BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat
sejarah spekulatif merupakansuatu perenungan filsafati, mengenai tabiat atau
sifat-sifat progres sejarah.[1]
Dalam hal ini pembahasan filsafat sejarah lebih terpusat terhadap filsafat
sejarah spekulatif dari era modern yaitu pada pandanfan Pitirim A Sorokin.
Pitirim
Sorokin adalah sarjana Rusia yang mengungsi ke Amerika Serikat sejak Revolusi
Komunis (1917). Ia adalah seorang ahli sosiologi yang terkenal dengan benerapa
karyanya.
Dalam
pembahasanya, pandangan gerak sejarah Pitirim A Sorokin begitu berbeda dengan
karya-karya para ahli sebnelumnya. Ia menetang beberpa teori besar dari para
ahli besar pula, sorokin lebih menghargai suatu proses sejarah daripada suatu
hasil akhir dari perjalanan sejarah itu sendiri.
Oleh
karena itu perlu adanya suatu kajian mendalam akan pandangan gerak sejarah dari
Sorokin yang mengungkapkan sesuatu yang berbeda dalam hal ini. Sehingga dapat
terpahamkan lebih jauh akan pandangan dari Pitirim A Sorokin.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada makalah ini adalah
1) Apa
yang dimaksud dengan Pandangan dan Pemikiran Filsafat Sejarah Spekulatif?
2) Siapakah
Pitirim A. Sorokin itu?
3) Bagaimanakah
pandangan dan pemikiran filsafat sejarah menurut Pitirim A. Sorokin?
4) Bagaimana
hasil akhir mengenai gerak sejarah dalam pandangan Pitirim A Sorokin?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah
1) Mengetahui
dan memahami apa yang dimaksud dengan pandangan pemikiran filsafat sejarah
Spekulatif;
2) Mengetahui
dan memahami mengenai tokoh Pitirim A Sorokin;
3) Mengetahui
dan memahami pandangan dan pemikiran filsafat sejarah oleh Pitirim A Sorokin;
4) Mengetahui
dan memahami hasil akhir dari pandangan gerak sejarah oleh Pitirim A Sorokin.
Manfaat
dari pembuatan makalah ini adalah
1) Dapat
mengetahui dan memahami lebih jauh akan pengertian pandangan pemikiran filsafat
sejarah spekulatif;
2) Dapat
mengetahui lebih jauh akan siapa tokoh yang bernama Pitirim A Soirokin;
3) Dapat
mengetahui lebih jauh akan pandangan dan pemikiran yang dikemukakan oleh
Pitirim A Sorokin;
4) Dapat
mengetahui lebih jauh akan hasil akhir dari pemikiran Pitirim A Sorokin dalam
pandanganya mengenai gerak sejarah.
BAB 2.
PEMBAHASAN
2.1 Pandangan dan Pemikiran
Filsafat Sejarah Spekulatif
Filsafat
sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan filsafati, mengenai tabiat atau
sifat-sifat proses sejarah, biasanya, ada tiga macam pertanyaan yang perlu
dijawab:
1) Irama
atau pola macam apa dapat kita amati dalam proses sejarah?
2) Mana
motor yang menggerakkan proses sejarah?
3) Apa
sasaran terakhir yang dituju oleh proses sejarah?
Demikian,
misalnya, dalam filsafat sejarah spekulatif ala marx dibedakan menjadi tiga
tahap, yakni tahap primitif, tahap antik, tahap abad pertengahan dari dunia
borjuis-kapitalis. Dapat saja terjadi, bahwa dalam salah satu filsafat sejarah
spekulatif tertentu salah satu permasalahan ditonjolkan di atas yang lain.
Demikian misalnya, Hegel dan Marx terutama mencurahkab perhatian kepada “motor”
proses sejarah, sedangkan Spengler dan Toynbee lebih memperlihatkan masalah
pertama dan para filsuf sejarah kristen meneropong tujuan proses historis.
Bila
disini dibahas sejarah dunia atau proses sejarah, mana yang dimaksudkan bukan
saja segala sesuatu yang terjadi sampai sekarang ini, melainkan sering juga apa
yang masih harus terjadi. Seperti nampak dari permasalahan yang ketiga, maka
sering kali juga membicarakan masa depan. Tentu saja ada perkecualian. Hegel,
misalnya, dengan tegas menolak untuk mengatakan sesuatu secara konkret mengenai
hari depan, tetapi sistem-sitem sejarah spekulatif tidak hanya beebeda dengan
pengkajian sejarah karena secara khusus meneropong masa depan, juga dalam
pengungkapanya mengenai masa silam cara kerja seorang filsuf sejarah spekulatif
berbeda dengan cara kerja peneliti sejarah biasa. Apa yang ditemukan
diungkapkan oleh peneliti sejarah biasa, bag filsuf sejarah spekulatif
merupakan titik permulaan. Bila seorang filsuf sejarah spekulatif sudah maklum
bagaimana proses sejarah terjadi (dan
disini seorang peneliti peneliti sejarah biasa berhenti), maka ia ingin
menemukan suatu arti atau kecenderungan lebih dalam di proses itu.
Di
sini, falsafah sejarah spekulatif mungkin memenuhi suatu kebutuhan psikologis
yang ada dalam kita semua. Sering kita tidak puas dengan sebuah penerapan dan
penjelasan mengenai proses sejarah seperti yang terjadi atau mengenai
bagian-bagianya; kita juga ingin memberikan suatu arti kepada masa silam itu,
sehingga perbuatan dan penderitaan manusia pada masa silam memperoleh suatu
makna. Secara otomatis kita enggan menerima gagasan, bahwa sejarah tidak
memiliki arti maupun tujuan, sehingga usaha dan penderitaan manusia praktis
sia-sia saja. Maka dari itu, seketika kita merasa bersimpati kepada sasaran
filsafat sejarah spekulatif yang mengatasi bidang terbatas seorang peneliti
sejarah biasa. Akan tetapi, seperti masih akan kita lihat, simpati ini kurang
memberi legitimasi kepada daya upaya filsafat sejarah spekulatif.[2]
2.2 Pitirim Alexandrovich Sorokin
Pitirim
Alexandrovich Sorokin lahir di desa Turya, Rusia pada tanggal 21 Januari 1889,
ia merupakan seorang sosiolog yang masyur di Rusia – Amerika. Sorokin
mengawalinya dengan mengajar di lingkungan lembaga yang dilanjutkan dengan
mengajar di lingkungan universitas. Ia mengajar sosiologi dan hukum University
Petersburg, selain itu ia juga menenempuh pendidikan di Institute Neurologis
Psycho. Pada tahun 1919, Sorokin diangkat menjadi Profesor di Universitas
Petrograd.
Pada
masa rezim kekaisaran Tsar Rusia, Sorokin pernah dipenjarakan tiga kali. Hal
ini dikarenakan Sorokin terlibat dalam kegiatan anti komunis (Bolshevisme).
Yang ketika itu ia menjabat sebagai sekretaris Alexander Kerensky, pemerintahan
sementara Rusia pada masa Revolusi Rusia. Ia mendapat hukuman mati, namun
mendapat keringanan berupa hukuman pengasingan. Dan hal inipun diwujudkan
berupa pembuangan Sorokin ke Amerika pada tahun 1922.
Di
awal kepindahanya, pada tahun 1924 ia diangkat menjadi guru besar sosiologi di
Universitas Minnesota. Lalu ia mendirikan departemen sosiologi di Universitas
Harvard pada tahun 1930. Di Amerika Sorokin banyak menghasilkan karya tulisanya
berupa buku dan ide-ide berdasarkan pengamatan terhadap masyarakat sekitar
tidak jauh dengan ilmu sosiologi. [3]
2.3 Pandangan dan Pemikiran Sejarah
Pitirim A Sorokin
Pitirim
Sorokin adalah sarjana Rusia yang mengungsi ke Amerika Serikat sejak Revolusi
Komunis (1917). Ia adalah seorang ahli sosiologi dan tersohorlah karanganya
antara lain: Social and Cultural Dynamics,
4 jilid (1937-1941); The Crisis of Our
Age (1941); Society, Cultural and
Personality (1947). Sorokin membentangkan sebuah teori yang berlainan
sekali; ia tidak mengakui adanya siklus seperti hukum fatum ala Spengler; ia
tidak menerima pula teori evolusi seperti Marx. Teori Agustinus – Toynbee yang
menuju ke arah kerajaan Tuhan (Allah) tak dapat disetujuinya.
Ia
menyatakan bahwa ahli-ahli seperti Spengler, Toynbee dan lain-lain membuat
teori-teori yang tidak benar-benar menghargai kenyataan sejarah. Gerak sejarah
dengan gaya, irama dan corak ragam yang kaya raya dipermudah, dipersingkat dan
disederhanakan sehingga menjadi teori cyclus atau teori kerajaan tuhan. Oleh
sebab itu Sorokin menyatakan bahwa gerak sejarah terutama menunjukkan fluctuation from age to age yaitu naik
turun, pasang surut, timbul tenggelam dengan ganti berganti.[4]
Ia
menyatakan tentang adanya Cltural
Universe atau alam kebudayaan dan di alam kebudayaan itu terdapatlah
masyarakat-masyarakat dan aliran-aliran kebudayaan. Dalam alam yang seluas itu
terdapatlah tiga corak (typus) yang
tertentu yaitu:[5]
1. Ideatiional,
yaitu kerohanianan, ketuhanan, keagamaan, kepercayaan;
2. Sensate,
yaitu serba jasmaniah, mengenai keduniawian, berpusat pada pancaindra;
3. Perpaduan
anatara ideational-sensate, yaitu idealistik, suatu kompromis.[6]
Tiga
jenis corak diatas itu adalah suatu cara untuk menghargai atau untuk untuk
menentukan nilai suatu kebudayaan. Sebagai contoh agar tampak jelas H.E Barnes,
dalam bukunya Historical Sociology,
(1985:133-140), menjelaskan sebagai berikut:
“kebudayaan
yunani pada abat ke-6 sebelum masehi terutama ideational. Kemudian unsur-unsur sansete mulai meresap kedalamnya dengan deras sekali, sehingga
terdapatlah kompromi yang nyata dalam wujut idialistik
(abad ke-5 dan ke-4 sebelum masehi).
Sejak
abat ke-4 sebelum masehi itu unsur sensate
menang sehingga kebudayaan yunani-roma terutama menjadi sensate. Dengan kemenangan agama nasrani, unsure-unsur ideational berkembang dan sifat idialistik kalah dan bergantikan sifat ideational sama sekali sampai akhir abat
ke-12 A.D.
Sekali
lagi unsur sensate muncul dengan
kuatnya dan kebudayaan abat ke-13 dan ke-14 bersifat kompromi lagi: idealistik, mulai dengan abad ke-15 maka
disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan teknik, industry dan keduniawian
sifat sensate menentukan corak
kebudayaan selanjutnya”.
Dari
contoh itu dapat dibayangkan gerak fluctuations
atau ganti berganti ideational-sensate-idialistic.
Memang dalam tafsiran Sorokin tidak terdapat. Hari terakhir seperti ciptaan
augustinus, tidak ada pula kehancuran seperti tafsiran Spengler. Ia hanya
melukiskan perubahan perubahan dalam tubuh kebudayaan yang menentukan sifatnya
untuk sementara waktu.
Apabila
sifat ideational dipandang lebih
tinggi nilainya dari sifat sensate
dan sifat idialistik ditempatkan diantaranya, maka terdapatlah gambaran naik
turun, timbul tenggelam dan pasang surut dalam gerak sejarah tidak menunjukkan
irama dan gaya yang tetap dan tertentu.
Sorokin
dalam menafsirkan gerak sejarah tidak mencari pangkal gerak atau muara gerak
sejarah ia hanya melukiskan prosesnya atau jalanya oleh karena itulah yang
menunjukkan sifat-sifatnya.[7]
2.4
Hasil Akhir dari Pandangan Filsafat Pitirim A Sorokin Mengenai Gerak Sejarah
2.4.1 Irama atau Pola
Macam Gerak Sejarah Menurut Pitirim A Sorokin
Dalam
pembahasan diatas, sebenarnya telah menyebutkan mengenai bagaimanakah pola atau
irama gerak sejarah dalam pandangan Sorokin. Sorokin mengungkapkan bahwa gerak
sejarah terutama menunjukkan fluctuation
from age to age yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam dengan
ganti berganti.[8]
Dari
hal tersebut dapat diuraikan bahwa, dalam pandanganya Sorokin lebih menghargai
suatu proses sejarah dengan menitik beratkan pandanganya pada proses yang
terjadi dalam suatu perjalanan sejarah. Ia berpendapat bahwa gerak sejarah itu
menunjukkan fluktuasi atau gejolak yang dapat disebut sebagai suatu dinamika
kehidupan yang memberikan pengaruh adalah ideational,
sensate, dan idealistik seperti yang diungkapkan pada pembahasan
sebelumnya.
Jadi
dari pandangan tersebut mengemukakan bahwa suatu perjalanan sejarah dari
masa-kemasa atau waktu-kewaktu mengalami suatu gerak sejarah yang naik-turun,
timbul-tenggelam ataupun pasang-surut. Apabila digambarkan menyerupai deretan
pegunungan yang dalam garis tepinya menimbulkan suatu penggambaran naik turun,
sesuai dengan dimanakah posisi dari ketiga pengaruh tadi.
2.4.2 Motor Penggerak
Proses Sejarah
Mengenai motor
penggerak sejarah pada pandangan Sorokin, ia tidak mengemukakan apa atau
siapakah yang berperan sebagai penggerak dalam suatu perjalanan sejarah. Namun
dari pendapatnya yang dikemukakan dalam menganalisis hal tersebut dapat
disimpulkan sebagai motor pengerak sejarah dalam pandangan Sorokin. Karena
Sorokin adalah seorang tokoh sosiolog terkenal, dalam pandanganya mengenai
filsafat sejarah khususnya mengenai gerak sejarah ada beberapa pengaruh dari
sudut pandang sosiologi yang berdasarkan psikologi. Mengapa dapat menjadi
demikian, karena ia menjelaskan bahwa dalam kehidupan manusia adanya Cltural Universe atau alam kebudayaan
yang dialam yang seluas ini ada tiga corak yaitu ideational, sensate, dan idealistik. Dan yang menjadikan suatu fluctuation from age to age adalah
keadaan posisi dari ketiga corak tersebut, Apabila sifat ideational dipandang
lebih tinggi nilainya dari sifat sensate dan sifat idialistik ditempatkan
diantaranya, maka terdapatlah gambaran naik turun, timbul tenggelam dan pasang
surut dalam gerak sejarah tidak menunjukkan irama dan gaya yang tetap dan
tertentu.
Jadi
dengan contoh yang dungkapkan oleh Barnes, dalam bukunya Historical Sociology, (1985:133-140). Keadaan sosial masyarakatlah
yang menggerakkan sejarah dengan dipengaruhi psikologi dan pemikiran manusia
sebagai pelaku sejarah.
2.4.3 Sasaran Akhir
atau Tujuan dari Gerak Sejarah
Dalam
pandanganya mengenai gerak sejarah, Sorokin juga tidak memberikan suatu
pandangan terhadap tujuan akhir dari gerak sejarah. Apabila melihat dari
ungkapan Sorokin yang lebih menekankan kepada proses sejarah sebagai suatu
bentuk penghargaan terhadap proses sejarah, sudah tergambarkan secara tersirat
bahwa gerak sejarah dalam pandangan Sorokin tidak menunjukkan adanya suatu
hasil akhir karena ia tidak menekankan akan hal itu.
Sorokin dalam
menafsirkan gerak sejarah tidak mencari pangkal gerak atau muara gerak sejarah
ia hanya melukiskan prosesnya atau jalanya oleh karena itulah yang menunjukkan
sifat-sifatnya.[9]
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Filsafat
sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan filsafati, mengenai tabiat atau
sifat-sifat proses sejarah, biasanya, ada tiga macam pertanyaan yang perlu
dijawab:
1. Irama
atau pola macam apa dapat kita amati dalam proses sejarah?
2. Mana
motor yang menggerakkan proses sejarah?
3. Apa
sasaran terakhir yang dituju oleh proses sejarah?
Pitirim
Alexandrovich Sorokin adalah seorang tokoh yang lahir di desa Turya, Rusia pada
tanggal 21 Januari 1889, ia merupakan seorang sosiolog yang masyur di Rusia –
Amerika. Yang menjadikan ia tersoror adalah karanganya yang antara lain: Social and Cultural Dynamics, 4 jilid
(1937-1941); The Crisis of Our Age
(1941); Society, Cultural and Personality
(1947).
Dalam
pandanganya pada gerak sejarah Sorokin menyatakan bahwa gerak sejarah terutama
menunjukkan fluctuation from age to age
yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam dengan ganti berganti. Ia
menyatakan tentang adanya Cltural
Universe atau alam kebudayaan dan di alam kebudayaan itu terdapatlah
masyarakat-masyarakat dan aliran-aliran kebudayaan. Dalam alam yang seluas itu
terdapatlah tiga corak (typus) yang
tertentu yaitu; ideasional, sensate dan
idealistik.
Sorokin
dalam menafsirkan gerak sejarah tidak mencari pangkal gerak atau muara gerak
sejarah ia hanya melukiskan prosesnya atau jalanya oleh karena itulah yang
menunjukkan sifat-sifatnya.
Dalam
pandanganya pola gerak sejarah dapat digambarkan perjalanan sejarah dari
masa-kemasa atau waktu-kewaktu mengalami suatu gerak sejarah yang naik-turun,
timbul-tenggelam ataupun pasang-surut. Apabila digambarkan menyerupai deretan
pegunungan yang dalam garis tepinya menimbulkan suatu penggambaran naik turun,
sesuai dengan dimanakah posisi dari ketiga pengaruh (corak alam) tadi.
Dalam
penjelasan mengenai motor penggerak sejarah menurut Sorokin dapat ditekankan dengan
contoh yang dungkapkan oleh Barnes, dalam bukunya Historical Sociology, (1985:133-140). Dari hal tersebut dapat
dianalisis bahwa keadaan sosial masyarakatlah yang menggerakkan sejarah dengan
dipengaruhi psikologi dan pemikiran manusia sebagai pelaku sejarah.
Dalam
pandanganya mengenai gerak sejarah, Sorokin juga tidak memberikan suatu
pandangan terhadap tujuan akhir dari gerak sejarah. Apabila melihat dari
ungkapan Sorokin yang lebih menekankan kepada proses sejarah sebagai suatu
bentuk penghargaan terhadap proses sejarah, sudah tergambarkan secara tersirat
bahwa gerak sejarah dalam pandangan Sorokin tidak menunjukkan adanya suatu
hasil akhir karena ia tidak menekankan akan hal itu.
3.2 Saran
Segala
sesuatu yang terungkap, pasti memiliki suatu makna yang entah itu disadari
maupun tidak. Pemaknaan dari ungkapan memang tidak semata-mata semua dapat
merasakan, namun dalam menindaki suatu pendapat hendaknya selalu menempatkan
posisi sebagai orang yang bijak.
Dalam
hal ini mengenai Sorokin dalam pengungkapan pandaganya terpapar bahwa uraian
ini merupakan garis besar saja dan bersifat sederhana. Seharusnya semua
mempelajari teori-teori tersebut dengan lebih mendalam agar mendapatkan
perhatian yang jitu tentang makna sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Ankersmit,
F. R. 1987. Refleksi Tentang Sejarah.
Jakarta: PT. Gramedia.
Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat
Sejarah – Sejarah Filsafat dan Iptek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ali,
R. Moh. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah
Indonesia. Yogyakarta: LKIS.
Habullah, Moeflih., Supriyadi Dedi.
2012. Filsafat Sejarah. Bandung:
Pustaka Setia.
Emak, Luluk. Pitirim Alexandrovich Sorokin. http://www.scribd.com/doc/79617454/BAB-I.
[11 November 2014].
[1]
Ankersmit, F. R. 1987. Refleksi Tentang
Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia. Hlm 17.
[2] Ibid. Hlm 17-18.
[3]
Emak, Luluk. Pitirim Alexandrovich Sorokin.
http://www.scribd.com/doc/79617454/BAB-I.
[4]
Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu
Sejarah Teori Filsafat Sejarah – Sejarah Filsafat dan Iptek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. Hlm. 74.
[5]
Ali, R. Moh. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah
Indonesia. Yogyakarta: LKIS. Hlm. 94.
[6]
Habullah, Moeflih., Supriyadi Dedi. 2012. Filsafat
Sejarah. Bandung: Pustaka Setia. Hlm. 72-73.
[7]
Tamburaka, Rustam E. 1999. Pengantar Ilmu
Sejarah Teori Filsafat Sejarah – Sejarah Filsafat dan Iptek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. Hlm. 75-76.
[8]Ibid. Hlm. 74.
[9] Ibid. hlm. 74.
0 komentar:
Posting Komentar