BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
menyusun dan sebelum mengaplikasikan instrumen penelitian, ada tahapan yang
begitu penting bagi bagaimana hasil dari penelitian tersebut dapat
dipertanggungjawakan, hal penting tersebut adalah yang biasa disebut dengan
validitas dan reliabilitas.
Validitas
sendiri merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian
data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan
peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian[1].
Sedangkan
pengertian reliabilitas adalah menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik[2],
atau hal yang berkaitan dengan keterandalan suatu indikator[3].
Yang dimaksud andal disini bahwa instrumen yaitu tidak berubah-ubah atau
konsisten .
Sepertin
yang diketahui, bahwa secara garis besar penelitian dibagi menjadi dua, yaiitu;
penelitian kuantitatif dan penelitian kuantitatif. Dari jenis penelitian yang
dibedakan jenisnya tersebut, sangat berpengaruh juga terhadap instrumen
penelitianya yang merupakan alat untuk menghasilkan suatu kesimpulan
penelitian. Dengan demikian sangat berdampak juga terhadap pengujian instrumen
tersebut, yaitu validitas dan reliabilitasnya.
Oleh
karena itu, dalam pembahasan makalah mengenai validitas dan reliabilitas
instrumen penelitian ini juga menguraikan dari masing-masing jenis penelitian
yaitu validitas dan reliabilitas instrumen penelitian kuantitatif serta yaitu
validitas dan reliabilitas instrumen penelitian kualitatif.
Mengenai
validitas dan reliabilitas menjadi suatu perhatian lebih oleh peneliti,
dikarenakan peranya yang begitu penting dan dijadikan suatu keharusan bagi
peneliti untuk menguji instrumenya terlebih dahulu sebelum digunakan dalam
meneliti suatu objek penelitian. Karena dengan instrumen yang valid dan
reliabel, tentunya akan menghasilkan suatu penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Dari
uraian-uraian kepentingan tersebut, disimpulkan perlu adanya suatu kajian yang
lebih mendalam dan menjelaskan mengenai validitas dan reliabilitas dari
instrumen penelitian, demi tercapainya suatu tujuan penelitian sesuai yang
diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
latar belakang yang ada, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1) Apa
yang dimaksud dengan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian?
2) Apa
saja macam-macam dari validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian?
3) Apa
tujuan diadakanya validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian?
4) Bagaimana
pelaksnaan pengujian dari validitas dan reliabilitas instrumen penelitian
(kualitatif, kuantitatif dan gabungan)?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1) Mengetahui
dan memahmi akan pengertian validitas dan reliabilitas;
2) Mengetahui
dan memahmi akan macam-macam validitas dan reliabilitas pada instrumen
penelitian;
3) Mengetahui
dan memahmi tujuan dari validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian;
4) Mengetahui
dan memahmi pelaksanaan pengujian validitas dan reliabilitas pada instrumen
penelitian (kuantitatif dan kualitatif).
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1) Memahami
lebih jauh akan pengertian validitas dan reliabilitas;
2) Mengetahui
lebih jauh akan macam-macam dan tujuan dari validitas dan reliabilitas pada
instrumen penelitian;
3) Memahami
lebih dalam akan pelaksanaan pengujian instrumen penelitian (kuantitatif, kualitatif
dan gabungan).
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Validitas dan
Reliabilitas Instrumen Penelitian
Dalam
suatu penelitian setelah melakukan penyusunan instrumen, perlu suatu tindakan
lanjut mengenai instrumen yang dibuat untuk penelitian sebelum diujikan yaitu
tindakan pengukuran atau tidakan menguji instrumen penelitian.
Proses
pengukuran merupakan suatu proses deduktif. Peneliti berangkat dari suatu
konstruksi, konsep atau ide, kemudian menyusun perangkat ukur untuk mengamatinya
secara empiris. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat langsung melakukan
pengukuran terhadap konsep yang konkret. Misalnya mengukur menggunakan
termometer, meteran, dan lain-lain. Namun tidak semua konsep yang diteliti
mermiliki tingkat abstraksi yang rendah[4]. Maka
dari inilah perlu sekali diadakan pengukuran terhadap instrumen penelitian
sebelum digunakan.
Karena
dilakukan suatu pengujian atau pengukuran pada suatu instrumen untuk suatu
penelitian, maka sudah hal yang pasti sebelum diuji instrumen tersebut sudah
tersedia adanya.
Di
dalam penelitian maka keampuhan instrumen dapat mempunyai kedudukan yang paling
tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan
berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya
data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar
tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya pengumpulan data.
Instrumen
yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.
2.1.1
Pengertian
Validitas Instrumen Penelitian
Validitas menurut KBBI merupakan sifat
benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir, atau kekuatan hukum, sifat
valid, dan kesahihan[5]. Menurut
Azwar, validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Menurut Arikunto, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan suatu tes, dan menurut Nursalam, validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa validitas adalah suatu standar ukuran yang
menunjukkan ketepatan dan kesahihan suatu instrumen.[6]
Validitas merupakan suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya, instrumen yang kurang valid bearti memiliki validitas rendah.
Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila dapat mengungkapakan data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Untuk memperoleh
instrumen yang valid peneliti harus bertindak hati-hati sejak awal
penyusunanya. Dengan mengikuti langkah-langkah penyususnan instrumen, yakni
memecah variabel menjadi sub-variabel dan indikator baru memuaskan butir-butir
pertanyaanya, peneliti sudah bertindak hati-hati. Apabila cara dan isi tindakan
ini sudah betul, dapat dikatakan bahwa peneliti sudah boleh berharap memperoleh
instrumen yang memiliki validitas logis.
Dikatakan validitas logis karena validitas ini diperoleh dengan suatu usaha
hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai
suatu tingkat validitas yang dikehendaki.
Selain memperoleh
validitas logis, peneliti juga menguji validitas instrumen yang sudah disusun
melalui pengalaman. Dengan mengujinya melalui pengalaman akan diketahui tingkat
validitas empiris atau validitas berdasarkan pengalaman.
Untuk menguji tingkat
validitas empiris instrumen, peneliti mencobakan instrumen tersebut pada
sasaran dalam penelitian. Langkah ini bisa disebut dengan kegiatan uji coba (try-out) instrumen. Apabila data yang
didapat dari uji coba ini sudah sesuai dengan yang seharusnya, maka berarti
bahawa instrumenya sudah baik, sudah valid. Untuk mengetahui ketepatan data ini
diperlukan teknik uji validitas.
2.1.2
Pengertian Reliabilitas Instrumen Penelitian
Reliabilitas dalam KBBI diartikan
sebagai perihal sesuatu yang bersifat reliabel (bersifat andal), ketelitian,
dan ketepatan teknik pengukuran[7].
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian reliabilitas antara
lain; Menurut Sekaran, reliabilitas atau keandalan suatu pengukuran menunjukkan
sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (bebas dari kesalahan) dank arena
itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item
dalam instrument. Dengan kata lain, keandalan suatu pengukuran merupakan
indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi di mana instrument mengukur konsep
dan membantu menilai “ketepatan” sebuah pengukuran, selanjutnya Groth-Marnat mendefinisikan
reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya
prediksi, dan akurasi. Ia melihat seberapa skor-skor yang diperoleh seseorang
itu akan menjadi sama jika orang itu diperiksa ulang dengan tes yang sama pada
kesempatan berbeda, sedangkan Menurut Sugiyono, instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang
sama akan menghasilkan data yang sama. Dari tiga definisi di atas jelas
bahwa reliabilitas instrument terkait dengan bebas dari bias (error free) dan
konsistensi instrument[8].
Reliabilitas,
atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian
alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes
dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang
lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip
(reliabilitas antar penilai)[9].
Reliabilitas
menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden
untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instumen yang sudah dapat dipercaya,
yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya
memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap
akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel
artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.
Pengertian
umum menyatakan bahwa instrumen penelitian harus reliabel. Dengan pengertian
ini sebenarnya kita dapat salah arah (miss
leading). Yang diusahakan dapat dipercaya adalah datanya, bukan semata-mata
instrumenya. Ungkapan yang mengatakan bahwa instrumen harus reliabel sebenarnya
mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu
mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Apabila pengertian ini sudah tertangkap
maka akan tidak begitumenjumpai kesulitan dalam menentukan cara menguji
reliabilitas instrumen[10].
Pada intinya reliabilitas berkenaan dengan keajegan kita mengukur apa saja yang
kita ukur[11].
2.2
Macam-Macam
Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Penelitian
2.2.1
Macam-Macam
Validitas Instrumen Penelitian
Ada
dua macam validitas sesuai dengan cara pengujianya, yaitu validitas eksternal
dan intenal.
a. Validitas
eksternal
Instrumen
yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan
data atau informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud.
Sebagai
contoh, misalnya peneliti akan mengetahui validitas tes IPS. Caranya adalah
mencobakan tes tersebut kepada siswa yang diambil sebagai subjek uji coba.
Hasil yang diperoleh kemudian dikorelasikan dengan nilai IPS anak-anak
tersebut, misalnya dari nilai tes sumatif atau nilai rapor. Nilai rapor ini
dijadikan sebagai ukuran atau kriterium. Oleh karena letaknya ada di luar
instrumen maka menghasilkan validitas internal.
Rumus
korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal
dengan rumus korelasi product moment
sebagai berikut:
·
Rumus
1
: dengan nilai simpangan
Dengan
pengertian:
·
Rumus
2
: dengan angka kasar
Harga menunjukkan indeks
korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan. Setiap nilai korelasi
mengandung tiga makna, yaitu: (1) ada tidaknya korelasi, (2) arah korelasi, dan
(3) besarnya korelasi.
b. Validitas
internal
Dicapai
apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen
secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki
validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung “missi” instrumen
secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud.
Adapun yang dimaksud dengan bagian
instrumen dapat berupa butir-butir pertanyaan dari angket atau butir-butir soal
tes, tetapi dapat pula kumpulan dari butir-butir tersebut yang mencerminkan
sesuatu faktor. Sehubungan dengan ini maka dikenal adanya validitas butih dan
validitas faktor.
1) Sebuah
instrumen memiliki validitas yang tinggi apabila butir-butir yang membentuk
instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrumen;
2) Sebuah
instrumen dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila faktor-faktor yang
merupakan bagian dari instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi
instrumen.
Menghasilkan sebuah instrumen yang tidak
menyimpang dari fungsi instrumen memang bukan pekerjaan yang mudah. Untuk dapat
mencapai maksud tersebut diperlukan ketekunan dan latihan yang terus menerus,
terutama di dalam menentukan indikator yang akan dirumuskan dalam bentuk butir
pertanyaan, dan bahkan kadang-kadang juga merumuskan menjadi pertanyaan itu
sendiri juga sulit.
Kesalahan umum yang sering dijumpai
dalam bimbingan penyusunan instrumen, peneliti melakukan 2 kesalahan; (1)
memasukkan butir yang sebetulnya bukan indikator dari variabel yang dieliti,
(2) membuat pertanyaan yang jawabanya tidak bervariasi.
Dari uraian validitas internal ini dapat
disimpulkan bahwa pengujian sebuah instrumen dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu; (1) Melakukan analisis faktor (anafak), (2) Melakukan analisis butir
(anabut).
(1) Analisi
faktor (anafak)
Analisi
faktor dilakukan dengan didahului oleh asumsi bahwa instrumen dapat dikatakan
valid jika setiap faktor yang membentuk instrumen tersebut sudah valid.
Analisis faktor dapat dilakukan apabila antara faktor yang satu dengan faktor
yang lain terdapat kesamaan, kesinambungan atau tumpang tindih. Hal ini dapat
diuji dengan mengkorelasikan skor-skor yang ada dalam satu faktor dijumlah dulu
dengan jumlahnya skor pada faktor lain. Apabila antara faktor-faktor tersebut
korelasi rendah, maka dapat dikatakan bahwa butir-butir tersebut mengukur hal
yang khusus, tidak mengukur hal yang sama atau hampir sama dengan yang ada pada
faktor lain.
Analisis faktor dapat dilakukan dengan
cara mengkorelasikan skor faktor dengan skor total, sesudah terlebih dahulu
mengetahui kekhususan tiap faktor, maka dibuat tabel untuk menghitung:
a. Korelasi
faktor 1 dengan faktor 2;
b. Korelasi
faktor 1 dengan faktor 3;
c. Korelasi
faktor 2 dengan faktor 3.
Sesudah
itu baru dapat dicari validitas setiap faktor dengan cara:
a. Mengkorelasikan
jumlah skor faktor 1 dengan skor total;
b. Mengkorelasikan
jumlah skor 2 dengan skor total;
c. Mengkorelasikan
jumlah skor faktor 3 dengan skor total.
(2) Analisis
butir
Prosedur
untuk analisis butir, sebenarnya sama dengan prosedur melakukan analisis
faktor. Untuk menguji validitas setiap butir, maka skor yang ada pada butir
yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai
nilai X dan skor total sebagai nilai Y. Dengan diperolehnya indeks validitas
setiap butir dapat diketahui dengan pasti butir-butir manakah yang tidak
memenuhi syarat ditunjau dari validitasnya. Berdasarkan informasi tersebut
peneliti dapat mengganti atau merevisi butir-butir dimaksud. Bagi peneliti yang
menginginkan, pengujian terhadap butir dapat dilanjutkan dengan mengkorelasikan
skor butir dengan skor total pada faktor.
2.2.2
Macam-Macam
Reliabilitas Instrumen Penelitian
Secara
garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan
reliabilitas internal. Seperti halnya pada pembicaraan validitas, dua nama ini
sebenarnya menunjuk pada cara-cara menguji tingkat reliabilitas instrumen. Jika
ukuran atau kriteriumnya berada di luar instrumen maka dari hasil pengujian ini
diperoleh reliabilitas eksternal. Sebaiknya jika perhitungan dilakukan
berdasarkan data dari instrumen tersebut saja, akan menghasilkan reliabilitas
internal.
a. Reliabilitas
eksternal
Ada
dua cara untuk menguji reliabiltas eksternal sesuatu instrumen yaitu dengan
teknik paralel dan teknik ulang. Apabila peneliti ingin menggunakan teknik
pertama yakni teknik paralel, peneliti mau tidak mau harus menyusun dua stel
instrumen. Kedua instrumen tersebut sama-sama diujicobakan kepada sekelompok
responden saja (responden mengerjakan dua kali) kemudian hasil dari dua kali
tes uji coba tersebut dikorelasikan, dengan teknik korelasi product-moment atau korelasi Pearson.
Dari data dua kali ujicoba dari dua instrumen yang satu dipandang sebagai nilai
X, yang satu Y. Tinggi rendahnya indeks korelasi inilah yang menunjukkan tinggi
rendahnya reliabilitas instrumen. Oleh karena dalam menggunakan teknik ini
peneliti mempunyai dua instrumen dan melakukan dua kali tes, maka disebut
teknik double test double trial.
Teknik reliabilitas eksternal kedua
adalah teknik ulang. Dengan menggunakan teknik ini peneliti hanya menyusun satu
perangkat instrumen. Instrumen tersebut diujicobakan kepada sekelompok
responden, hasilnya dicatat. Pada kali lain instrumen tersebut diberikan kepada
kelompok yang semula untuk dikerjakan lagi, dan hasil yang kedua juga dicatat.
Kemudian kedua hasil tersebut dikorelasikan. Dengan teknik ini peneliti hanya
menggunakan satu tes tetapi dilaksnakan dua kali uji coba. Maka teknik ini juga
disebut sebagai teknik singgle test
double trial.
b. Reliabilitas
internal
Reliabilitas
eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda, baik
dari instrumen yang berbeda maupun yang sama, reliabilitas internal diperoleh
dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan. Ada
bermacam-macam cara untuk mengetahui reliabilitas internal, pemilihan sesuatu
teknik didasarkan atas bentuk instrumen ataupun selera peneliti. Kadang-kadang
menggunakan teknik yang berbeda menghasilkan indeks reliabilitas yang berbeda
pula. Hal ini wajar saja karena kadang-kadang dipengaruhi oleh sifat atau
karakteristik datanya sehingga dalam penghitungan diperoleh oleh sifat atau
karakteristik datanya sehingga dalam penghitungan diperoleh angka berbeda
sebagai akibat pembulatan angka. Namun demikian untuk beberapa teknik,
diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu sehingga peneliti tidak begitu saja
memilih teknik-teknik tersebut.
Berbagai teknik mencari reliabilitas
yang yang akan diuraikan adalah (1) dengan rumus Spearman Brown, (2) dengan
rumus Flanagan, (3) dengan rumus Rulon, (4) dengan rumus K-R.20, (5) dengan
rumus K-R.21, (6) dengan rumus Hoyt, dan (7) dengan rumus Alpha.
1. Mencari
reliabilitas dengan rumus Spearman Brown
Dalam
menghitung reliabilitas dengan teknik ini peneliti harus melalui langkah
membuat tabel analisis butir soal atau butir pertanyaan. Dari analisis ini
skor-skor dikelompokkan menjadi dua berdasarkan belahan bagian soal. Ada dua
cara membelah, yaitu belah ganjil-genap dan belah awal-akhir. Oleh karena
inilah maka teknik Spearman Brown dalam mencari reliabilitas juga disebut
teknik belah dua.
Dengan teknik belah dua ganjil-genap
peneliti mengelompokkan skor butir bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan
kelompok skor butir bernomor genap sebagai belhan kedua. Langkah selanjutnya
adalah mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua, dan akan
diperoleh harga Oleh karena indeks korelasi yang diperoleh
baru menunjukkan hubungan antara dua belahan instrumen, amaka untuk memperoleh
indeks reliabilitas soal masih hasrus menggunakan rumus Spearman Brown, yaitu:
Dengan
keterangan:
reliabilitas instrumen
yang disebutkan sebagai
indeks korelasi antara dua belahan instrumen
2. Mencarai
reliabilitas dengan rumus Flanagan
Untuk
mencarai reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Flanagan, kita juga
harus melakukan analisis butir dahulu dan menggunakan teknik belah dua ganjil-genap.
Rumusnya adalah sebagai berikut.
Dengan
keterangan:
reliabiltas instrumen
varians belahan pertama (varian skor
butir-butir ganjil)
varians belahan kedua (varians skor
butir-butir genap)
varians skor total
Untuk
semua varians rumusnya adalah:
Kadang-kadang
V ditulis dengan ,karena varians adalah
standar devias kuadrat.
3. Mencari
reliabilitas dengan rumus Rulon
Untuk
menguji reliabilitas instrumen dengan rumus Rulon, kita juga harus melalui
langkah analisis butir.
Rumusnya
adalah:
Dengan
keterangan:
reliabiltas instrumen
varians total atau
varians skor total
varians (varians
difference)
skor pada belahan awal
dikurangi skor pada belahan akhir
4. Mencari
reliabilitas dengan rumus K-R20
Apabila
peneliti memiliki instrumen dengan jumlah butir pertanyaan ganjil, maka
peneliti tersebut tidak mungkin menggunakan teknik belah dua untuk pengujian
reliabiltasnya. Untuk itu maka ia boleh menggunakan rumus K-R20.
Rumus:
Dengan
keterangan :
reliabilitas instrumen
banyaknya butir
pertanyaan
varians total
proporsi subjek yang menjawab betul pada
sesuatu butir (proporsi subjek yang mendapat skor 1)
5. Mencari
reliabilitas dengan rumus K-R.21
K-R
adalah singkatan dari Kuder dan Richardson, dua orang ahli matematika dan
satatistik yang banyak menemukan rumus-rumus. Dua buah rumus yang digunakan
untuk mencari reliabilitas instrumen penelitian adalah rumus K-R.20 dan K-R.
21.
Rumus
K-R.21:
Dengan
keterangan:
Reliabilitas instrumen
banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
skor rata-rata
varians total
6. Mencari
reliabilitas dengan rumus Hoyt
Untuk
instrumen yang penyekoranya 1 dan 0 masih ada cara lain untuk mengetahui
reliabilitasnya yaitu dengan rumus Hoyt. Rumusnya ada dua macam yaitu:
Dengan
keterangan:
Reliabilitas Instrumen
Vr = Varians Responden
Vs = Varians Sisa
7. Mencari
reliabilitas dengan rumus Alpha
Enam
jenis teknik untuyk mencari reliabilitas yang sudah dibicarakan hanya dapat
digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya 1 dan 0. Jika
dihubungkan dengan pengertian variabel, hanya untuk skor dengan variabel
diskrit. Banyak pertanyaan diajukan oleh peneliti pemula bagaimana cara mencari
reliabilitas instrumen yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai
(misalnya 0-10 atau 0-100) atau yang berbentuk skala 1-3, 1-5 atau 1-7 dan
seterusnya. Beberapa peneliti mengambil langkah pintas yakni mengubah skor
bukan 1 dan 0 misalnya jika skornya antara 1 sampai dengan 5, asal skor lebih
dari, diberi skor baru 1 dan kalau kurang dari, diberi skor 0.
Rumus Alpha digunakan
untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya
angket atau soal bentuk uraian.
Rumus
Alpha:
Dengan
keterangan:
reliabilitas instrumen
banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
jumalah varians butir
varians total
8. Mencari
reliabilitas pengamatan (observasi)
Di
antara berbagai metode pengumpulan data, pengamatan meruoakan metode yang
paling “rawan” dalam arti tingkat kemantapanya paling rendah. Metode pengamatan
atau observasi dilakukan oleh pengamat dengan sasaran benda diam atau proses.
Untuk benda diam dapat diambil sewaktu-waktu apabila ada keraguan dari
peneliti, sedangkan benda proses, suatu pengulangan hampir tidak mungkin.
Itulah salah satu kelmahan dari metode pengamatan. Kelemahan lain dari
pengamatan adalah terletak pada diri pengamat, yaitu bagaimana upaya pengamat
untuk bersikap netral sehingga hasilnya 100% objektif.
Untuk menetukan
toleransi perbedaan hasil pengamatan, digunakan teknik pengetesan reliabilitas
pengamatan. Rumus yang paling banyak digunakan, dikemukakan oleh H.J.X.
Fernandes (1984: 40) dalam Arikunto (2013: 244).
Dengan
keterangan:
KK = Koefisien
kesepakatan
S = Sepakat, jumlah
kode yang sama untuk objek yang sama
Jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I
Jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II
9. Mencari
reliabilitas data dengan instrumen lain
Banyak
peminat penelitian masih bertanya-tanya, yang benar reliabilitas instrumen atau reliabilitas
data? Keduanya benar. Reliabilitas data menunjuk pada keandalan data,
artinya bahwa data tersebut betul-betul sesuai benar dengan kenyataanya. Dengan
demikian, amak kedua istilah tersebut, yakni reliabilitas instrumen dan reliabilitas
data, maknanya sama. Yang berbeda adalah cara memandang. Reliabilitas
instrumen memandang dari alat yang digunakan, sedangkan reliabilitas data
memandang dari hasilnya.
Di dalam penelitian,
yang dimaksud dengan trianggulasi adalah upaya untuk mengadakan pengecekkan
kebenaran data melalui cara lain. Cara-cara yang diampaikan sesuai dengan
asumsi sebelumnya yaitu adalah melakukan pengumpulan data yang sama dengan
menggunakan instrumen lain. Dalam hal ini kita dapat menggunakan teknik
korelasi produk Moment dari Spearman
apabila jenis data tersebut keduanya interval. Dengan kata lain, penggunan
rumus untuk melakukan pengecekkan kebenaran data juga harus didasarkan atas
ketentuan yang berlaku dalam analisis data.
Alternatif cara yang
dapat digunakan dalam melakukan pengecekkan data antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Mencari
reliabilitas angket;
b. Mencari
reliabilitas instrumen atau pedoman pengamatan;
c. Mencari
reliabilitas pedoman wawancara.
Sesudah
data kedua hasil pengecekkan terkumpul, dengan menggunakan rumus product moment, penelitian akan
menghasilkan indeks korelasi.[12]
2.3
Tujuan
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Perangkat
(instrumen) yang sudah ditata sebelum digunakan, perlu adanya suatu uji coba.
Hal tersebut dimaksudkan antara lain:
1) Mengetahui
apakah instrumen itu dapat diadministrasikan dengan mudah. Hal ini dilakukan
dengan pengamatan;
2) Untuk
mengetahui apakah setiap butir itu dapat dibaca dan dipahami oleh subjek
penelitian;
3) Mengetahui
ketepatan ukur dari instrumen yang dimaksud (Validitas instrumen itu). Untuk
menguji validitas dilakukan dua langkah, yaitu (1) uni ketepatan ukur
(validitas setiap butir), dengan jalan menganalisis butir, (2) unji ketepatan ukur
seluruh perangkat instrumen;
4) Mengetahui
ketepatan ukur (reliabilitas) instrumen. Dalam hal ini diuji apakah instrumen
itu mempunyai ketepatan atau kemantapan jawaban, apabila instrumen itu
dikerjakan oleh orang yang sama dalam waktu yang berlainan.[13]
2.4 Pelaksanaan Pengujian Validitas
dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Mengenai
uraian pelaksnaan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, dalam hal
ini disesuaikan dengan jenis-jenis penelitian secara umum yaitu validitas dan
reliabilitas dalam penelitian kuantitatif, kualitatif, dan gabungan (antara
kuantitatif dengan kualitatif). Dan berikut uraian penjelasan mengenai
pelaksnaan pengujian validitas dan reliabilitas istrumen penelitian.
2.4.1 Validitas dan
Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif
Dalam
hal ini perlu dibedakan antara hasil
penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel.
Hasil penelitian yang yang valid bila terdapat kesamaan antra data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam
waktu yang berbeda.
Instrumen
yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur)
itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama.
Dengan
menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka
diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen
yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil
penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan
menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis
hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih akan
dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang
menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data.
Instrumen-instrumen
dalam ilmu alam, misal; meteran, termometer, timbangan, dan sebagainya telah
diakui validitas dan reliabilitasnya. Sedangka instrumen-instrumen dalam ilmu
sosial sudah ada yang baku (standart) karena
telah diuji validitas dan reliabilitasnya, namun banyak juga yang belum baku
dan bahkan belum ada. Untuk diperlukan peneliti yang mampu menyusun instrumen
penelitianya serta menguji validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen
yang reliabel belum tentu valid dan reliabilitas instrumen merupakan syarat
untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen yang
valid umumnya psti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen tetap
perlu dilakukan.
Pada
dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu yang berbentuk test dan non-test.
Instrumen yang test biasanya berupa jawaban “benar” atau “salah”, sedangkan
instrumen non-test tidak lagi “benar” atau “salah” tetapi bersifat “positif dan
negatif”.
Skema alur instrumen yang baik
(melewati validitas dan reliabilitas)
·
Pengujian
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
A. Pengujian
Validitas instrumen
1. Pengujian
Validitas Konstruksi (validitas construct)
Untuk
menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat ahli (judgement expert). Dalam hal ini setelah
instrumen di konstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli.
Para ahli dimintai pendapat tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin
para ahli akan memberi keputusan; instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan,
ada perbaikan, dan mungkin dirobak total.
Setelah
pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan
selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen yang diujicobakan pada
sampel dari mana populasi diambil.
(pengujian pegalaman empiris ditunjukkan pada pengujian validitas
external) jumlah anggota yang digunakan sekitar 30 orang. setelah data
ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis
faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu
faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.
Misalnya
akan dilaksanakan pengujian construct
validity melalui analisis faktor terhadap instrumen untuk mengukur prestasi
kerja peserta didik dalam suatu kelompok proyek. Berdasar teori dan hasil
konsultan ahli, indikator prestasi kerja peserta didik dalam suatu kelompok
proyek ada dua yaitu: kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja. Selanjutnya
indikator (faktor) kecepatan kerja dikembangkan menjadi 3 pertanyaan, dan
kualitas hasil kerja dikembangkan menjadi 4 butir pertanyaan. Instrumen yang
terdiri dari 7 butir pertanyaan selanjutnya diberikan kepada 5 peserta didik
(dalam praktiknya menggunakan sekitar 30 responden). Jawaban 5 responden akan
dijelaskan pada tabel berikut dengan arti angka 4 berarti sangat tinggi, 3
tinggi, 2 rendah, 1 sangat rendah prestasinya.
Seperti
telah dikemukakan bahwa, analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan
jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut
positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan konstruck yang
kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan bahwa instrumen
tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.
Tabel. Data Prestasi Kerja 5
Peserta Didik
No.
Res.
|
Skor
Faktor 1 untuk butir no:
|
Jml
1
|
Skor
Faktor 2 untuk butir no:
|
Jml
2
|
Jml
Total (Y)
|
|||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||||
1.
|
3
|
4
|
3
|
10
|
3
|
3
|
2
|
4
|
12
|
22
|
2.
|
4
|
3
|
2
|
9
|
4
|
3
|
4
|
4
|
15
|
24
|
3.
|
1
|
2
|
1
|
4
|
3
|
2
|
1
|
2
|
8
|
12
|
4.
|
3
|
3
|
3
|
9
|
4
|
4
|
3
|
3
|
14
|
23
|
5.
|
2
|
2
|
4
|
8
|
3
|
1
|
2
|
1
|
7
|
15
|
Bedasarkan
tabel selanjutnya telah dihitung bahwa korelasi antara jumalh faktor dengan skor total (Y) = 0,85 dan korelasi
antara jumlah faktor dengan skor total (Y) = 0,94. Karena koefisen
korelasi kedua faktor tersebut diatas 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja merupakan
konstruksi (construci) yang valid
untuk variabel prestasi kerja peserta didik dalam suatu
kelompok proyek.
Selanjutnya
apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atrau tidak, dapat diketahui
dengan cara mengkorelasikan anatara skor butir dengan skor total (Y). Jadi
untuk keperluan ini ada tujuh koefisien korelasi yang perlu dihitung. Bila
harga korelasi di bawah 0,30, maka dapat disimpulakan bahwa butir isntrumen
tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang.
Dari
hasil perhitungan diketahui bahwa korelasi ketujuh butir isntrumen dengan skor
total ditunjukkan pada tabel berikut ini: Berdasar tabel berikut dapat
diketahui, bahwa butir nomer 3 (fator 1) tidak valid, karena butir tersebut
dengan skor total hanya 0,22 (di bawah r kritis 0,3). Butir tersebut tidak
selaras dengan butir yang lain.
Tabel. Perhitungan Pengujian Validitas
Konstruk
No.
|
R
hitung
|
R
kritis
|
Keputusan
|
0,95
|
0,30
|
Valid
|
|
0,79
|
0,30
|
Valid
|
|
0,22
|
0,30
|
Tidak valid
|
|
0,73
|
0,30
|
Valid
|
|
0,79
|
0,30
|
Valid
|
|
0,84
|
0,30
|
Valid
|
|
0,83
|
0,30
|
Valid
|
Pengujian
seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan dengan mencari
daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan
jawaban rendah. Dalam hal ini Masrun (1979) dalam Sugiono (2011:127) menyatakan
bahwa “.......analisis untuk mengetahui
daya pembeda, sering juga dinamakan analisis untuk mengetahui validitas item”. Jumlah
kelompok yang tinggi diambil 27% dan kelompok yang rendah diambil 27% dari
sampel uji coba. Pengujian analisis daya pembeda dapat menggunakan t-test. Berikut ini diberikan contoh
analisis daya pembeda untuk menguji validitas instrumen.
Tabel. Kelompok Skor Tinggi dan
Rendah Pada Instrumen untuk Mengukur Kinerja Aparatur Negara
Skor-skor
kelompok tinggi
|
Skor-skor
kelompok rendah
|
126
|
81
|
128
|
96
|
135
|
104
|
135
|
107
|
135
|
108
|
140
|
108
|
142
|
109
|
Contoh:
Suatu
instrumen penelitian akan digunakan untuk mengukur kinerja aparatur negara.
Instrumen tersebut telah dikonsultasikan kepada para ahli aparatur dan
dinyatakan siap untuk diujicoba. Uji coba diberlakukan terhadap sampel 25
responden yang tahu masalah aparatur. Berdasarkan 25 responden tersebutdapat
dikelompokkan 27% responden yang memberikan skor tinggi dan 27% skor rendah
(27% responden berarti 0,27 x 25 = 7), seperti tertera dalam tabel 6,9 di atas.
Untuk
menguji daya pembeda secara signifikan digunakan rumus t-test sebagai berikut.
Rumus 1
Rumus 2
Berdasarkan
data yang ada pada tabel sebelumnya diatas dan rumus tersebut, maka varian
gabungan ( dapat dihitung.
Untuk
mengetahui apakah perbedaan itu signifikan atau tidak, amaka harga t hitung
tersebut perlu dibandingkan dengan harga t
tabel. Bila t hitung lebih besar dari
t tabel, maka perbedaan itu
signifikan, sehingga instrumen dinyatakan valid.
Berdasarkan
tabel t, dapat diketahui bahwa bila tingkat kesalahan 5%, dengan dk 12, maka
harga t tabel = 1,78 (dk = + Ternyata harga t tabel =1,78 jauh lebih besar
daripada t tabel 1,78 sehingga dapat dinyatakan terdapat perbedaan yang
signifikan antara skor tinggi dan kelompok rendah . Hal ini dapat
disimpulkan bahwa instrumen tersebut valid.
Pengujian
validitas dengan uji beda ini didasarkan asumsi bahwa kelompok responden yang
digunakan sebagai uji coba berdistribusi normal. Dengan demikian kelompok skor
tinggi dan rendah harus berbeda secara signifikan, sesuai dengan bentuk kurva
normal.
2. Pengujian
validitas isi (content validity)
Untuk
instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program,
maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi
instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan.
Secara
teknis pengujian validitas kosntruksi dengan validitas isi dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen. Dalam
kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, dan indikator sebagai tolok ukur dan
nomor butir item pertanyaan atau pernyataan dari indikator. Sehingga dengan
demikian penelitian dapat menjadi mudah dan sistematis.
Untuk
menguji validitas butir instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan
kepada para ahli, selanjutnya diujicobakan dan dianalisis dengan nalisis item
(dengan menghitung korelasi) atau uji beda (dengan menguji signifikansi
perbedaan).
B. Pengujian
Reliabilitas Instrumen
Pengujian
reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal
pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan
gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik
tertentu.
a. Test-retest
Instrumen
penelitian yang reliabiltasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini
instrumenya sama, respondenya sama, dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas
diukur dari koevisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya.
Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah
dinyatakan reliabel. Pengujian cara ini juga disebut stability.
b. Ekuivalen
Instrumen
yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya
sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakukan sekali,
tetapi instrumenya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrumen
berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara
data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan ekuivalen. Bila
korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dikatakan reliabel[14]. Ada
beberapa metode untuk pengujian reliabilitas ekuivalen, yaitu sebagai berikut:
1) Metode
alternatif/paralel
Metode
ini menggunakan lebih dari satu alat ukur yang setara untuk mengukur konsep
yang sama pada objek penelitian yang sama.
2) Uji
reliabilitas interkoder/peneliti
Merupakan
jenis reliabilitas ekuivalen yang khusus. Pengukuran dilakukan dengan
membandingkan antara indikator yang digunakan oleh seorang peneliti dengan
indikator yang digunakan peneliti lain. Indikator-indikator ini dianggap
reliabel apabila mereka memberikan hasil yang setara.
3) Analisis
subpopulasi
Metode
ini membandingkan indikator pada subpopulasi yang berbeda dan menggunakan
pengetahuan yang didapatkan dari sumber independen mengenai subpopulasi yang
diteliti tersebut. Dari analisis ini diketahui apakah indikator yang ada
memberikan jawaban yang sama/konsisten bila diterapkan pada subpopulasi yang
berbeda (agama, etnik, usia, gender, pendidikan)[15].
c. Gabungan
Pengujian
reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalent
itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi cara ini merupakan gabungan
pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua
instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya
dikorelasikan secara silang.
d. Internal
consistensy
Pengujian
reliabilitas dengan Internal consistensy, dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik
tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari
Spearman Brown (Split half), KR. 20, KR.21 dan Anova Hoyt. Berikut diberikan
rumus-rumusnya.
1) Rumus
Spearman Brown
Di
mana:
reliabilitas internal seluruh instrumen
korelasi product moment antara belahan pertama
dan kedua
2) KR.
20 (Kuder Richardson)
Di
mana:
jumlah item dalam instrumen
mean skor total
varians total
3) KR.
21 (Kuder Richardson)
Di
Mana:
jumlah item dalam instrumen
mean skor
varian total
4) Analisis
Varian Hoyt (Anava Hoyt)
Di
mana:
mean kuadrat antara subjek
mean kuadrat kesalahan
reliabilitas instrumen.
2.4.2
Validitas
dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kualitatif
Uji
keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas dan
reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama terhadap data hasil
penelitian adalah, valid, reliabel, dan obyektif. Validitas adalah derajat
ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang
dilkaporkan oleh peneliti. Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu
validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan
derajad akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Sedangkan
validitas eksternal berkenaan dengan derajad akurasi apakah hasil penelitian
dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut
diambil. Bila sampel penelitian representatif, instrumen penelitian valid dan
reliabel, cara mengumpulkan dan analisis data benar, maka penelitian akan
memiliki validitas eksternal yang tinggi.
Dalam
hal reliabilitas, Susan Stainback (1980) dalam Sugiono (2011: 267) menyatakan
bahwa reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data
atau temuan. Dalam pandangan positivistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan
reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam objek yang sama menghasilkan
data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang
sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak
berbeda.
Obyektivitas
berkenaan dengan “derajat kesepakatan” antar banyak orang terhadap suatu data.
Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid, reliabel, dan
objektif, maka penelitian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang valid dan
reliabel, dilakukan pada sampel yang mendekati jumlah populasi dan pengumpulan
serta analisis data dilakukan dengan cara yang benar. Sedangkan dalam
penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak
ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya
terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran
realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi
jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang
sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latarbelakangnya.
Pengertian
reliabilitas dalam penelitian kuantitatif, sangat berbeda dengan reliabilitas
dalam penelitian kualitatif. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan
paradigma dalam melihat realitas. Menurut penelitian kualitatif, suatu realitas
itu bersifat majemuk/ ganda, dinamis/ selalu berubah, sehingga tidak ada yang
konsisten, dan berulang seperti semula. Selain itu, cara melaporkan penelitian
bersifat ideosyneratic dan
individualistik, selalu berbeda dari orang perorang. Tiap peneliti memberi
laporan menurut bahasa dan jalan pikiran sendiri.
A. Pengujian
validitas dan reliabilitas penelitian kualitatif
Tabel.
Perbedaan Istilah dalam Pengujian Keabsahan Data Antara Metode Kualitatif dan
Kuantitatif
Aspek
|
Metode
Kualitatif
|
Metode
Kuantitatif
|
Nilai kebenaran
|
Validitas internal
|
Kredibilitas
|
Penerapan
|
Validitas eksternal (generalisasi)
|
Transferbility/ keteralihan
|
Konsistensi
|
Reliabilitas
|
Auditability, dependability
|
naturalisasi
|
objektivitas
|
Confirmability (dapat dikonfirmasi)
|
Jadi
uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibelity,
transferbility, dependability, dan confirmability.
1. Uji
kredibilitas
a) Perpanjangan
pengamatan
Dengan
perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan,
wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan
perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan
semakin terbentuk rapport, semakin
akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga
tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk raport, maka
telah terjadi kewajaran dalam penelitian, dimana kehadiran peneliti tidak lagi
menggangggu perilaku yang dipelajari.
Untuk
membuktikan apakah peneliti itu melakukan uji kredibilitas melalui perpanjangan
pengamatan atau tidak, maka akan lebih baik kalau dibuktikan dengan surat
keterangan perpanjangan. Selanjutnya surat keterangan perpanjangan ini dilampirkan
dalam laporan penelitian.[16]
Mengenai
teknik uji ini juga biasa disebut dengan Perpanjang Keikutsertaan, yaitu
penekanan terhadap peneliti sebagai instrumen penelitian itu sendiri yang
melakukan usaha tinggal di lapangan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.
Dengan perpanjangan keikutsertaan, peneliti akan memungkinkan peningkatan
derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.[17]
b) Meningkatkan
ketekunan
Meningkatkan
ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa
akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
Meningkatkan
ketekunan diibaratkan melakukan suatu peninjauan kemabali atas hasil yang telah
dibuat. Dengan meningkatkan ketekunan ini maka peneliti dapat melakukan
pengecekkan kembali apakah data yang telah ditemukan benar atau salah. Demikian
juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi
data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
Sebagi
bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai
referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi terkait
dengan temuan yang diteliti.
c) Trianggulasi
Trianggulasi
dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekkan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara,
dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat trianggulasi sumber, trianggulasi
teknik pengumpulan data, dan waktu.
Contoh : trianggulasi sumber
data
Atasan
Teman
Bawahan
Contoh : trianggulasi teknik
pengumpulan data
wawancara Observasi
Kuisioner
Contoh: Trianggulasi Waktu
Pengumpulan Data
Siang Sore
Pagi
1) Trianggulasi
Sumber
Trianggulasi
sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2) Trianggulasi
Teknik
Trianggulasi
teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3) Trianggulasi
waktu
Waktu
sering juga mempengaruhi kredibilitas data data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara di pagi hari pada narasumber yang masih segar, belum banyak maslah,
lebih dapat memberikan data yang valid sehingga kredibel. Untuk itu dalam
rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan dengan cara melakukan
pengecekkan wawncara, observasi atau teknik lain dalam waktu yang berbeda. Jika
hasil uji menghasilkan data yang bebeda, maka dilakukan secara berulang-ulang
sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.
d) Analisis
Kasus Negatif
Kasus
negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda denga hsil penelitian
hingga pada saat tertentu. melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti
mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah
ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan
temuan, berarti data yang telah ditemukan sudah dapat dipercaya.
e) Menggunakan
Model Referensi
Yang
dimaksud dengan bahan referensi disini adalah adanya pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh seperti
peneliti menggunakan wawancara, data yang diperoleh harus didukung dengan
rekaman wawncara, dan lain sebagainya.
f) Mengadakan
Membercheck
Membercheck
adalah, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.
Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh
sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Pelaksanaan
membercheck dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau
setelah mendapatkan suatu temuan, atau kesimpulan. Caranya dapat dilakukan
secara individual, dengan cara peneliti datang ke pemberi data, atau melalui
forum diskusi.
Dalam
referensi lain, menambahkan beberapa teknik pengujian dalam uji kredibilitas.
Seperti Moleong (2012) yang menambahkan adanya; (1) pemeriksaan sejawat melalui
diskusi, (2) uraian rinci, (3) Auditing.
1) Pemeriksaan
sejawat melalui diskusi
Teknik
ini dilakukan dengan cara mengekspplor hasil sementara atau hasil akhir yang
diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat.
Teknik
ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan
data; pertama: untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka
dan kejujuran, kedua: diskusi dengan sejawat ini membrikan suatu kesempatan
awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul
dari pemikiran peneliti, ketiga: dapat memberikan kesempatan kepada peneliti
untuk ikut merasakan keterharuan para peserta diskusi sehingga memungkinkanya
membersihkan emosi dan perasaanya guna dipakai untuk membuat sesuatu yang
tepat.
2) Uraian
rinci
Usaha
membangun keteralihan dalam penelitian kualitatif jelas sangat berbeda dengan
nonkulaitatif (kuantitatif) dengan validitas eksternalnya. Dalam penelitian
kualitatifhal itu sering dilakukan dengan cara Uraian Rinci (thick description).
Teknik
ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitianya sehingga uraianaya itu
dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat
penelitian diselenggarakan. Jelas laporan itu harus mengacu pada fokus
penelitian. Uriaianya harus mengungkapkan secara khusus sekali segala sesuatu
yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami temuan-temuan yang
diperoleh. Temuan itu sendiri tentunya bukan bagian dari uraian rinci,
melainkan penafsiranya yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci dengan segala
macam pertanggungjawaban berdasarkan kejadian-kejadian nyata.[18]
3) Auditing
Auditing
adalah konsep bisnis, khususnya di bidang fiskan yang dimanfaatkan untuk
memeriksa kebergantungan dan kepastian data. Proses audit dapat mengikuti
langkah-langkah seperti yang disarankan oleh Halpern (1983, dalam Moleong,
2012:389), yaitu: pra-entri, penetapan hal-hal yang dapat diaudit, kesepakatan
formal, dan terakhir penentuan keabsahan data.
2. Pengujian
(Transferbility)
Transferbility
merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal
menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke
populasi diman sampel tersebut diambil.
Nilai
transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat
diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh sebab itu, untuk memperjelas
pemahaman hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemunkinan untuk menerapkan
hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus
memberikan urian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
3. Pengujian
Depenability
Dalam
penelitian kualitatif, depenability disebut sebagai reliabilitas. Suatu
penelitian reliabel apabila orang lain
dapat mengulangi/ mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian
kualitatif uji depenability dilakukan dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses
penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu
diuji depenabilitynya. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau
pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan
penelitian.
4. Pengujian
konfirmability
Pengujian
konfirmability dalam penelitian kualitatif
disebut dengan uji objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan
objektif apabila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. uji
konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang
dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang
dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.
Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.[19]
2.4.3
Validitas
dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Gabungan
Apakah
riset yang menggunakan metode gabungan memerlukan validitas dan reliabilitas
sebagaimana riset yang menggunakan pendekatan kuantitatif atau riset yang
menggunakan kualitatif? Jika riset kuantitatif mempunyai kriteria penentuan
validitas dan reliabilitas yang sudah jelas dan dapat dipercaya secara ilmiah
dan begitu pula dengan riset yang menggunakan pendekatan kualitatif meski belum
semua para ahli bidang metodologi menerima hal ini.
Dari
berbagai diskusi dan gagasan yang diberikan oleh para ahli bidang metodologi,
sampai saat ini ternyata belum ada kesepakatan mengenai masalah ini. Sekalipun
demikian ada pula beberapa ahli termasuk diantaranya Bryman dan Julia Branen
memberikan pemikiran mengenai maslah validitas dan reliabilitas ini.
Lalu
bagaimana kita memberikan jawaban terhadap masalah ini? Apakah diperlukan
validitas dan reliabilitas dalam riset yang menggunakan metode gabungan?
Jawabanya pasti ya. Jika demikian bagaimana caranya kita menyelesaikan masalah
ini. Apa kira-kira pendekatan yang tepat untuk masalah validitas dan
reliabilitas ini? Validitas dan reliabilitas dalam riset yang menggunakan
metode gabungan diperlukan untuk hal-hal diantaranya:
1) Karena
saat ini semakin banyak riset-riset yang menggunakan pendekatan gabungan;
2) Validitas
dan reliabilitas akan memperbaiki praktik riset yang menggunakan metode
gabungan;
3) Validitas
dan reliabilitas akan meningkatkan kredibilitas riset yang menggunakan metode
gabungan.
Sekalipun
demikian ketentuan keharusan adanya validitas dan reliabilitas ini tidak
sepenuhnya berdampak positif karena hal-hal diantaranya:
1) Ketentuan
yang mengharuskan adanya validitas dan reliabilitas pada tahapan awal akan
menghambat perekembangan riset yang menggunakan metode gabungan;
2) Seperti
terjadi pada induknya, jika masih terjadi kurangnya persetujuan dikalangan para
ahli mengenai kriteria riset kualitatif; maka kita tidak mungkin akan dapat
menggunkan riset gabungan ini;
3) Akan
membelokkan perhatian kita pada kriteria yang sudah ada pada riset kuantitatif
dan kualitatif secara sendiri-sendiri; dengan demikian kita tidak menemukan
kriteria baru mengenai konsep validitas dan reliabilitas dalam riset yang
menggunkan metode ganbungan.
·
Pendekatan-pendekatan
Beberapa
pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain; menurut Brymman (2010)
dalam Jonathan Sarwono (2011: 193) terdapat empat pendekatan yang dapat
digunakan untuk melihat validitas dan reliabilitas, yaitu:
1) Pendekatan
kontingensi (Contingensi Approach);
2) Didasarkan
dominasi pendekatan;
3) Kriteria
konvergen (Convergent criteria);
4) Kriteria
terpisah (Separate criteria)
5) Kriteria
predeterminasi (Bespoke criteria)
Pendekatan
kontingensi melihat validitas dan reliabilitas didasarkan pada pengertian
secara mendalam dari sudut pandang kajian-kajian organisasi riset dan
masing-masing pendekatan terhadap kriteria kualitas cocok hanya untuk kondisi
dan situasi tertentu tetapi tidak untuk kondisi dan situasi lain.
Didasarkan
pada tingkat dominasi dapat dibagi menjadi dua: a) dominasi pendekatan
kuantitaif dan b) dominasi pendekatan kualitatif. Untuk dominasi pendekatan
kualitatif dapat digunakan kriteria tradisional sesuai dengan masing-masing
pendekatan. Sedang untuk dominasi pendekatan kualitatif dapat digunakan
kriteria validitas dan reliabilitas dalam riset kualitatif.
Kriteria
konvergen mengembalikan penelitian terhadap validitas dan reliabilitas sesuai
dengan masing-masing pendekatan. Maksudnya kita menggunakan kriteria riset
kualitatif untuk elemen-elemen kuantitatif dalam riset gabungan. Kriteria ini
hampir sama dengan kriteria di atas. Pendekatan berikutnya menggunakan kriteria
terpisah, yaitu apakah penilaian terhadap validitas dan reliabilitas dilakukan
secara terpadu atau terpisah. Pendekatan ini berlaku jika pertanyaan-pertanyaan
riset berbeda untuk masing-masing komponen.
Pendekatan
prederteminasi mengansumsikan bahwa riset yang menggunakan pendekatan gabungan
kelihatanya menjadi solusin lain dalam riset tetapi kenyataanya belum tentu
karena tidak selalu cocok, kurang adanya kriteria dari sisi riset kualitatif
(sebagaimana kita ketahui sampai hari ini riset kualitatif dikatakan “mempunyai
validitas dan reliabilitas yang rendah” oleh kalangan tertentu, terutama oleh
penganut riset kuantitatif), hasil yang tidak terencana, dan formulasi kriteria
validitas dan reliabilitas masih sulit ditentukan.
Sekalipun
demikian ada beberapa yang mengarah kepada hasil riset yang mempunyai validitas
dan reliabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria tersebut mengatakan
bahwa:
1) Riset
yang menggunakan metode gabungan sebaiknya memberikan alasan-alasan yang tepat
mengapa pendekatan gabungan cocok dalam kasus yang sedang dikaji;
2) memberikan
penilaian yang transparan terhadap desain metode gabungan;
3) Menggunakan
teknik sampling yang cocok, koleksi, dan analisis data terhadap komponen
individual masing-masing pendekatan;
4) Menyatukan
temuan-temuan kuantitatif dan kualitatif serta memberikan penjelasan terhadap
proses integrasinya;
5) Mengembangkan
dengan benar komponen-komponen kuantitatif dan kualitatif;
6) Mengikutsertakan
pendekatan gabungan dalam teorinya.
·
Validitas
dan reliabilitas dalam Riset Kuantitatif, Kualitatif, dan Gabungan
Secara
garis besar konsep validitas dan reliabilitas dalam riset yang menggunakan
pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan gabungan dapat dirangkum dalam tabel
ini:
Kuantitatif
|
Kualitatif
|
Gabungan
|
·
Generaliasi hasil riset berlaku
untuk populasi lain;
·
Replikasi metode dapat diaplikasikan
dalam riset lain;
·
Validitas: hasil akurat;
·
Reliabilitas: hasil konsisten dan
dapat dipercaya.
|
·
Kredibilitas (internal validity);
·
Kecocokan (eksternal validity);
·
Kedalaman dan kekayaan data;
·
Jangkauan data;
·
Trianggulasi;
·
Obyektivitas peneliti.
|
·
Inference quality (taksonomi dan
teddlie);
·
Model Bryman
a. Convergent
Criteria;
b. Sparate
Criteria;
c. Bespoke
Criteria (Predetermine).
|
Solusi
untuk validitas dan reliabilitas riset gabungan mencermasti diskusi diatas,
menurut Jhonatan Sarwono (2011: 196-197) dapat diketahui bahwa sampai saat ini
belum ada kesepakatan mengenai kriteria validitas dan reliabilitas .untuk riset
yang mengunakan metode gabungan. oleh karena itu dapat diberikan suatu saran
mengenai hal ini, sebagai berikut:
1) Penggunaan
kriteria validitas dan reliabilitas untuk masing-masing komponen didasarkan
pada ketentuan masing-masing pendekatan sampai kita para ahli metodologi
sepakat terhadap kriteria yang dimunculkan di akalngan ahli metodologi riset;
atau
2) Pergunakan
setidak-tidaknya kriteria yang sudah ada meski belum disepakati secara
universal tetapi dapat dijadikan sebagai pegangan sementara sampai para ahli
metodologi menemukan kriteria yang sama;
3) Kita
para ahli metodologi riset di Indonesia, mencari solusi baru dengan cara
membuat kriteria yang dapat kita pergunakan sebagai pegangan, setidak-tidaknya
di kalangan kita sendiri. Berkaitan dengan gagasan ketiga ini, penulis
mempunyai saran yang dapat dijadikan sebagai pegangan agar riset yang
menggunakan metode gabungan mempunyai hasil yang valid dan reliabel, yaitu:
a. Taati
kaidah-kaidah masing-masing pendekatan;
b. Hindari
terjadinya interpolasi antara data kuantitatif dan kualitatif dengan cara
menarikl sampel dari populasi yang berbeda untuk masing-masing pendekatan;
c. Saat
mengambil data kuantitatif tarik sampek dengan pendekatan probabilitas yang
dijadikan sebagai responden untuk dimintai mengisi kuisioner; sedang data
kualitatif gunakan pendekatan purposive
yang dijadikan sebagai informan untuk diwawncarai. Jangan mencampuadukkan hal
ini;
d. Pada
tahap analisis, usahakan untuk tidak melakukan kuantifikasi data kualitatif
tetapi tetap mengandalkan hasil analisi data kualitatif sebagai sumber utama
temuan riset; sedang hasil analisis kualitatif dapat digunakan sebagai pelengkap
yang berfungsi untuk memberikan penjelasan nilai-nilai dari data kuantitatif.[20]
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid bearti memiliki validitas
rendah.
Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapakan dat dari variabel yang
diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh
mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud.
Untuk
memperoleh instrumen yang valid peneliti harus bertindak hati-hati sejak awal
penyusunanya. Dengan mengikuti langkah-langkah penyususnan instrumen, yakni
memecah variabel menjadi sub-variabel dan indikator baru memuaskan butir-butir
pertanyaanya, peneliti sudah bertindak hati-hati. Apabila cara dan isi tindakan
ini sudah betul, dapat dikatakan bahwa peneliti sudah boleh berharap memperoleh
instrumen yang memiliki validitas logis.
Dikatakan validitas logis karena validitas ini diperoleh dengan suatu usaha
hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai
suatu tingkat validitas yang dikehendaki.
Selain
memperoleh validitas logis, peneliti juga menguji validitas instrumen yang
sudah disusun melalui pengalaman. Dengan mengujinya melalui pengalaman akan
diketahui tingkat validitas empiris atau validitas berdasarkan pengalaman.
Untuk
menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti mencobakan instrumen
tersebut pada sasaran dalam penelitian. Langkah ini bisa disebut dengan
kegiatan uji coba (try-out)
instrumen. Apabila data yang didapat dari uji coba ini sudah sesuai dengan yang
seharusnya, maka berarti bahawa instrumenya sudah baik, sudah valid. Untuk mengetahui
ketepatan data ini diperlukan teknik uji validitas. Ada dua macam validitas
sesuai dengan cara pengujianya, yaitu validitas eksternal dan intenal[21].
Sedangkan
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan
responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instumen yang sudah dapat
dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun
diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan
sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.
Pengertian
umum menyatakan bahwa instrumen penelitian harus reliabel. Dengan pengertian
ini sebenarnya kita dapat salah arah (miss
leading). Yang diusahakan dapat dipercaya adalah datanya, bukan semata-mata
instrumenya. Ungkapan yang mengatakan bahwa instrumen harus reliabel sebenarnya
mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu
mengungkapkan data yang bisa dipercaya. Apabila pengertian ini sudah tertangkap
maka akan tidak begitumenjumpai kesulitan dalam menentukan cara menguji reliabilitas
instrumen.
Secara
garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan
reliabilitas internal. Seperti halnya pada pembicaraan validitas, dua nama ini
sebenarnya menunjuk pada cara-cara menguji tingkat reliabilitas instrumen. Jika
ukuran atau kriteriumnya berada di luar instrumen maka dari hasil pengujian ini
diperoleh reliabilitas eksternal. Sebaiknya jika perhitungan dilakukan
berdasarkan data dari instrumen tersebut saja, akan menghasilkan reliabilitas
internal[22].
Dalam
implementasi validitas dan reliabilitas instrumen, disesuaikan dengan jenis
penelitian yang digunakan. Yaitu diimplementasikan dalam jenis penelitian
kuantitatif, kuanlitatif, dan gabungan kuantitatif-kualitatif.
3.2 Saran
Pada
dasarnya, suatu penelitian dilakukan adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan. Suatu pemecahan dalam permsalahan memang bukanlah hal yang mudah
untuk didapat, lebih-lebih pada suatu kebenaran yang nyata bukanya suatu
manipulasi ataupun kurang terpercayanya hasil yang telah dicapai.
Oleh
karena itu sudah dipaparkan pada penjelasan pembahasan mengenai hal yang dapat
menjamin hsil pengujian dimilnimalisirkan resiko ketidak sesuaianya dengan
fakta, yaitu validitas dan reliabilitas. Oleh karena pengujian ini merupakan
suatu hal yang penting dalam suatu penelitian, alangkah suatu keharusan untuk
peneliti mampu memahami teori pengujian maupun praktiknya. Karena dengan
instrumen ataupun data yang valid dan reliabel, tentu saja akan menghasilkan
suatu kesimpulan penelitian yang berkualitas yakni sesuai dengan fakta yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur penelitian-suatu pendekatan praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional.
Moleong, Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Prasetyo, Bambang., Jannah L. Miftahul.
2005. Metode Penelitian Kuantitatif-teori
dan aplikasi. Jakart: PT. Raja Grafindo Persada.
Sarwono, Jonathan. 2011. Moxed Method-Cara Menggabungkan Riset
Kuantitatif dan Riset Kualitatif Secara Benar. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian
Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Yousda, Amirman., Arifin Zainal. 1993. Penelitian dan Statistik Pendidikan.
Bandung: Bumi Aksara.
Henry. 2012. Reliabilitas Instrumen. http://teorionline.net/reliabilitas-instrumen.
[28 oktober 2015].
http://statistikapendidikan.com/wp-content/uploads/2013/05/Validitas-dan-Reliabilitas.-Yeni-Dahniar.pdf.
[28 Oktober 2015].
http://kbbi.web.id/reliabilitas.
[28 Oktober 2015].
http://kbbi.web.id/validitas.
[28 Oktober 2015].
http://statistikapendidikan.com/wp-content/uploads/2013/05/Validitas-dan-Reliabilitas.-Yeni-Dahniar.pdf.
[28 Oktober 2015].
[1] Sugiono.
2011. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA. Hlm. 267.
[2]
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur
penelitian-suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm. 221.
[3]
Prasetyo, Bambang., Jannah L. Miftahul. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif-teori dan aplikasi. Jakart: PT. Raja
Grafindo Persada. Hlm. 104.
[4]
Prasetyo, Bambang., Jannah L. Miftahul. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif-teori dan aplikasi. Jakart: PT. Raja
Grafindo Persada. Hlm. 89.
[5] http://kbbi.web.id/validitas. [28
Oktober 2015].
[7] http://kbbi.web.id/reliabilitas. [28
Oktober 2015].
[8] Henry.
2012. Reliabilitas Instrumen. http://teorionline.net/reliabilitas-instrumen.
[28 oktober 2015].
[10]
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur
penelitian-suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm.
211-256.
[11] Furchan,
Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Hlm. 298.
[12]
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur
penelitian-suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm.
211-256.
[13] Yousda,
Amirman., Arifin Zainal. 1993. Penelitian
dan Statistik Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara. Hlm. 61.
[14]
Sugiono. 2011. Metode Penelitian
Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hlm. 130.
[15]
Prasetyo, Bambang., Jannah, L Miftahul. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif-Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Hlm. 106-107.
[16]
Sugiono. 2011. Metode Penelitian
Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hlm.267-267-277.
[17]
Moleong, Lexy. 2012. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 327.
[18]
Moleong, Lexy. 2012. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 332-339.
[19]
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Hlm.267-277.
[20]
Sarwono, Jonathan. 2011. Moxed
Method-Cara Menggabungkan Riset Kuantitatif dan Riset Kualitatif Secara Benar.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hlm. 191-197.
[21]
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur
penelitian-suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm.
211-256.
[22]
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur
penelitian-suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hlm.
211-256.
thanks forever
BalasHapusSelamat siang.. Langsung aja pak.
BalasHapusSaya melakukan penelitian terhadap risiko2 proyek.. Jumlah pernyataan saya sebanyak 37, ke 37 itu dari hasil pencarian lewat jurnal dng kesamaan penelitian. Selanjutnya saya melakukan identifikasi ke responden sebanyak 40 orang, abis itu diuji dengan uji validitas dan rrliabilitas. Dari hal tsbt didapatkan 30 pernyaatan yg valid dan reliabel. Selanjtunya mengukur dampak dan frekuensi risiko dari 30 variabel tsbt. Dan dilakukan lagi uji valid dan reliab terhadap masing2 dampak maupun frekuensi. Apakah boleh menguji 2 kali validitas dan reliabilitas..?