jalur pengangkutan seperti terusan yang dibangun semasa
Dinasti Sui, Terusan Bianzu, Shanyang Yongji, Danba, dan Baoxie. Pemerintah
juga melakukan penyerangan satuan berat dan panjang serta memperkenalkan mata
uang yang berlaku secara normal. Mata uang logam pertama Dinasti Tang disebut kaiyuantongbao dan qianfengyuanbao. Meskipun mata uang ini telah diberlakukan secara
luas di sentero negeri, tetapi sutra masih berlaku sebagai alat tukar.
Secara
umum, ujian Negara itu dibagi menjadi dua bagian, yakni changju dan zhiju.
Changju terdiri dari berbagai subjek, tetapi yang terpenting diantaranya adalah
kajian kitab-kitab klasik Konfusianisme (minjing)
dan sastra (jinshi). Kitab hokum
Dinasti Tang disusun pada tahun 624 dengan berdasarkan atas undang-undang yang
berlaku pada zaman dinasti-dinasti
sebelumnya.
2.3.10
Perkembangan Bidang Keagamaan dan Filsafat Semasa Dinasti Tang
1. Buddisme
a. Kondisi umum
Berbeda
dengan Daoisme yang berkembang di kalangan istana, secara umum Buddisme lebih
berkembang dikalangan rakyat. Buddisme semasa dinasti Tang boleh dikatakan
memiliki kemajuan yang sifnifikan, bahkan saat itu china telah menjadi pusat
pengajaran Buddisme. Para biarawan Buddis dari berbagai negeri di Asia
berdatangan ke China untuk mempelajari Ajaran Buddha.
b. Aliran-Aliran
Buddisme yang Timbul dan Berkembang
Buddisme
semasa Dinasti Tang menjadi semakin bernuansa Tionghoa. Beberapa aliran baru
yang lahir dan berkembang pada masa ini adalah Aliran Vinaya (Luzong), Kosa,
Yogachara (Faxiang), Tantra (Mizong), dan Dhyana (Chan). Aliran vinaya
didirikan oleh seorang biarawan bernama Daoxuan (596-667) yang menitik beratkan
alirannya pada sebuah kitab Buddhis berjudul Vinaya (aturan moralitas0dalam
Empat BAagian. Aliran Kosa disebut juga Aliran Realistik. Kitab utamanya adalah
Abhidharmakosa karya Vasubandhu yang diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa
oleh Paramarrtha pada tahun 563-567 dan sekali lagi oleh Xuanzang pada tahun
651-654. Isi kitab itu mencakup berbagai macam hal seperti ontology, psikologi,
kosmologi Buddhis, dan juga etika.
Buddisme
Tantrayana (Mizong) dibawa dari India ke China oleh Subhakarisimha, Vajrabodhi,
dan Amonghavajra semasa Dinasti Tang. Subhakarisimha berasal dari India Tengah
dan kemasyhurannya telah tersebar hingga Daratan China. Vajrabohi tiba di
Kraton pada tahun 720 setelah mendengar bahwa Buddhisme berkembang pesat di
China. Di Changan, ia berdiam di Vihara Zien, tempat ia memberikan banyak
upacara inisiasi Tantra. Sebagaimana halnya Amoghavajra, ia juga melakukan
banyak keajaiban di China, seperti meramalkan turunnya hujan pada matahari ia
membubuhkan titik pada mata lukisan suciwan Buddhis yang sedang dikerjakannya,
atau menghidupkan kembali putrid kaisar yang telah terbaring koma selama
sepuluh hari.
Guru
berikutnya, Amoghavajra atau Bukong, dating ke China saat usia masih sangat
muda. Di bawah bimbingan Vajrabodhi, ia mempelajari berbagai aspek ajaran
Tantra. Setelah kematian gurunya, Amoghavajra mengadakan perjalanan ke India
dan Srilanka, dimana ia banyak menerima penghormatan dari para raja dan
penguasa setempat. Cikal bakal Aliran (Chan) adalah saat Bodhidharma (Damo)
tiba di China semasa Dinasti Utara-Selatan. Menurut kitab Catatan Riwayat
Pewarisan Pelita yang ditulis oleh Dayuan pada tahun1004, Bodhidharma pertama
kali berjumpa dengan Kaisar Liang Wudi. Huineng inilah yang sebenarnya
memopulerkan Aliran Chan. Ia adalah penduduk asli Xinzhou di China Selatan yang
hidup dari menjual kayu bakar. Suatu kali, ia mendengar seseorang sedang
membaca salah satu naskah suci Buddhis yang berjudul Sutra Intan .
c. Penindasan terhadap
Buddhisme
Ketegangan
antara Buddhisme dengan Daoisme dan Konfusianisme di satu pihak masih sering
terjadi semasa Dinasti Tang. Sebelumnya sikap anti Buddhis itu hanya di tujukan
dalam bentuk tulisan semata seperti oleh Han Yu, seorang sarjana Konfusianis,
yang menyatakan pada tahun 819 bahwa Buddhisme merupakan agama asing dan tidak
sesuai bagi bangsa Tionghoa. Tetapi, penindasan besar-besaran yang di dukung
oleh Negara baru pada tahun 845, semasa pemerintah Kaisar Wuzong. Sesungguhnya,
alasan utama penindasan ini lebih terletak pada masalah ekonomi.
Catatan
pertama berdirinya Dinasti Tang sendiri tidak banyak melaporkan mengenai
penghambatan ini, dan informasi berharga mengenai hal ini justru diperoleh dari
catatan harian seorang biksu Jepang bernama Enhin yang kebetulan saat itu
sedang mengunjungi China. Ia mencatat bahwa ketidak-sukaan kaisar merayakan
ulang tahunnya. Kaum Daois yang dipimpin oleh Zhao Guizhen, Deng Yuanchao, dan
Liu Xuanjing mulai menghasut kaisar agar makin memperkeras penghambatan itu.
Penghambatan
ini ternyata tidak berlangsung lama, karena Wuzong meninggal pada tahun
berikutnya (846). Kesehatannya terganggu karena meminum ramuan yang katanya
obat hidup abadi hasil racikan para pendeta Daois. Kaisar Xuanzong [II] yang
menggantikan Wuzong lalu mencabut larangan terhadap Buddisme dan menghukum mati
Zhao Liechen, Liu Xuanjing, beserta sebelas orang lainnya karena telah menghasut kaisar sebelumnya dalam melakukan
penghambatan terhadap Buddhisme. Kaisar menyatakan bahwa meskipun Buddhisme
adalah agama asing, tetapi ia tidak merusak sendi-sendi budaya Tionghoa, dan
selain itu bangsa Tionghoa telah mempraktikkannya sejak lama, sehingga tidak
perlu dihancurkan.
2. Daoisme
a. Kondisi umum
Zaman
Dinasti Tang adalah masa kejayaan Daoisme. Seluruh kaisar Dinasti Tang, dengan
Wu Zetian sebagai pengecualian, adalah penganut Daoismeyang taat (meskipun
mereka juga menghargai Buddhisme) kejayaan Doaisme semasa Dinasti Tang didukung
oleh dua factor:
·
Karena nama keluarga kaisar kebetulan
sama dengan Laozi, sang pendiri Daoisme.
·
Karena Daoisme menjajikan pil panjang
umur atau hidup abadi pada para kaisar, padahal obalt yang diramu para pendeta
Daoisme itu justru membahayakan kesehatan kaisar sendiri, karena mengandung
berbagai substansi beracun.
b. Berkembangnya Daoisme
Alkimia (Aliran Taijing)
Alikimia
merupakan nenek moyang ilmu kimia, dan telah diterapkan pada sebagian besar
belahan dunia ini jauh sebelum ilmu kimia yaitu berdasarkan pada metode ilmiah
berkembang. Aliran Daoisme menitik meratkan pada alkimia ini juga disebut
sebagai Daoisme. Cikal bakal aliran ini adalah Wei Boyang yang hidup pada masa
Dinasti Han Timur. Legenda mengisahkan bahwa ia bereksperimen menciptakan pil
hidup abadi. Ketika yakin telah berhasil, ia memberikan pil tersebut pada
anjingnya. Anjing tersebut terjatuh dan seolah olah telah mati.
Pada
masa akhir Dinasti Tang, orang mulai bertanya-tanya apakah pembuatan pil hidup
abadi merupakan hal yang masuk akal. Pertanyaan ini mendorong perenungan dan
pendefinisian ulang terhadap makna keabadian. Definisi lainnya adalah umur
panjang dan kesehatan yang baik. Pandangan-pandangan baru tersebut menyebabkan
para penganut Aliran Taijing berpaling pada yoga dan meditasi.
3. Islam
Agama
Islam dibawa oleh para pedagang Arab yang berkunjung ke China semasa Dinasti
Tang. Mereka diizinkan untuk membangun masjid di China dan salah satu tertua
adalah Masjid Huaisheng di Provinsi Guangzhou. Kaisar Dinasti Tang sendiri
tampaknya memiliki pengetahuan mengenai nabi-nabi Islam dan Kristen,
sebagaimana yang dituntutkan sekembalinya ke Irak. Ketika 713 utusan khalifah
tiba di istana Dinasti Tang, kaisar memperlihatkan sikap toleransinya dengan
memperbolehkan mereka untuk tidak melakukan tradisi penyembahan terhadap
manusia.
4. Nestorianisme
Nestorianisme
adalah salah satu bentuk kekristenan yang di perkenalkan ke China semasa
Dinasti Tang, atau tepatnya pada tahun 635. Saat itu, misi keagamaan yang
dipimpinj oleh Aluoben tiba di Changen dengan membawa kitab-kitab suci
Nestorian. Kedatangan mereka adalah dengan mengikuti para pedagang Persia.
Semenjak awal, di Dinasti Tang sebenarnya telah ada kegiatan misi Nestorian
ini, di mana mereka membahas agamanya secara aktif di daerah Barat serta
provinsi Gansu sekarang Aluoben diterima oleh kaisar, yang mengizinkannya untuk
mengajarkan agamanya di Changan.
5. Manikheanisme
Manikeanisme
didirikan oleh Mani dari Persia, yang dihukum maka pada tahun 274 oleh penguasa
negerinya. Agama ini banyak mengandung Kristen dan Zoroastrianisme. Setelah
kematian pendirinya, agama menyebar kea rah barat dan timur, hingga sejauh
Prancis dan China. Penindasan terhadap semua agama asing yang terjadi pada
tahun 845 dibawah pemerintahan Kaisar Wuzong, ikut menyebabkan kepunahan agama
ini.
2.3.11 Penjelajahan dan Hubungan
Luar Negara Tang
1.
Perjalanan Xuanzang
Xuanzang
terlahir dengan nama asli Chen Yi Luoyang Henan pada tahun 602. Keluarganya
merupakan kaum terpelajar. Pada tahun 622, ia ditahbiskan secara penuh sebagai
biarawan dan mulai mempelajari berbagai bahasa asing, termasuk Sansekerta.
Ketertarikan mulai timbul terhadap aliran Buddhisme Yogachara sehingga
membangkitkan keinginannya untuk mengumpulkan naskah-naskah Buddhis dari Negara
asalnya, India. Xuanzang terpaksa membujuk para penjaga Gerbang Yumen agar
diizinkan pergi meninggalkan China. Perjalanan diam-diam yang diawali pada
tahun 629 ini dilakukan melalui Liangzhou di Provinsi Qinghai, Gurun, Hami, dan
Pegunungan Tianshan, sebelum akhirnya tiba di Turfan pada tahun 630.
Perjalanan
dilanjutkan melalui berbagai negeri di Asia Tengah. Setelah melalui celah
Khyber, tibalah Xuanzang di India. Di Negara tempat lahirnya Buddhisme itu.
Xuanzang melakukan perziarahan ketempat-tempat suci Buddhis, seperti
Kapilavastu, Sravasti, Kusinara,Bodhgaya, dan lain sebagainya.
Kaisar
rupanya telah melupakan pelanggaran yang dilakukannya dan dengan antusias
menanyai Xuanzang mengenai pengalamannya selama menempuh perjalanan panjang
itu.
Catatan
sejarah mengatakan bahwa Xuangzang telah membawa 657 kitab dari India yang
dimuat dalam 520 kotak.xuanzang kemudian menerjemahkan 73 kitab diantaranya.
Karya-karya terpenting Xuanzangadalah sebuah catatan catatan perjalanan yang
berjudul Datang Xiyuji (Catatan Mengenai
DaerahBarat) serta risalah keagamaan berjudul Chengweishilun. Catatan perjalanan itu benar-benar merupakan
informasi sejarah berharga bagi arkeolog dan ahli sejarah zaman sekarang untuk
menentukan lokasi kerajaan-kerajaan kuno di Asia Tengah. Sebagai tambahan
Xuanzang ini mengilhami seeorang pujangga Dinasti Ming bernama Wu Chengen untuk
menulis sebuah novel mengenainya.
2.
Perjalanan
Yijing
Berbeda
dengan Xuanzang yang mengambil jalan darat menuju ke India, Yijing menempuhnya
melalui laut. Yijing mengawali perjalanannya di Kanton dengan menumpang sebuah
kapal Persia pada tahun 671. Ia tiba di Tamralipti pada tahun 673. Setelah
berziarah ke tempat-tempat suci Buddhis, ia berdian di Nalada selama 10 tahun
guna mempelajari kitab-kitab suci Buddhis. Setelah memperoleh system yang
dibutuhkannya, Yijing kembali ke Sriwijaya dan melanjutkan kerjaannya yang
belum selesai tersebut hingga tahun 695. Selama hidupnya, Yijing telah
menerjemahkan 56 kitab dalan 230 gulung (quan), yang (vinaya) aliran Mulasarvatisvada.
3.
Hubungan
Persahabatan dengan Negeri Asing
Dinasti
Tang merupakan zaman keemasan hubungan internasional dengan negeri-negeri
asing. Kemajuan budaya mereka menarik perhatian negeri-negiri lain di Asia,
Eropa, dan bahkan sejauh Afrika. Masing-masing negeri kemudian mengirimkan
utusan dan pedagang mereka demi menjalin hubungan dengan Dinasti Tang, yang
menjadi perdangangan dan budaya. Dinasti Tang, yang menjalin hubungan dagang
dengan lebih dari 70 negara yang ada pada masa itu. Guna meningkatkan kemajuan
oerdagangan internasional ini, pemerintah member keistimewaan pajak terhadap
orang asing, yang diizinkan untuk menetap di China dan menikah dengan penduduk
setempat. Banyak Negara asing yang mulai menyebut bangsa Tionghoa sebagai
“orang Tang”82 suatu sebutan yang masih bertahan hingga hari ini.
China
juga menjalin hubungan dengan kekaisaran Bizantium yang dalam bahasa Tionghoa
disebut Fulin. Pada taun 643 dan719, mereka mengirimkan utusanya ke China.
Catatan sejarah menyatakan bahwa utusan yang datang pada taun 643 itu dikirim
oleh Raja Fulin yang bernama Poduilo. Ada yang berpendapat bahwa istilah
Tionghoa tersebut merupakan trasliterasi dari kata patriarch atau gelar pemimpin Gereja Bizantium, sehingga misi itu
sesungguhnya bersifat keagamaan. Namun para pencatat sejarah China dengan jelas
menyatakan bahwa Poduoli adalah nama seorang raja. Dari kalangan bangsa
Tionghoa sendiri, ada beberapa orang yang telah mengunjungi kekaisaran
Bisantium.
4.
Hubungan
dengan Suku-Suku Barbar di Perbatasan China.
Dinasti
Tang mengembangkan politik perdamaian dengan banga dan negeri-negeri kecil
tetangganya. Seperti misalnya Tubo (Tiber) Tujue (Turki Timur), dan Huihe.
Bangsa Tibet mendiami Qinghai serta dataran tinggi Tibet. Semenjak zaman
Dinasti Han, mereka telah memiliki hubungan dengan China. Pada abad ke 7,
seseorang penguasa yg kuat bernama Songtsan Gambo mempersatukan suku-suku Tibet
dan menjadi pemimpin tertinggi mereka. Pada saat itu, Dinasti Tang juga sedang
mencapai kejayaannya, dan Kaisar Taizong melihat bahwa mengadakan aliansi
dengan Negara tetangga yang kuat itu secara politik sangat menguntungkan.
Berikutnya
pada abad ke-8, putrid Kaisar Zhongzong yang bernama Chidaizhudan, sehingga
dikatakan bahwa Tibet dan Tang telah menjadi satu keluarga. Tujue adalah nama
bangsa pengembara yang hidup dipegunungan Altai. Mereka membentuk seuatu
kerajaan pada pertengahan abad ke-6 dan berniat untuk memperluas wilayahnya.
Bangsa
Huihe adalah nenek moyang bangsa Uigur, yang secara bertahap menjadi makin kuat
semenjak pemerintahan Dinasti Sui. Semasa Dinasti Tang, mereka berhasil
mengalahkan bangsa Tujue, dan pada pertengahan abad ke-8, Gulipeiluo, salah
seorang kepala suku, menaklukkan seluruh Huihe dan membentuk kerajaan yang
kuat. Tujuh tahun kemudian atau tepatnya pada tahun…… Silla menaklukkan kembali
seluruh Semenanjung Korea. Setelah menyatukan seluruh Korea, Silla tetap
membina hubungan baik dengan China dan banyak warganya yang dikirimkan untuk
menuntut ilmu disana. Hubungan China dengan Jepang telah berlangsung semenjak
awal Dinasti Han dan Masih berlanjut hingga zaman Dinasti Sui dan Tang.
5.
Hubungan
dengan Kepulauan Nusantara
Berita sejarah
China yang berasal dari zaman Dinasti Sui menyatakan bahwa pada tahun 528 dan
535 datang utusan yang berasal dari sebuah negeri bernama Duoluomo. Letak
negeri ini di sebelah selatan China. Urusan dari negeri ini datang kembali
semasa pemerintahan Dinasti Tang, atau tepatnya pada tahun 666 dan 669. Berdasarkan catatan geografis
yang diberitakan oleh berita sejarah itu, dapat disimpulkan bahwa Duoluomo ini
adalah nama sebuah negei yang terletak di Jawa bagian Barat.
Catatan sejarah
lainnya dari Dinasti Tang, menyebutkan adanya sebuah negeri bernama Heling atau
disebut juga Jawa yang terletak di Laut Selatan, sebelah timur Sumatera dan
Sebelah barat Bali. Oleh para sarjana, nama Heling ini diasosiasikan dengan
Kalinga yang diperkirakan terletak di Jawa Tengah Utara. Ternyata tidak hanya
negeri-negeri di pulau Jawa saja yang menjalin hubungan dengan Dinasti Tang,
kerajaan-kerajaan di Sumatera ternyata juga telah menjalin hubungan diplomatic
dengan China. [2]
2.4
Alasan Masa Kerajaan Sui dan Tang disebut sebagai Zaman Emas dalam Sejarah China
Sesuai
dengan uraian yang telah disebutkan, bahawa Kerajaan Sui dan Tang merupakan
kerajaan yang membawa China yang membawa pada suatu posisi yang dapat dikatakan
sangat baik. Karena pada sebelumnya, setelah pemerintahan dinasti Han, China
mengalami zaman kegelapan. Dapat dikatakan demikian karena dalam daratan China
terpecah dalam beberapa negara, yaitu tiga negara dan selanjutnya semakin
terpecah lagi dengan otoritas-otoritas daerah bermunculan dan keadaan
pemerintahan China semakin terpecah lagi.
Lalu
setelah masuk pada dinasti Sui, China berangsur menjadi bersatu meski pada
awalnya masih ada pemerintahan lain di selatan. Namun hal tersebut bukanlah
suatu permasalahan yang besar, dengan sedikit strategi hal tersebut cepat dapat
diselesaikan dan China pun telah menjadi satu dan memiliki satu pemerintahan
pusat. Dan hal itu terlanjutkan sampai Dinasti Tang meskipun sudah banyak
dinamika yang dilalui.
Alasan
mengapa pada dinasti Sui dan Tang merupakan masa keemasan dalam sejarah china,
dari uraian diatas dapat disimpulakan karena:
·
Pada zaman ini China bersatu dalam satu
pemerintahan pusat;
·
Pada zaman ini terdapat berbagai hasil
penemuan-penemuan yang menggemparkan dan sebelumnya belum pernah ditemukan,
dari hasil tersebut memberikan dampak yang besar bagi kelangsungan hidup
masayarakat pada masa itu bahkan sampai sekarang;
·
Pada zaman ini berkembang ilmu
pengetahuan, pandangan hidup/ agama, filsafat dan beberapa aspek penunjang
kehidupan masyarakat pada kerajaan tersebut;
·
Dan masih banyak kelebihan yang lain.
Dari
uraian tersebut sudah tergamabarkan betapa China mencapai keemasanya pada masa
itu, apabila masih dalam jangka abad-abad awal yang didaerah lain belum tentu
sudah mengalami kemajuan yang luar biasa seperti di China.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Monarki
merupakan sejenis pemerintahan yang dipimpin oleh seorang penguasa
monarki. Monarki atau sistem
pemerintahan kerajaan adalah sistem tertua di dunia. Pada awal kurun ke-19,
terdapat lebih 900 tahta
kerajaan di dunia, tetapi menurun menjadi 240 dalam abad ke-20. Sedangkan pada
dekade kedelapan abad ke-20, hanya 40 takhta saja yang masih ada. Dari jumlah
tersebut, hanya empat negara mempunyai penguasa monarki
yang mutlak dan selebihnya terbatas kepada sistem konstitusi.
Dinasti Sui (581 - 618) adalah sebuah
dinasti yang menjadi peletak dasar bagi kejayaan Dinasti
Tang sesudahnya. Dinasti ini mempersatukan Cina yang terpecah
belah pada Zaman Enam Belas Negara sebelumnya. Terusan
besar dibangun pada masa dinasti ini. Dinasti ini cukup pendek karena hanya 2
kaisar yang benar-benar memerintah. Kaisar-kaisar berikutnya hanyalah kaisar
boneka yang dipasang oleh para jenderal dan penguasa militer sebelum akhirnya mereka
sendiri mendirikan dinastinya sendiri. Li
Yuan, sepupu Yang Guang, kaisar dinasti Sui yang kedua,
merebut kekuasaan dan mendirikan dinasti Tang.
Dinasti Tang (618 - 907) adalah satu dari
tiga dinasti yang paling berpengaruh di Tiongkok
sepanjang sejarahnya. Dinasti Tang menggantikan Dinasti Sui
yang berumur pendek, didirikan oleh keluarga Li. Li
Yuan mendirikan dinasti ini pada tahun 618 dan menetapkan Chang'an
sebagai ibukota dinasti ini. Di tengah masa kejayaan dinasti ini, ada masa 15
tahun di mana Kaisar Wu Zetian memaklumatkan Dinasti Zhou kedua.
Kaisar Wu Zetian merupakan kaisar wanita satu-satunya di dalam sejarah
kekaisaran Cina.
Sesuai
dengan uraian yang telah disebutkan, bahawa Kerajaan Sui dan Tang merupakan
kerajaan yang membawa China yang membawa pada suatu posisi yang dapat dikatakan
sangat baik. Karena pada sebelumnya, setelah pemerintahan dinasti Han, China
mengalami zaman kegelapan. Dapat dikatakan demikian karena dalam daratan China
terpecah dalam beberapa negara, yaitu tiga negara dan selanjutnya semakin
terpecah lagi dengan otoritas-otoritas daerah bermunculan dan keadaan
pemerintahan China semakin terpecah lagi.
Lalu
setelah masuk pada dinasti Sui, China berangsur menjadi bersatu meski pada awalnya
masih ada pemerintahan lain di selatan. Namun hal tersebut bukanlah suatu
permasalahan yang besar, dengan sedikit strategi hal tersebut cepat dapat
diselesaikan dan China pun telah menjadi satu dan memiliki satu pemerintahan
pusat. Dan hal itu terlanjutkan sampai Dinasti Tang meskipun sudah banyak
dinamika yang dilalui.
3.2 Saran
Suatu pencapaian yang telah diusahakan dan
diupayakan sehingga mendapatkan hal yang maksimal, hendaknya untuk selalu
diupayakan juga kelestarianya. Memang sesuatu yang indah selalu gemerlap dengan
berbagai daya tariknya, tetapi hal demikian jangan menjadi sesuatu yang
membutakan arah pikiran seorang pemimpin atau yang dipimpin, supaya
meminimalisir suatu keadaan yang saling menikam dan merusak demi subjektifitas
pribadi atau golongan. Dan demikian akan terwujud suatu ketetapan kejayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Taniputera,
Ivan. 2009. History Of China.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
http://id.wikipedia.org/wiki/Monarki .[06
Oktober 2014].
http://id.wikipedia.org/wiki/DinastiSui. [06
Oktober 2014].
http://id.wikipedia.org/wiki/DinastiTang. [06
Oktober 2014].
0 komentar:
Posting Komentar