BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Yahudi adalah istilah yang merujuk
kepada sebuah agama,
ras atau suku
bangsa. Sebagai agama, istilah ini merujuk kepada umat yang beragama
Yahudi.
Berdasarkan etnisitas, kata ini
merujuk kepada suku bangsa yang berasal dari keturunan Eber (Kejadian 10:21)
(yang disebut "Ibrani") atau Yakub (yang juga
bernama "Israel") anak Ishak anak Abraham (Ibrahim) dan Sara, atau keturunan Suku
Yehuda, yang berasal dari Yehuda anak Yakub. Etnis Yahudi juga termasuk Yahudi yang tidak beragama
Yahudi tetapi beridentitas Yahudi dari segi tradisi.
Agama Yahudi
adalah kombinasi antara agama dan suku bangsa. Agama Yahudi dibahas lebih
lanjut dalam artikel agama Yahudi; artikel ini hanya membahas dari segi
suku bangsa saja. Kepercayaan semata-mata dalam agama Yahudi tidak menjadikan
seseorang menjadi Yahudi. Di samping itu, dengan tidak memegang kepada
prinsip-prinsip agama Yahudi tidak menjadikan seorang Yahudi kehilangan status
Yahudinya. Tetapi, definisi Yahudi undang-undang kerajaan Israel tidak termasuk
Yahudi yang memeluk agama yang lain.
Dalam
perjalanan bangsa Yahudi, memang begitu panjang dan memiliki dinamika kehidupan
yang begitu beragam, terutama keadaan terombang-ambing menyebar di berbagai
negara, dikarenakan tidak memiliki suatu negara atau wilayah negara.
Dalam makalah
ini lebih menyoroti kepada suatu konflik yang dilakukan oleh bangsa Yahudi
dengan bangsa Arab setelah bangsa Yahudi mendirikan suatu negara yaitu Israel.
Pada dasarnya pertikaian atau konfik antara bangsa Yahudi dengan bangsa Arab
tidaklah hanya terjadi pada saat setelah Yahudi mendirikan suatu negara,
melainkan sebelum itu telah banyak rentetan peristiwa yang menggambarkan
keadaan yang tidak kunjung damai antara bangsa Yahudi dengan bangsa Arab.
Sebenarnya
banyak sekali hal yang dapat digali mengenai bangsa Yahudi, terutama dalam hal
konflik yang terus berkembang bahkan belum juga menemukan suatu ujung
perdamaian seperti konflik dengan Palestina sampai saat ini. Oleh karena itu
untuk mendalami hal ini, perlu adanya kajian yang lebih jauh akan bangsa Yahudi
dengan embel konfliknya dengan bangsa Arab.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
latar belakang yang ada, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1) Bagaimanakah
bangsa yahudi itu?
2) Bagaimana
perkembangan proses bangsa Yahudi dalam membentuk suatu negara (Israel)?
3) Bagaimana
perkembangan bangsa Yahudi setelah menjadi suatu negara (Israel)?
4) Bagaimana
konflik yang terjadi antara bangsa Yahudi dengan bangsa Arab setelah
terbentuknya negara Yahudi (Israel)?
5) Bagaimana
upaya penyelesaian dari konflik yang terjadi antara Israel dengan Bangsa arab?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1) Mengetahui
dan memahami mengenai bangsa Yahudi;
2) Mengetahui
dan memahami proses bangsa Yahudi Membentuk Suatu negara;
3) Mengetahui
dan memahami perkembangan bangsa Yahudi setelah membentuk suatu negara khusunya
mengenai konflik antara bangsa (dengan bangsa Arab);
4) Mengetahui
dan memahami konflik yang terjadi antara bangsa Yahudi dengan Bangsa Arab;
5) Mengetahui
dan memahami upaya penyelesaian dari Konflik yang terjadi antara Bangsa Yahudi
dengan bangsa Arab setelah bangsa Yahudi mempunyai suatu negara.
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1) Dapat
memahami lebih dalam mengenai bangsa Yahudi, proses pembentukan negara bangsa
Yahudi, serta perkembangan bangsa yahudi setelah yahudi mendirikan suatu
negara;
2) Dapat
memahami lebih jauh akan Konflik antara bangsa Yahudi dengan Bangsa Arab dan
upaya penyelesaianaya.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Bangsa Yahudi
Yahudi adalah istilah yang merujuk kepada sebuah agama, ras atau suku
bangsa. Sebagai agama, istilah ini merujuk kepada umat yang beragama
Yahudi.
Berdasarkan etnisitas, kata ini
merujuk kepada suku bangsa yang berasal dari keturunan Eber (yang disebut
"Ibrani") atau Yakub (yang juga bernama "Israel") anak Ishak anak Abraham (Ibrahim) dan Sara, atau keturunan Suku
Yehuda, yang berasal dari Yehuda anak Yakub. Etnis Yahudi juga termasuk Yahudi yang tidak beragama
Yahudi tetapi beridentitas Yahudi dari segi tradisi.
Agama Yahudi
adalah kombinasi antara agama dan suku bangsa. Agama Yahudi dibahas lebih
lanjut dalam artikel agama Yahudi; artikel ini hanya membahas dari segi
suku bangsa saja. Kepercayaan semata-mata dalam agama Yahudi tidak menjadikan
seseorang menjadi Yahudi. Di samping itu, dengan tidak memegang kepada
prinsip-prinsip agama Yahudi tidak menjadikan seorang Yahudi kehilangan status
Yahudinya. Tetapi, definisi Yahudi undang-undang kerajaan Israel tidak termasuk
Yahudi yang memeluk agama yang lain.
Secara etimologi kata
"Yahudi" diambil menurut salah satu marga dari dua belas leluhur Suku
Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda. Yehuda ini adalah
salah satu dari 12 putera Yakub, seorang nabi yang hidup sekitar abad 18 SM dan bergelar Israil. Seluruh
turunan dari 12 putera Yakub (Israel) itu dikenal dengan sebutan Bani
Israel (keturunan langsung Israel) yang kemudian berkembang menjadi besar
dinamakan menjadi Suku Israel.
Setelah
berabad-abad turunan Yahudi berkembang menjadi bagian yang dominan dan
mayoritas dari Bani Israel, sehingga sebutan Yahudi tidak hanya mengacu kepada
orang-orang dari turunan Yahuda, tapi mengacu kepada segenap turunan dari Israel (Yakub).
Pada awalnya
bangsa Yahudi hanya terdiri dari satu kelompok keluarga di antara banyak kelompok
keluarga yang hidup di tanah Kan’an pada abad 18 SM. Ketika terjadi bencana
kelaparan di Kan’an, mereka pergi mencari makan ke Mesir, yang memiliki
persediaan makanan yang cukup berkat peran serta Yusuf. Karena kedudukan Yusuf
yang tinggi di Dinasti Hyksos, Mesir, seluruh anggota keluarga Yakub diterima dengan
baik di Mesir dan bahkan diberi lahan pertanian di bagian timur laut Mesir.
Pada akhirnya
keseluruh bangsa Israel, tanpa memandang warga negara atau
tanah airnya, disebut juga sebagai orang-orang Yahudi dan begitu pula semua
pemeluk agamanya disebut dengan nama yang sama pula. Meskipun sering mengklaim
diri sebagai pewaris keluarga Yakub (orang Israel), hal ini sering dipertanyakan dan oleh
berbagai pakar sejarawan,[13][14]
oleh karena sulit untuk membuktikan secara biologis bahwa darah "orang
Yahudi" secara langsung memiliki garis keturunan sebagai orang
Israel. Sebagaimana orang Israel Samaria (Kesepuluh Suku Israel) yang mengalami
pengusiran oleh pasukan Assyiria dan keturunan mereka tidak kembali semuanya ke tanah
air melainkan berbaur diantara penduduk bangsa-bangsa lain. Sementara orang
Israel Judea, yang beberapa kali mendapat pengusiran di
zaman Babilonia dan Romawi, telah berpencar ke
berbagai bangsa dengan mengggabungkan diri kepada bangsa-bangsa asing sehingga
kehilangan identitas sebagai orang Israel asli walaupun mereka pernah tinggal
di tanah air mereka sejak zaman Ezra hingga zaman kaisar Romawi Titus. Banyak pakar sejarawan yang
meragukan keaslian ras Yahudi sebagai keturunan orang Israel dan lebih sepakat
dengan sebutan bangsa Zionis,[15]
sebab pada dasarnya siapapun orang dari berbagai etnis dan latar belakang dapat
menjadi orang Yahudi baru (proselit).
· Orang yang Berhak Disebut Yahudi
Halakha, atau hukum-hukum agama
Yahudi, memberikan definisi Yahudi kepada seorang yang:
o Seorang
anak yang terlahir dari ayah dan ibu Yahudi disebut Yahudi asli,
o Seorang
anak yang terlahir dari ayah Yahudi dan ibu dari bangsa lain, Yahudi campuran
ini termasuk kategori Yahudi Kelas Dua,
Definisi ini diwajibkan oleh Talmud, sumber
Hukum-Hukum Tak-tertulis yang menerangkan Taurat, kitab suci
asal hukum-hukum Yahudi (lima kitab pertama kitab Tanakh/Perjanjian
Lama). Menurut Talmud, definisi ini dipegang semenjak pemberian Sepuluh Perintah Allah di Gunung Sinai
kira-kira 3.500 tahun dahulu kepada nabi Musa. Sejarawan Yahudi
non-Ortodoks berkeyakinan bahwa definisi ini tidak diikuti sehingga tidak lama
berlaku, tetapi ia mengaku bahwa definisi ini digunakan sekurang-kurangnya
2.000 tahun sampai saat ini.
Pada akhir abad ke-20,
dua kumpulan Yahudi (terutama di Amerika
Serikat) yang liberal dari segi teologi, Yahudi Reformasi dan Yahudi
Rekonstruksi telah membenarkan orang yang tidak memenuhi kriteria tersebut
untuk menyebut diri mereka sebagai Yahudi. Mereka tidak lagi mewajibkan orang
memeluk agama tersebut demi memenuhi adat istiadat pemelukan tradisional, dan
mereka menganggap seseorang sebagai Yahudi jika ibu mereka bukan Yahudi,
asalkan berayah Yahudi. Yahudi adalah agama tertutup.
· Kelompok Yahudi
Dewasa ini ada sejumlah kelompok Yahudi utama:
- Kaum Ashkenazim;
- Kaum Sefardim;
- Kaum Mizrahim atau "Orang dari Timur"[1].
2.2 Proses
Bangsa Yahudi Membentuk Suatu Negara (Israel)
Sebelum terbentuk suatu negara, ada beberapa tahap
atau fase yang dilakukan oleh bangsa Yahudi dalam rangka mewujudkan impianya
tersebut. Tahap tahap tersebut antara lain:
·
Gerakan
Pembaharuan dalam Yahudi
Gerakan
modern dalam Yahudi langsung maupun tidak langsung berakar dari masa
‘pencerahan’ yaitu gerakan pemikiran yang timbul pada abad XVIII di belahan
Eropa. Gerakan ini sangat mengagungkan pikiran, bersifat liberal, kemanusiaan,
dan menjunjung ilmu pengetahuan dan banyak penemuan-penemuan ilmiah.
Dalam bidang agama, kekuatan akal menolak semua bentuk
dogma, otoritas agama dan tradisi. Setiap orang bebas menganut agamnya sendiri.
Dalam bidang sosial politik, ia menentang segala macam bentuk ketidaktoleran
juga absolutisme. Sebaliknya menuntut kemerdekaan, kebebasan dan persamaan
dengan semua orang.
Gerakan pembaharuan mulai tercetus di negeri Belanda
dan Inggris kemudian Prancis. Di sini ide mencapai puncaknya dalam revolusi
Prancis yang mencanangkan tentang hak-hak asasi manusia dengan menghancurkan
rintangan, baik dari penguasa gereja atau negara.
Penetrasi masa pencerahan ini ke dalam masyarakat
yahudi adalah berkat jasa seorang keturunan Yahudi penganut filsafat rasionalis
yaitu Moses Mendelsonhn (1726-1786). Ia telah berhasil menerangkan hubungan
antara akal dengan agama ia mengubah konsepsi Yahudi tentang kepercayaan, dan
menolak untuk mengakui bahwa tidak satupun aspek kepercayaan, yang dapat
dipahami tanpa pertolongan akal.
Mendelsonhn berkeyakinan bahwa cara yang terbaik untuk
digunakan dalam mencapai segala tujuan perjuangan umat Yahudi, adalah
membuktikan bahwa Yahudi itu pada prinsiopnya cocok dengan rasio modern. Ia
juga berjuang untuk mendapatkan persamaan dalam bidang pendidikan kaum Yahudi,
dengan memperluas pengetahuan umatnya tentang Talmud dan pengalaman
ajaran-ajaranya, serta menyebarluaskan ke dalam berbagai bidang kebudayaan
Eropa.
Gagasan Mendelsonhn mendatangkan hasil dengan
berdirinya sekolah Yahudi yang pertama di Berlin pada tahun 1778. Permulaan
emansiapasi yang sesungguhnya dimulai pada tahun 1791. Dengan Naional Prancis
menghidupkan prinsip toleransi agama, dan memberikan status kependudukan kepada
orang-orang Yahudi yang sebelumnya terjadi diskriminasi antara umat Yahudi
dengan penduduk setempat.
Pada abad XIX, emansipasi Yahudi hampir tercapai
sepenuhnya di semua negara Eropa dan Amerika. Orang Yahudi sudah memperoleh
persamaan status sosial dan dapat berpartisipasi membangun negara. Gerakan
pembaharuan yangb dikumandangkan, ditafsirkan dengan berbagai versi. Samuel Haldheim
(1806-1874) mengemukakan bahwa agama Yahudi hanya semata-mata agama, tidak ada
unsur kebangsaan di dalamnya, dan mereka mengadakan satu pembaharuan dalam
bidang kepercayaan, hukum dan ibadat agama Yahudi.
Golongan konservatif mengambil pembahruan dalam bidang
agama, seperti doa dalam bahasa Inggris dengan memakai organ pengiring, dan
lain-lain. Lalu dalam bidang kepercayaan, golongan ini mengakui adanya wahyu
Tuhan, khusunya terhadap Israel, menerima paham kebangsaan Yahudi, dan
mengharapkan kembali tanah air Israel lama. Ada tiga dasar pokok golongan
konservatif, yaitu:
a)
Menjaga keutuhan dan kesatuan Israel;
b)
Mempertahankan tradisi Yahudi;
c)
Pembinaan Intelektual Yahudi.
Leopold Zunz
(1749-1886) merupakan pelopor dalam bidang Intelektual, atau yang lebih dikenal
gerakan ilmiah Yahudi. Sementara timbul kesadaran bahwa agama Yahudi harus
dijelaskan dengan bahasa modern sebagai istilah-istilah yang mudah dipahami
oleh kaum intelektual dan masyarakat pada waktu itu.
Seminari pertama didirikan adalah Collegio Rabbinico
di Padna tahun 1823, dan tahun 1824 dibangun seminari Israelite de France di
Metz, kemudian tahun 1859 di pindahkan ke Paris. Pada tahun 1885 di London
berdiri lembaga pendidikan Yahudi yang dipimpin oleh Rabbi Nathan Marcus Alder
(1803-1890), dan Sir Moses Montefiore (1784-1885). Demikian juga di Rusia,
polandia, dan Hungaria, dibangun sekolah untuk para Rabbi.
Pada saat itu, di dunia barat terdapat perselisihan
dan perpecahan di kalngan umat Yahudi. Mengamati situasi yang demikian, maka
menurut mosses Hess (1812-1875) yang dapat menyelamatkan yahudi hanyalah
Nasionalisme Yahudi.
·
Sejarah
Berdirinya Gerakan Zionisme
Iatilah
Zionisme berasal dari akar kata Zion atau Sion yang pada masa awal sejarah
Yahudi merupakan sinonim perkataan Yerussalem. Zion adalah berasal dari bahasa
Inggris, dalam bahasa latin disebut sion, dan bahasa Ibraninya adalah Tsyon.
Arti dari istilah ini adalah “bukit” yaitu bukit suci Jerussalem-Jerussalem
Surgawi-juga berarti Theokrasi Yahudi. Sion juga diartikan sebagai bukit yang
tinggi, tempat berdirinya bait suci yang didirikan Sulaiman. Zion juga ditunjuk
sebagai kota Jerussalem sebagai kota yang tidak kentara, kota Allah tempat
tinggal Yahweh.
Zion menurut para sarjana merupakan sebuah nama bukit
yang diceritakan dalam perjanjian lama, yaitu salah satu nama bukit disebelah
timur dari dua bukit di wilayah Jerussalem ibu kota kerajaan Israel pada masa
Raja Daud.
Sebelumnya, istilah Zionisme pernah digunakan untuk
menyebutkan komunitas yahudi penganut Yudaisme yang mengharap datangnya seorang
juru selamat, yang akan membawa mereka pada kerajaan Tuhan.
Latar belakang munculnya gerakan Zionisme disebabkan
hak sosial, ekonomi, politik, budaya, dan agama mereka ditindas ketika mereka
terpaksa hidup diaspora dalam beberpa negara. Dari sinilah muncul kesadaran
orang-orang Yahudi yang hidup di berbagai negara mengakhiri penderitaan dengan
kembali ke negeri leleuhur. Penindasan yang mereka alami sejak masa “Great
Diaspora” pada tahun 70 M berlanjut terus. Di Spanyol ketika Ferdinan dan
Issabela berkuasa, mereka melakukan penindasan, pengusiran, dan pembantaian
para orang Yahudi. Hal yang sama juga terjadi di Rusia, terutama ketika
pengangkatan Alexander II tahun 1881.
Istilah Zionisme atau Zionis Movement secara utuh
dipopulerkan oleh bapak Yahudi Dunia, Theodore Herzl, di Vienna, 1895.
Perkembangan gerakanya sebagai berikut:
1)
Dideklarasikan secara tidak formal di Rusia;
2)
Kegiatanya mulai terorganiasasi dan berpusat di
Romania;
3)
Megalami masa kebangkitan sehubungan dengan dukungan
Ratu Ingris yang berpusat di London;
4)
Masa pengakuan dunia terhadap Israel yang berpusat di
Amerika Serikat.
Perkembangan
pertama dan kedua menginginkan berdirinya negara Yahudi di Argentina atau
Ethiopia atau Uganda. Kemudian dalam perkembanganya zionisme bertujuan
mendirikan negara Yahudi di Palestina.
Dukungan Inggris terhadap Yahudi muncul ketika terjadi
perang dunia I (1914-1918) Inggris terlihat terlibat dalam dalam perang
tersebut melawan Jerman dan bekerjasama dengan Zionisme.
·
Migrasi
Yahudi dan Berdirinya Negaara Israel di Palestina
Pada awal
gelombang imigrasi Yahudi, hanya 24.000 Yahudi tinggal di Palestina. Aktivitas
produksi di bidang pertanian dan industri. Ini mengarah pada upaya besar yang
dilakukan oleh Yahudi untuk bermukim di tanah yang baru diakui Palestina. The Alliance Israelite Universelle
mendirikan sekolah untuk ekonomi pertanian di Jaffa (Mikveh Israel) pada 1870,
dan pada 1878 Yahudi dari Yerussalem mendirikan pemukiman pertanian pertama.
Ini diserahkan pada: 1881'. Itu semua adalah
upaya pendahuluan. Baru setelahz1882, koloniasi Yahudi benar-benar
dimulai;suatu kolonisasi untuk mengubah wajah Palestina.
Sementara itu, kampanye politik Zionis
di Inggris mulai berdampak positif yang dilakukan oleh Chaim Weizmann. Selain
itu, ada kepentingan Inggris di Timur- Tengah ketika Turki Utsmani mulai lemah.
Weizmann mampu menangkap peluang tersebut.
Pada tahun 1883 Baron Edmond de
Rathchild dari Paris (184521934) aktif berjuang untuk pemukiman Yah'ådi di
Palestina. Pada masa kepemimpinan Theodore Her-I (1860-909), terjadi perubahan
mendasar, yaitu menghentikan gerakan kebangsaan yang bercorak filsafat dan
agama dengan menyatukan dalam satu gerakan organisasi yang bercorak
"politik" Idenya dituang dalam buku 'Der Yudenstaat" atau Negara
Yahudi yang dengan tegas menyatakan bahwa "Yahudi harus mempunyai negara
sendiri.
Ide Herzl ini ditentang oleh para rabbi
Yahudi di Amerika dan para ilmuwan Yahudi, termasuk Einstein. Mereka menyatakan
ketidaksetujuannya untuk mendirikan sebuah negara Yahudi, dan menolak
berimigrasi ke Palestina. Alasan mereka menolak Zionisme adalah karena
pendirian negara Yahudi di Palestina akan mengakibatkan terjadinya pertikaian
dengan penduduk asli yang telah mendiami tempat tersebut selama berabad-abad.Di
samping itu, Zionisme akan membangkitkan kecurigaan terhadap orang-orang Yahudi
yang saat itu tersebar di seluruh dunia. Mereka akan dituduh mempunyai
kesetiaan ganda dan kewarganegaraan rangkap.
Marti Buber salah seorang pemikir besar
Yahudi abad ke-20, telah mengecam keras pemutarbalikan dan penyimpangan
Zionisme dari gerakari keagamaan menjadi gerakan politik dan nasionalisme
Yahudi yang sempit. Menurutnya, pemutarbalikan
itu bukan berasal dari Yudaisme, tetapi dari nasionalisme Eropa.
Walaupun banyak mendapat tantangan, ide Herzl terbukti menarik minat warga Yahudi di seluruh dunia
sehinggaserakan Aliyah30 terus berlanjut dan bahkan semakin banyak orang Yahudi
yang bermigrasi ke wilayah Palestina.
Herzl juga mengajukan ide messianis
dalam gerakannya dengan tegas menyatakan bahwa "dunia akan bebas dengan
kemerdekaan dengan kebesaran kita, Apa_yang-akan kita usahakan adalah kejayaan
kemanusiaan" negara Yahudi yang dapat melindungi bangsa Yahudidari segala
penindasan dan penderitaan. Untuk merealisasikanidenya ini, diadakan konferensi
Zionis y_ang pertama pada tahun 1897 di Basle, Swiss. Kongres tersebut
dilakukan dalam bentuk pertemuan seperti parlemen (negara) Yahudi sedafig
bersidang. Herzl menj alankan kedudukkanya sebagai ketua gerakan Zionis
sebagaimana peranan seorang kepala negara. Dengan instrument baru yang
diciptakannya, mereka menerbitkan sebuah surat kabar resmi yang menjadi sarana
untuk memberitakan kegiatannya. Dalam catatannya di Kongres Pertama Zionis pada
tahun 1897: "Di sini saya sudah mendirikan negara Yahudi.
Ide tersebut kemudian berkembang dalam
'bentuk pemikiran baru yang dikembangkan oleh para messianic Evengelik. Hal ini
terungkap dalam konsep eskatolögi Yahudi sejak abad ke-19. Adanya salah satu
kepercayaan terhadap hari akhir (eskätologi) agama Yahudi yaitu percaya akan
kembalinya eka". di. Palestina, orang-orang Yahudi ke tanah "leluhur
Mereka mempunyai hak yang tidak dapat dipu kiri. Restorasi fisik, dan
.keagamaan yang merupakan akhir da diaspora, berkumpulnya mereka di Holy Land.
Kongres ini mempertimbangkan pembentukan
kediaman nasional (national home) di Amerika Latin, Afrika Selatan, Kongo, dan
Cyprus. Tetapi, meréka memutuskan dan memilih Palestina. Rumusan tersebut lebih
jauh menyatakan "tujuan zionisme adalah memperoleh tempat kediaman yang
sah, dan mendirikan negara Yahudi di Palestina. Kemudian, mereka mulai
mempersiapkan dan melakukan berbagai upaya termasuk lobi-lobi kepada
negara-negara besar yang berpengaruh untuk dapat mewujudkan harapan mereka.
Zionisme mendirikan organisasi-organisasi
yang terdiri dari federasi- federasi, dan lembaga-lembaga kemasyarakatan Yahudi
di seluruh dunia, seperti federasi Zionis Inggris, federasi Zionis Amerika, dan
lain sebagainya.. Organisasi Yahudi Internasional ini bergerak dalam bidang
keuangan yang mewajibkan setiap anggota membayar (iuran) tetap, yaitu setiap
tahun sebesar
satu shilling per jiwa atau senilainya. Pada tahun 1899, berdiri badan usaha Jewish Colonial Trust Ltd, sebagai lembaga keuangan Yahudi, atau sebelumnya pada tahun 1897 sudah didirikan pusat pengumpulan dana Yahudi yaitu Jewis National Fund untuk melaksanakan pembelian tanah di Palestina sebagai hak milik umat Yahudi, dan tidak diperjualbelikan.
satu shilling per jiwa atau senilainya. Pada tahun 1899, berdiri badan usaha Jewish Colonial Trust Ltd, sebagai lembaga keuangan Yahudi, atau sebelumnya pada tahun 1897 sudah didirikan pusat pengumpulan dana Yahudi yaitu Jewis National Fund untuk melaksanakan pembelian tanah di Palestina sebagai hak milik umat Yahudi, dan tidak diperjualbelikan.
Prinsip nasionalisasi tanah-tanah
Palestina, dan usaha-usaha yang bersifat kdoperatif yang dilaksanakan oleh
Funding ini menjadikannya sebagai satu badan yang sangät berguna bagi
kolonisasi Yahudi di Palestina, juga dalam bidang sosial ekonomi pada umumnya.
Selama masa dan sesudah Perang Dunia I antara tahun 1919-1938, lembaga keuangan
ini telah tersebar luas di seluruh dunia. Dalam periode selanjutnya, lembaga
keuangan Yahudi ini berkembang pesat dan menguasai perekonomian dunia. Hal ini
berlangsung hingga sekarang.
Keberhasilan umat Yahudi menguasai lalu
lintas perekonomian menyebabkan mereka dapat membiayai gerakan perjuangan untuk
menguasai Palestina, dan memengaruhi negara-negara Barat untuk mendukung
cita-cita tersebut. Berbagai usaha dilakukanYahudi untuk mewujudkan keinganya,
antara lain:
1) Usaha
dari dalam, yaitu orang-orang Yahudi haus berusaha keras untuk menduduki negeri
tersebut;
2) Usahå
dari luar, yaitu mencari tujuan yang dapat mendukung dalam merealisasikan
tujuan mereka di atas.
Edward
Gazalet, seorang industrial Inggris, mendirikan daerah pemukiman di Palestina
pada tahun 1878-1879 dengan tujuan mengembalikan Yahudi ke Palestina dan
menciptakan ikatan abadi antara Inggris dan Palestina. Begitu pula yang
dilakukan perusahaan "Palestine Exploration Fund", perusahaan yang
menjamin pembayaran pajak pendapatan konstan tinopel. Tugas perusahaan adalah
mengembalikan posisi Yahudi di Palestina sedikit demi sedikit, sampai?alestina
benar-benar di bawah kepemilikan dan kontrol mereka.38 Usaha pembelian tanah di
Palestina mulai dilakukan, dan umat Yahudi dari Rusia, Polandia, Rumania, dan
negara-negara lain mulai masuk ke Palestina sebagai imigran.
Mereka
juga mengadakan pendekatan pada Sultan Turki Utsmani pada 7 Mei 1901 sebagai
penguasa Palestina, dan memberikan tawaran berbagai materi supaya penguasa
Turki Utsmani memberi izin kepada orang-orang Yahudi untuk tinggal di
Palestina. Penguasa Turki Utsmani menolak memberi izin, bahkan Sultan Abdul
Hamid — penguasa Turki Utsmani menolaknya dengan keras.
Setelah
gagal melakukan pendekatan kepada Turki, mereka beralih kepada Inggris, dan
mendapat respons positif. Tetapit Inggris juga menawarkan alternatif Uganda,
namun mereka menolak tawaran tersebut.
Ide
restorasi Yahudi beriringan kuat dengan kepentingan imperialis. Ketertarikan
Eropa kepada Palestina di abad ke- 19 dapat dibagi dalam dua tingkat. Pertåma,
dimensi politik di antara pemerintahan Eropa karena letak geografis Palestina
sangat strategis yang berada di lingkungan dunia Arab (Islam). Kedua aspirasi
sosial yang sangat terkait dengan berkembangnya ide perang salib damai
(Peaceful crusade) di kalangan orang-orang Kristen Ortodok dan Yahudi untuk
menguasai kota suci Jerusalem.
Pascaperang
Dunia 1 usaha pehdekatan kepada Pemerintahan Inggris semakin gencar dilakukan
pada saat yang sama Turki kalah perang. Para pemimpin Zionis mendesaklnggris
agar mendukung deklarasi mereka, karena mereka banyak
berjasa pada Inggris dalam membiayai .Perang Dunia Jika mereka mendukung, mereka dijanjikan akan memperoleh keuntungan dengan mengamankan Terusan Suez .sehingga kepentingan dan keamanan Inggris di Timur,Tä1gah akan terjamin.
berjasa pada Inggris dalam membiayai .Perang Dunia Jika mereka mendukung, mereka dijanjikan akan memperoleh keuntungan dengan mengamankan Terusan Suez .sehingga kepentingan dan keamanan Inggris di Timur,Tä1gah akan terjamin.
Lobbi
Yahudi terhadap Inggris menghasilkan Deklarasi Balfour pada tanggal-12 November
1917 yang ditandatangani Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour di
mana Inggris mengakui hak-hak Yahudi yang bersej arah atas Palestina,
selanjutnya bersedia menyediakan fasilitas guna terbentuknya satu tempat
tinggal yang bersifat nasional bagi umat Yahudi. Pengakuan Intérnasional
terhadap deklarasi ini baru terjadi tiga tahun kemudian, yaitu ketika Liga
Bangsa-Bangsa menyerahkan 'alestina
sebagai mandat kepada Inggris supaya Inggris dapat nelaksanakan janjinya.
Dengan
demikian ada dua peristiwa sejarah penting yang pondasi bagi berdirinyä Negara
Yahuüi di Palestina Pertama Perjanjian
Sykes-Picot 1916 antara Inggris dan Prancis yang membagi peninggalan dinasti
Utsmani di Wilayah Arab. Pada perjanjian tersebut ditegaskan bahwa Prancis
mendapat wilayah jajahan Suriah dan Libanon, sedang Inggris memperoleh wilayah
jajahan Irak dan Jordania. Sementara Palestina dijadikan status wilayah
Internasional. Kedua,. Deklarasi Balfour tahun 1917 yang menjanjikan sebuah
negara bagi Yahudi di tanah Palestina pada gerakan Zionisme.
Payung
legitimasi Sykes-Picot dan perjanjian Balfour tersebut, warga Yahudi dari Eropa
mulai melakukan migrasi ke Palestina. pada tahun 1930-an, Zionisme berhasil
mendapatkan persetujuan Inggris untuk memasukkan imigran Yahudi secara
besar-besaran, dan mendapatkan reaksi yang cukup keras dari rakyat Palestina.
Mulai
saat itu imigran Yahudi semakin meningkat ke Palestina, misalnya antara tahun
1920-1924 imigran Yahudi berjumlah 42.784 orang, tahun 1925-1929 naik menjadi
57.022 orang, tahun 1930-1934 menjadi 91.258 orang. Dan pada tahun 1940
penduduk Palestina 1.529.559 orang sedangkan umat Yahudi terdiri dari 456.743
orang.
Mereka
umumnya bermukim di kota, dan menguasai serta membangun industri utama, seperti
Perusahaan Listrik Palestina Company Caran Abu Palestina, dengan memanfa tkan
kekayaan mineral laut mati. Keduanya didirikan pengusaha Yahudi. Dalam bidang
pertanian dibangun irigasi' dengan alat-alat modern. Mereka menghidupkan
kembali bahasa Yahudi dengan membangun sekolah-sekolah terbaik dalam Bahasa
Yahudi. Akhirnya mereka mendirikan universitas di Mount Scofus sebagai suatu
lembaga ketetapan hati mereka bahwa daerah tempat tinggal itu dibangun di atas
pondasi rohaniah.
Gelombang
imigrasi yang sangat cepat, dominasi Yahudi terhadap sumber-sumber alam, dan
sikap kolonialisasi Yahudi, menimbulkån protes keras dari bangsa Arab Palestina
sebagai penduduk asli sehingga kerusuhan sering terjadi. Pada bulan Agüstus
1929 terjadi kerusuhan di Jerusalem. Kerusuhan ini dengan cepat ditekan oleh
Inggris.
Percaturan
politik Timur Tengah mendapat kemajuan dengan adanya gerakan kemerdekaan dan
institusi demokrasi. Seperti Suriah sebagai jajahan Prancis merdeka tahun 1936.
Di bawah keadaan seperti itu ketegangan di Palestina meningkat. Bangsa Arab
Palestina menuntut kemerdekaan dan pemerintah sendiri yang demokratis.
Pada
tahun 1935 semua partai Arab bersatu dan menyerahkan satu memorandum yang
menuntut berdirinya pemerintahan yang demokratis, melarang pemindahan
tanah-tänah orang Palestina kepada orang:orang Yahudi, dan penghentian imigran
Yahudi sampai kapasitas negeri yang terserap ditentukan sebaliknya. Kaum Zionis
menolaknya. Den an licik mereka mengatur oposisi Parlememlnggris terhadap
usulan itu sehingga tuntutan bangsa Arab ditolak
Kemudian,
pemerintahan Inggris bersama delegasi Palesti'na melakukan kongres di London
pada September 1946 sampai Februari 1947. Namun, tidak menghasilkan keputusan
apa-apa untuk Palestina. Pemerintah Inggris akhirnya melimpahkan masalah
Palestina kepada PBB.
PBB
kemudian membentuk komite khusus untuk mencari penyelesaian masalah Palestina.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan studi lapangan, komite ini mengajukan
dua usulan. Pertanta, membagi dua tanah Palestina untuk Yahudi dan Arab. Kedua,
membentuk negara federal antara Yahudi dan Arab.
PBB,
atas desakan AS, menolak dua usulan dari komite itu. Kemudian, melempar masalah
Palestina ke forum siding Majelis Umum PBB pada 29 November 1947. Pada saat
itu pula MU PBB mengadakan pemungutan
suara, dan hasilnya eluar resolusi P BB No. 181 yang menegaskak membagi, dua
tanah Palestina untuk Yahudi dan Arab, serta memberi jangka waktu kekuasaan
pemerintah protektorat Inggris di tanah Palestina sampai bulan Agustus 1948.
Resolusi
No. 181 tersebut menegaskan pembagian tanah Palestina menjadi dua bagian, yaitu
56 persen untuk Yahudi dan 44 persen untuk Arab. Tada acara, pemungutan suara
resolusi tersebut praktis tidak menemui hambatan„ yakni tercatat 33 negara
mendukung,13 menolak dan 10 abstain.
Perselisihan
itu diselesaikan dengan keluarnyaResolusi PBB tanggal 29 November 1947 untuk
mengakhiri mandat Inggris atas Palestina. Dan selanjutnya Palestina dibagi dua
daerah, yaitu satu daerah Yahudi dan yang lain daerah Arab. Yahudi melakukan
pembersihan wilayahnya dari rakyat Palestina. Allisi Yahudi semakin kuat untuk
memiliki Palestina, dengan menyerang daerah-daerah Arab Palestina, seperti
peristiwa di Deir Yasin tempat terjadi pembantaian besar-besaran, yang menelan
korban 254 orang, yang sebagian besar warga sipil wanita dan anak-anak serta
orang tua. Pembantaian ini dilakukan pasukan Irgun yang dipimpin. Menachem
Begin di Deir Yasin. Deir Yasin merupakan wilayah yang menurut resolusi PBB
dinyatakan sebagai zona internasional yang terkait pada Jerusalem.
Pembunuhan
warga sipil ini adalah kebijaksanaan resmi zionisme waktu itu. Mereka juga
merebut daerah-daerah yang sebenarnya ditentukan menjadi milik Arab, yaitu Jaff
(1948), Haefa, Saris, Qastal, Tihenias, dan Arce pada bulan Mei 1948 48
Tanggal
14 Mei 1948 Ben Gurion sebagai pimpinan Zionisme mengundang seratus orang
terkemuka dan para wartawan untuk menghadiri pertemuan di Museum Tel Aviv, dan
ia memproklamasikan berdirinya negara Yahudi di Palestina yang dinamakan Negara
Israel.
Inilah
hasil gemilang dari gerakan pembaruan yang terjadi di kalangan umat Yahudi
internasional. Dengan melewati berbagai fase, mengkristal dalam bentuk gerakan
politik kenegaraan, akhirnya mencetuskan negara Yahudi. Telah membuka front
permusuhan dengan negara-negara Arab secara terus menerus. Yahudi juga
menganggap dan selalu berupaya untuk menjadi negara terkuat di Timur Tengah
dengan berusaha menghancurkan negara Arab yang dianggap berbahaya bagi keamanan
negara dan eksistensi Israel sendiri[2].
2.3 Perkembangan Bangsa Yahudi
Setelah Mendirikan Suatu Negara (Israel)
Dalam
menguraikan hal ini, yaitu mengenai perkembangan bangsa Yahudi yang telah
mendirikan suatu negara yaitu Israel, maka akan dibahas negara Israel dengan
berbagai aspek yang dimiliki.
·
Negara
Israel
Israel
adalah sebuah negara kecil dipinggiran timur Laut Tengah. Di seputar negara
mengaku sebagai tempat tinggal orang-orang Yahudi ini, ada sejumlah negara
Arab. Di sebelah utara ada Lebanon , di Timur ada Yordania dan Suriah, di barat
daya ada Mesir.
Israel
mempunyai luas sekitar separuh Belanda. Lebih dari setengahnya adalah padang
pasir. Jarak antar kota-kota penting sangat dekat. Antara Tel Aviv (barat) dan
Jerusalem (timur) hanya berjarak 40 mil, dari Tel Aviv ke Haifa (utara) atau
Beersheba (selatan) berjarak 60 mil
(Borthwick, 1980: 86).
Negara
Israel resmi berdiri sejak proklamasi kemerdekaannya pada 14 Mei 1948. Dengan
kemerdekaan ini, cita-cita orang Yahudi yang tersebar di berbagai belahan dunia
untuk mendirikan negara sendiri tercapai. Mereka telah melaksanakan “amanat”
yang disampaikan Theodor Herz dalam tulisannya Der Iudenstaat (Negara Yahudi)
sejak 1896.
Melihat
letak geografisnya Israel berbeda dengan negara-negara lain di wilayah Timur
Tengah. Israel adalah negara Yahudi dikelilingi oleh negara dengan mayoritas
Muslim. Orang Israel kebudayaannya bergaya hidup barat, namun hidup ditengah
masyarakat dengan kebudayaan timur[3].
a) Pemerintahan dan Politik
Israel
merupakan negara republik
demokrasi
dengan sistem parlementer.
Presiden Israel
adalah kepala negara,
namun tugas-tugasnya sangat terbatas dan hanyalah seremonial. Anggota
parlemen yang didukung oleh mayoritas di dalam parlemen menjadi Perdana
Menteri. Biasanya yang menjadi perdana menteri adalah ketua
Partai terbesar. Perdana Menteri adalah kepala pemerintahan
dan ketua kabinet.
Israel diperintah oleh 120-anggota parlemennya, yang dikenal sebagai Knesset.
Anggota-anggota Knesset berasal dari berbagai partai yang dipilih dalam
pemilihan parlemen.Biasanya pemerintahan yang terbentuk adalah pemerintahan
koalisi.
b) Militer
Angkatan Pertahanan Israel
terdiri dari Tentara Israel,
Angkatan Udara Israel,
dan Angkatan Laut Israel.
Angkatan pertahanan ini didirikan semasa Perang Arab-Israel 1948
dengan mengkonsolidasi organisasi-organisasi paramiliter
utamanya Haganah yang
telah berdiri sebelum Israel berdiri. Angkatan Pertahanan Israel
juga dibantu oleh Direktorat Intelijen Militer Israel (Aman) yang
bekerja sama dengan Mossad
dan Shabak.
Angkatan Pertahanan Israel telah terlibat dalam beberapa perang besar dan
konflik perbatasan walaupun usianya yang masih relatif muda, membuatnya menjadi
salah satu angkata bersenjata yang paling terlatih di dunia.
c) Ekonomi
Israel dianggap sebagai salah
satu negara termaju di Asia Barat Daya dalam hal pembangunan ekonomi dan
industri. Negara ini menduduki peringkat nomor 3 di kawasan tersebut menurut Indeks Kemudahan Berbisnis Bank Dunia
dan Laporan Daya Saing Global Forum Ekonomi Dunia.
Pada tahun
2007, Israel memiliki produk domestik bruto ke-44 terbesar dan
pendapatan per kapita ke-22 tertinggi (berdasarkan keseimbangan kemampuan berbelanja)
di dunia sebesar AS$232,7 miliar dan AS$33.299 secara berurutan. Pada tahun
2007, Israel diundang untuk bergabung ke dalam Organisasi untuk
Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) yang bertujuan untuk meningkatkan
kerja sama antar negara-negara yang menjunjung prinsip-prinsip demokrasi dan
ekonomi pasar
bebas.
Walaupun
sumber daya alam Israel terbatas, pembangunan yang intensif pada sektor
agrikultur dan industri selama puluhan tahun menjadikan Israel dapat
berswasembada pangan secara garis besarnya, terkecuali pada serealia dan daging sapi. Pada
tahun 2006, impor Israel mencapai AS$47,8 miliar, yang terdiri dari bahan
bakar fosil, bahan-bahan mentah, dan peralatan militer. Komoditas ekspor
utama Israel meliputi buah-buahan, sayur-sayuran, obat-obatan, piranti
lunak, bahan-bahan kimia, teknologi militer, dan intan; pada tahun
2006, ekspor Israel mencapai AS$42,86 miliar.
d) Ilmu pengetahuan, teknologi, dan pendidikan
Israel
memiliki angka harapan sekolah (didefinisikan sebagai tahun lamanya seorang
anak berumur 4 tahun diharapkan dapat mengenyam pendidikan pada masa depan)
tertinggi di Asia Barat Daya
dan menduduki peringkat kedua setara dengan Jepang
di Asia
(setelah Korea Selatan).
Israel juga memiliki angka melek huruf tertinggi di seluruh Asia Barat daya.
Hukum Pendidikan Negara Israel yang diundang-undangkan pada tahun 1953 membagi
sekolah menjadi lima macam: sekolah negeri sekuler, sekolah negeri agama,
sekolah ultra ortodoks, sekolah permukiman komunal, dan sekolah Arab. Sekolah
negeri sekuler merupakan sekolah yang terbesar dan dihadiri oleh mayoritas
murid-murid Yahudi dan non-Arab di Israel. Kebanyakan warga negara Israel
beretnis Arab mengirimkan anaknya ke sekolah-sekolah yang berbahasa Arab[4].
e)
Politik
Dalam Negeri
Jauh
sebelum Israel berdiri masyarakat Yahudi mendirikan apa yang dinamakan Histadrut, pada tahun 1920. Ketika
Israel belum lahir Histadrut
mengorganisir para imigran, menyiapkan pasukan para Yahudi, membangkitkan
kembali kebudayaan dan bahasa Yahudi, dan nmembeli tanah untuk pemukiman.
Sebelum
pemilu 1965, aspirasi politik Histadrut disalurkan
melalui Partai Buruh. Tetapi, sejak tahun 1965 mereka terpecah. Ada yang
mendukung Partai Likud. Histadrut
bukan merukan tataran struktur politik Israel. Ia hanyalah salah satu kelompok
kepentingan (interest group) yang sangat berperan dalam system politik Israel.
Israel adalah penganut demokrasi parlementer yang meliputi kekuasaan legislative,
eksekutif, dan yudikatif.
Sebagai
penganut demokrasi parlementer, parlemen Israel mempunyai kedudukan yang sangat
strategis. Parlemen Israel, Knesset, merupakan badan legislatif tertinggi.
Badan ini mempunyai fungsi untuk membuat undang-undang dan mengawasi jalannya
pemerintah. Israel menganut system multi partai. Artinya, siapa saja boleh
mendirikan partai asalkan mengikuti tata cara yang diijinkan. Menjelang pemilu
banyak orang kasak kusuk untuk ikut mendaftar sebagai kandidat anggota Knesset.
Untuk
masyarakat dan pemilih Israel faktor yang cukup menentukan adalah keamanan dan
prestise. Artinya partai yang bisa menjamin keamanan dan prestise masyarakat
Yahudi adalah yang mempunyai peluang besar untuk menang. Bagi masyarakat
Israel, Intifadah (perjuangan rakyat Palestina melawan Israel di daerah
pendudukan) bisa dianggap ancaman. Dunia mengecam tindakan Israel yang tidak
manusiawi. Sudah barang tentu hal ini menguntungkan masyarakat Palestina dan
sebaliknya merugikan Israel.
Perubahan
kepemimpinan dari Shamir yang Likud ke Rabin yang Buruh membawa pula perubahan
kehidupan politik Israel. Israel dan PLO (yang dianggap mewakili Palestina)
menandatangani suatu Deklarasi Prinsip (Declaration of Principe-DOP) pada 13
September 1993, sebagai landasan bagi kehidupan kedua bangsa itu.
f)
Politik
Luar Negeri
Politik
luar negeri Israel dijalankan berdasarkan kepentingan dalam negerinya. Maka,
segala kebijakan luar negerinya sedapat mungkin memberikan manfaat yang besar
bagi kehidupan dalam negeri. Hal ini mengingat sejarah berdirinya negara itu.
Israel merasa keamanan dalam negerinya
juga merupakan salah satu fungsi diplomatik internasional.
Israel
bersikap lebih pragmatis lagi setelah dipimpin oleh Rabin (Buruh) yang menang
dalam pemilu 1992. PLO yang sebelumnya dianggap teoritis diajak berunding dan
bahkan mereka menandatangani suatu Deklarasi Prinsip bagi tahapan perdamaian.
Setelah itu, Israel menandatangani perjanjian perdamaian dengan Yordania.
Israel juga berusaha mendekati tetangga Arab lainnya untuk diajak berunding[5].
2.4
Konflik Bangsa Yahudi dengan Bangsa Arab Setelah Yahudi Memiliki Negara
(Israel)
Konflik
Arab-Israel hingga saat ini masih menjadi isu yang dinamis. Dari segi historis,
konflik Arab-Israel sendiri telah berakar cukup lama, dan dipengaruhi oleh
berbagai kepentingan antara aktor-aktor konflik.
Pasca
berdirinya negara Israel, konflik terbuka Arab-Israel memang makin tak
terhindarkan lagi. Bahkan, dalam periode 1948-1992, terjadi 63 Militarized
Interstate Disputes (MIDs) alias Konflik Militer Antarnegara, dengan 18 di
antaranya berbentuk Perang Terbuka (Full Fledged War) antara Israel
dengan negara-negara Arab tetangganya. Perang utama yang terjadi antara pihak
Arab dengan Israel pasca Perang Kemerdekaan Israel 1949 terjadi pada tahun
1956, 1967, 1973, dan 1982). Namun, antara tahun 1949-1956, tidak terjadi
perang besar antara pihak Arab dengan pihak Israel. Periode tersebut lebih
diwarnai oleh berbagai peristiwa penting seperti aneksasi Tepi barat oleh
Yordania, pembunuhan Raja Abdullah I dari Yordania oleh kelompok teroris dari
Palestina yang tidak puas dengan tindakan Yordania saat melawan Israel, kudeta
terhadap Raja Farouk oleh Gamal Abdul Nasser di Mesir, SkandalLavon yang
melibatkan mata-mata Israel di Mesir, dan terpilihnya David Ben Gurion sebagai
Perdana Menteri Israel.
Pada
tahun 1956, Amerika Serikat, Inggris, dan Bank Dunia memutus dana bantuan untuk
Mesir karena negara yang dipimpin Nasser tersebut dianggap terlalu mendekat ke
Uni Soviet. Hal tersebut dibalas Mesir melalui tindakan nasionalisasi Terusan
Suez. Tindakan tersebut memicu deklarasi perang oleh Inggris dan Perancis
terhadap Mesir. Israel turut terlibat dalam perang tersebut, dan dengan relatif
mudah berhasil menginvasi serta merebut Semenanjung Sinai hanya dalam waktu 100
jam, meski kemudian mundur dari wilayah tersebut karena digantikan oleh tentara
penjaga perdamaian dari PBB. Perang tersebut menunjukkan kekuatan militer
Israel yang dengan mudah mampu mengalahkan pasukan Mesir yang kurang terlatih.
Baik negara-negara Arab maupun Israel meningkatkan anggaran militer mereka
pasca 1956 sebagai persiapan apabila kembali terjadi perang antara Arab-Israel,
dan pada 1956-1966 berlangsung konflik-konflik berskala rendah seperti clash
perbatasan Israel-Suriah pada 1964, perang sipil di Yaman yang
diintervensi oleh Mesir (dan gagal), serangan gerilya Palestina ke Israel
1965-1966, dan pembalasan Israel ke basis Palestina di Yordania. Israel
kemudian mengaplikasikan doktrin militer rapid advance in the event of war dan
melakukan modernisasi besar-besaran pada sektor tank dan kekuatan udara[6].
Selain
konflik tersebut, permasalahan Israel dengan bangsa Arab terus berlanjut.
Antara lain dengan adanya beberapa perang yaitu:
1)
Perang
Yom Kippur (1973).
Kemenangan
besar Israel dalam Perang 6 Hari tahun 1967 membuat bangsa Israel besar kepala
dan begitu percaya diri bahwa bangsa-bangsa Arab tidak mungkin berani lagi
melawan mereka. Tapi mereka salah. Mereka tidak tahu bahwa negara-negara Arab
sudah bersumpah untuk mengadakan perang abadi melawan mereka. Tiga kali gagal
(perang kemerdekaan, perang Suez dan perang 6 hari) membawa pelajaran berarti
bagi negara-negara Arab. Saat itu (1973) Mesir berada di bawah kuasa presiden
Anwar Al Sadat.
Presiden Anwar Al Sadat lalu lalu mengajak Syiria,
Yordania dan Irak untuk sekali lagi berperang melawan Israel. Tapi kali ini
mereka lebih pintar. Al Sadat memakai taktik/trik yang namanya “Bad Information”. Al Sadat tahu
bahwa Israel mempunyai dinas inteligent yang sangat hebat yakni “MOSSAD” dan
justru pada titik inilah ia melihat peluang untuk menghancurkan Israel.
Al Sadat lalu mengkoordinasi negara-negara Arab lainnya dan mengumumkan bahwa
akan ada perang melawan Israel. Informasi ini dibuat seolah-olah adalah rahasia
tetapi sebenarnya ia tidak bermaksud merahasiakan hal ini. Ia justru berharap
para inteligen Mossad mengetahuinya dan menyampaikannya pada Israel. Pasukan
Mesir dan negara-negara Arab lalu diarahkan ke perbatasan-perbatasan dengan
Israel dan para inteligent Mossad mengetahui hal itu. Berbagai informasi dan
foto-foto para inteligent mendukung hal itu dan dikirimkan ke pemerintah
Israel. Saat itu Israel diperintah oleh Perdana Menteri perempuan yang terkenal
yakni Golda Meir.
Pemerintah Israel yang mendapat informasi itu lalu
mengadakan rapat darurat dan keputusannya adalah siap untuk perang. Pasukan
Israel pun disiapkan, ribuan rakyat pun dimobilisasi untuk mempertahankan tanah
air mereka. Banyak pekerja pabrik, petani, peternak, dll yang meninggalkan
pekerjaan mereka demi membela negara mereka. Akibatnya adalah negara mengalami
kerugian dan juga pengeluaran lebih dari 10 juta dolar / 120 milyard demi
persiapan perang. Isarel pun berada dalam siaga I dan siap untuk berperang.
Tetapi apakah yang terjadi? Ternyata ditunggu-tunggu, pasukan Mesir dan pasukan
negara-negara Arab lainnya tidak melakukan penyerangan apa pun. Akhirnya Israel
pun sadar bahwa sebenarya Mesir dan negara Arab lainnya tidak sementara bersiap
menyerang mereka. Mungkin mereka hanya melakukan latihan perang saja. Dalam hal
ini pun mereka salah karena sebenarnya itu adalah bagian dari strategi Mesir.
Jika demikian maka pihak yang patut disalahkan adalah dinas inteligent Mossad
karena mereka dianggap memberikan “Bad
information” atau informasi yang keliru bahwa Mesir dan sekutu-sekutunya
mau menyerang Israel. Akibat informasi yang salah ini, negara mengalami
kerugian yang sangat besar. Mossad benar-benar kehilangan kepercayaan sebagai
sebuah lembaga inteligent.
Pada tanggal 19 Mei 1973, presiden Mesir Anwar Al
Sadat berkunjung ke Syiria untuk membicarakan rencana penyerangan terhadap
Israel dan pada tanggal 12 September 1973, kedua negara ini menandatangani
persetujuan bersama untuk menyerang Israel. Hal ini rupanya diketahui oleh para
inteligent Mossad. Berita pun di sampaikan kepada pemerintah Israel, tetapi
pemerintah Israel yang sudah tidak percaya pada informasi Mossad mengabaikan
semua informasi itu. Mereka tidak ingin terkecoh seperti sebelumnya gara-gara “Bad Information” dari Mossad.
Menteri Pertahanan Israel Moshe Dayan bahkan menganggap bahwa negara-negara
Arab tak mungkin punya nyali untuk berhadapan dengan Israel lagi. Karena itu
semua informasi akurat yang masuk masuk dari Mossad bahkan termasuk
persiapan-persiapan Mesir dan Syiria dicoretnya. Di akhir bulan September itu
masuk pula informasi yang sangat akurat yaitu rudal-rudal tipe SA-6 telah
dibagikan ke semua Devisi Lapis Baja AD Mesir. Juga info dari gurun Sinai telah
masuk bahwa telah terjadi peningkatan pasukan dalam jumlah yang makin banyak
disertai persenjataan yang lengkap. Tetapi semua ini diabaikan pemerintah
Israel. Mossad juga memberi laporan bahwa Rusia telah mengirimkan kapal
mata-mata yang canggih ke pantai laut Israel. Tetapi lagi-lagi semuanya diabaikan
Moshe Dayan. Dia berkata bahwa paling-paling Mesir, dkk sementara melakukan
latihan perang. Mana mungkin mereka berani melawan Isarel? Mossad yang kali ini
yakin akan informasi mereka bahwa Israel akan diserang terus mendesak
pemerintah Israel untuk melakukan persiapan perang. Mereka bahkan memberikan
informasi yang sangat detail misalnya di mana tentara-tentara Mesir akan
didaratkan dengan helikopter-helikopter, sasaran-sasaran mana yang akan dibidik
oleh pesawat tempur Mesir dan Syiria, rudal-rudal Uni Soviet yang telah dikirim
ke Mesir dan ditempatkan di posisi-posisi mana saja, persiapan pesawat-pesawat
Uni Soviet yang mendukung Mesir, bahkan pelaksanaan penyerangan yang akan
dilaksanakan di awal Oktober 1973. Total ada sekitar 400 informasi yang masuk.
Namun anehnya, 400 informasi akurat yang masuk ini tetap saja diabaikan oleh
Moshe Dayan dan Golda Meir. Rupanya rencana penyerangan Mesir dan Syiria ini
juga diketahui oleh inteligent Amerika Serikat (CIA) yang lalu
mengirimkan informasi tersebut kepada Israel pada tanggal 4 Oktober 1973.
Pada tanggal 4 Oktober juga radar Amerika Serikat
menangkap sinyal dari satelit mata-mata Uni Soviet yang memonitor gerakan
pasukan Israel. Hasilnya dikirm ke Mesir dan Syiria. Hal ini juga diberitahu
kepada Israel, lagi-lagi pemerintah Israel tidak percaya. Sementara itu Mossad
yang begitu yakin akan ada penyerangan semakin ketakutan karena Israel sama
sekali tidak mengadakan persiapan apa-apa. Pada tanggal 5 Oktober bahkan mereka
memberikan informasi kepada pemerintah bahwa pasukan Mesir telah memasang
jembatan-jembatan darurat untuk penyeberangan kendaraan lapis baja dan
tank-tank. Namun anehnya, sampai detik yang kritis itu juga PM. Golda Meir dan
Menteri Pertahanan Moshe Dayan tetap tidak percaya. Bahkan pimpinan Mossad Zwi
Zamir langsung turun ke lapangan dan ia juga yakin akan ada perang, ia
mengirimkan telegram langsung ke Golda Meir yang berbunyi : “Perang akan dimulai dini hari nanti”
namun Golda Meir masih mengabaikan telegram penting ini.
Dini hari (jam 2 pagi) tanggal 6 Oktober 1973 (tepat
hari raya Yom Kippur/Penebusan dosa orang Yahudi) saat Golda Meir masih
memimpin persidangan tiba-tiba masuklah seorang prajurit Israel secara
tergesa-gesa dan menyampaikan bahwa Mesir dan Syiria juga Irak sudah menyerang
Israel dengan kekuatan penuh. Rapat dilanjutkan untuk membicarakan apa langkah
yang harus dilakukan tetapi Mesir dan Syiria sudah membabi buta menyerang
Israel yang sama sekali tidak siap itu.
Akibatnya korban yang jatuh dari pihak Israel
sangatlah banyak. Agen-agen Mossad menangis dalam kekecewaan karena 400-an
informasi akurat yang mereka berikan sama sekali tidak ada gunanya. Perang
terus berlangsung pada tanggal 7-8 Oktober dan ini adalah 2 hari yang kelabu
bagi Israel. Mereka dihantam habis-habisan oleh Mesir dan sekutu-sekutunya dari
berbagai arah. Israel benar-benar kelabakan tetapi mereka tetap mati-matian
mempertahankan negara mereka.
Tanggal 10 Oktober Uni Soviet mengirimkan bantuan
senjata kepada Mesir dan Syiria melalui udara dan ini membuat Israel semakin
parah dalam beberapa hari ke depan. Pemerintah Israel akhirnya meminta bantuan
senjata pada Amerika Serikat dan tanggal 14 Oktober Amerika Serikat mengirimkan
bantuan senjata melalui udara kepada Israel. Setelah mendapat bantuan
senjata dari Amerika Serikat, kondisi mulai berbalik pada tanggal 15 Oktober.
Pasukan Israel berhasil menembus pertahanan Syiria dan bahkan bisa menyerang
sampai masuk wilayah Syiria bahkan sampai jarak 40 km dari ibukota Syiria
Damascus. Giliran Syiria yang kelabakan sekrang di dalam mempertahankan ibukota
mereka.
Pada tanggal 16 Oktober pesawat-pesawat tempur Israel
berhasil menembusi pertahanan udara Mesir serta menghancurkan
istalasi-instalasi penting serta basis pangkalan peluru kendali Mesir. Bahkan
kalau saja Israel mau, mereka bisa membom Kairo tetapi itu tidak dilakukan
mengingat itu bisa mengakibatkan korban sipil yang besar. Tanggal 17-23
Oktober pasukan Israel makin berjaya, sebaliknya kondisi Mesir, Syiria dan Irak
makin payah. Uni Soviet yang tahu bahwa Mesir dan sekutu-sekutunya tidak
mungkin menang lagi lalu menawarkan pada AS untuk mengadakan gencatan senjata
pada tanggal 24 Oktober. Akhirnya pada tanggal 25 Oktober 1973, perang pun
berakhir dengan kemenangan di pihak Israel.
2)
Perang
Gaza
Perang Gaza meletus
pada tahun 2008 antara Israel dan organisasi garis keras Palestina yang bernama
Hamas. Wilayah Gaza adalah wilayah di bagian barat daya dari negara Palestina
(tidak lebih besar dari Jakarta) yang berbatasan langsung dengan Mesir.
Di jalur Gaza ini ada banyak terowongan rahasia yang
dipakai untuk menyelundupkan bahan makanan, peluru, mortir, roket, granat dan
persenjataan-persenjataan lainnya. Ini dimanfaatkan oleh Hamas untuk menghimpun
persenjataan terutama roket-roket yang sampai tahun 2008 Hamas berhasil
menghimpun peluru roket/mortir seberat 1.300 ton yang dapat ditembakkan
mencapai jarak 40 km. Setelah merasa bahwa persenjataan mereka cukup kuat
(1.300 ton), Hamas lalu mulai mencari gara-gara duluan dengan menembakkan 100
roket ke arah wilayah Israel.
Israel lalu melaporkan ini ke PBB dan memutuskan untuk
mengadakan perang terhadap Hamas. Sebenarnya ini adalah perang yang tidak
seimbang. Akhirnya tanggal 27 Desember 2008 Israel mulai mengadakan serangan
balasan melalui udara. Pesawat-pesawat Israel membombardir seluruh wilayah
jalur Gaza.
Ini langsung diberitakan seluruh media massa Indonesia
sehingga membentuk image bahwa Israellah yang memulai serangan. Dalam serangan
Israel hari pertama itu, CNN melaporkan bahwa 120 orang tewas dan sekitar 400
orang terluka. TV Al Aqsa (milik Hamas) melaporkan bahwa sebagian besar markas
besar pasukan keamanan di Haza hancur total. Pada hari kedua higga keempat
(28-30 Desember 2008), Hamas membalas dengan menembakkan 24 buah roket ke arah
Israel tetapi Israel juga mengerahkan kemampuannya untuk menghancurkan Gaza.
363 orang Palestina tewas hingga hari ketiga dan 1720 orang terluka. Pada hari
yang kelima dan keenam (31 Desember 2008 – 1 Januari 2009) pesawat Israel
menghancurkan gedung parlemen Palestina di Gaza dan basis-basis kekuatan Hamas
(450 tempat penting).
Kapal-kapal perang Israel pun membombardir Gaza di
sepanjang pantai. Tetapi Hamas juga tidak tinggal diam. Mereka menembakkan 250
roket ke wilayah-wilayah Israel.
Salah seorang pemimpin Hamas bernama Ismail Haniya
berkata “Kami akan terus melawan. Kami
pasti akan dapat kalahkan Israel!”
Memasuki hari ketujuh (2 Januari 2009), dst Angkatan
Darat Israel pun bergerak. Markas besar hamas dihancurkan,
pembangkit-pembangkit listrik di Gaza digasak, dan masih banyak tempat penting
di Gaza yang dihancurkan, sambil Hamas pun mengandalkan roket-roket mereka
terus menembak ke arah Israel. Perang ini terus berlangsung hingga 18 Januari
2009 jam 02.00 ketika terjadi gencatan senjata. Korban hingga berakhirnya perang
adalah :
o Tewas 1.313
orang (1300 orang Palestina, dan 13 warga Israel).
o Terluka
(5.617 orang Palestina, dan 317 orang Isarel).
Akibat dari
perang ini negara-negara Arab dan Islam begitu marah. Di Iran, ribuan warga
didampingi para pejabat sipil dan militer demo turun ke jalan, memprotes
serangan Israel ini sambil membawa spanduk-spanduk : “Hapuskan Isarel dari muka bumi!”, “Mari bangkit, bersatu hancurkan
Israel!”, dll. Di Irak, ratusan warga beramai-ramai membakar endera
Israel. Di Libanon, puluhan ribu orang menyerukan agar umat Islam di seluruh
dunia bangkit untuk membela rakyat Palestina. Di Afganistan, kelompok Taliban
mengajak umat Islam di seluruh dunia untuk bergabung dan menyerang Israel.
Protes yang sama juga datang dari berbagai negara seperti Mesir, Yordania,
Suriah, Inggris, Spanyol, Perancis, Turki, Swedia, Denmark dan juga Indonesia[7].
2.5
Upaya Penyelesaian Konflik antara Bangsa Yahudi (Israel) dengan Bangsa Arab
Akar-akar
konflik Arab-Israel sudah terjadi sejak awal datangnya Islam. Konflik antara
kedua belah pihak kadang-kadang mereda, tetapi jelas tidak pernah usai sampai
dunia memasuki abad ke-21 sekarang ini. Pada tahun 1967 pernah terjadi perang
Arab-Israel yang berakhir dengan kekalahan pihak Arab, walaupun pihak Arab pada
waktu itu melibatkan Palestina, Syria, Yordania, dan Mesir. Dataran Tinggi
Golan, milik sah Syria, masih dikuasai oleh Israel sampai saat ini.
Masalah Palestina-Israel menjadi inti dari konflik Arab-Israel tersebut. Konflik Israel-Palestina boleh jadi merupakan konflik yang memakan waktu panjang setelah Perang Salib yang pernah terjadi antara dunia Timur dan Barat di sekitar abad keduabelas. Konflik yang telah berlangsung enam puluhan tahun ini menjadi konflik cukup akut yang menyita perhatian masyarakat dunia. Jika ditinjau dari latar belakang sejarah, konflik Israel-Palestina merupakan bagian dari konflik Arab-Israel yang lebih luas sejak 1940-an. Agresi Meliter Israel terakhir yang dilancarkan sejak 26 Desember 2008 pada prinsipnya merupakan bagian yang tidak terpisah dari konflik Israel-Palestina sebelumnya.
Masalah Palestina-Israel menjadi inti dari konflik Arab-Israel tersebut. Konflik Israel-Palestina boleh jadi merupakan konflik yang memakan waktu panjang setelah Perang Salib yang pernah terjadi antara dunia Timur dan Barat di sekitar abad keduabelas. Konflik yang telah berlangsung enam puluhan tahun ini menjadi konflik cukup akut yang menyita perhatian masyarakat dunia. Jika ditinjau dari latar belakang sejarah, konflik Israel-Palestina merupakan bagian dari konflik Arab-Israel yang lebih luas sejak 1940-an. Agresi Meliter Israel terakhir yang dilancarkan sejak 26 Desember 2008 pada prinsipnya merupakan bagian yang tidak terpisah dari konflik Israel-Palestina sebelumnya.
·
Upaya
Penyelesaian Konflik
Berbagai
Resolusi konflik Arab-Israel yang telah ditempuh sebagai berikut:
1) Melalui
perundingan dan kesepakatan
Berbagai perundingan dan kesepakatan yang telah ditandatangani namun tetap dilanggar antara lain:
Berbagai perundingan dan kesepakatan yang telah ditandatangani namun tetap dilanggar antara lain:
a) Konferensi
Madrid (1991) Upaya internasional melakukan perundingan secara multilateral
akhirnya gagal. Konferensi Madrid tahun 1991 sebagai bukti dimana Suriah dan
Libanon akhirnya keluar. Sikap ini yang memang ditunggu-tunggu Tel Aviv untuk
selanjutnya melakukan perundingan bilateral dengan Yordania dan Palestina guna
memecah kesatuan Arab hingga saat ini;
b) Perjanjian
Oslo I (1993) Kesepakatan Oslo menyetujui pemerintahan mandiri rakyat Palestina
atas wilayah Gaza, Jericho dan Tepi Barat melalui pembentukan Otoritas
Palestina. Yasser Arafat ditunjuk sebagai pemimpin Otoritas Palestina dan
pemilihan umum dipersiapkan hingga akhirnya Yasser Rafat dipilih menjadi
Presiden Otoritas Palestina pada tahun 1996. Sejak itu pemerintahan otoritas
Palestina menjadi satu-satunya pemerintahan yang sah dan diakui dunia
internasional sebagai pemerintahan rakyat Palestina. Pembentukan Otoritas
Palestina ini dengan demikian juga menafikan deklarasi kemerdekaan Palestina
pada tahun 1988 di Al Jazair yang tidak pernah diakui oleh PBB tersebut.
o
Persetujuan Kairo (1994);
o
Perjanjian Oslo II (1995);
o
Persetujuan Hebron (1997);
o
Memorendum Wye River (1998);
o
Camp David II (2000);
o
Kesepakatan Sharm Seikh (2000);
c. Tenet
Plan (2001)Tawaran KTT Liga Arab 2002. KTT Liga Arab di Beirut tahun 2002, yang
memunculkan inisiatif perdamaian Arab-Israel. Intinya bahwa negara-negara Arab
bersedia menjalin hubungan diplomatik dengan Israel bila negara Yahudi itu
telah mundur dari tanah Arab yang didudukinya, termasuk hak kembali bagi warga
Palestina dari pengungsian;
d. Peluncuran
roadmap 14 Maret 2003 yang diprakarsai AS, Uni Eropa, Rusia dan PBB pun kandas;
e. Pertemuan
puncak Liga Arab di Riyadh, Arab Saudi, pada Maret 2007;
f. 23-Oktober-2007,
konferensi perdamaian Timur Tengah yang digelar di Annapolis, Maryland, AS,
November 2007 untuk mendorong digulirkannya kembali pembicaraan damai Timur
Tengah, yang telah menggantung selama sekitar tujuh tahun serta untuk
mengevaluasi kemajuan dalam membangun demokrasi di kawasan tersebut. Namun,
bagi Hamas dan sejumlah negara Arab, pertemuan Maryland adalah momentum untuk
semakin mengucilkan Hamas dan memecah belah bangsa Palestina. Hamas praktis
terisolasi sejak menguasai Jalur Gaza Juni 2007. Peristiwa ini sekaligus
mengakhiri pemerintahan nasional bersatu Fatah-Hamas yang terbentuk melalui
Kesepakatan Makkah yang digagas Raja Arab Saudi, Abdullah.
2) Berbagai
Kunjungan resmi pemimpin negara Arab ke negara-negara barat dalam hal
penyelesaian konflik, maupun sebaliknya, antara lain, seperti:
a) 17
April 2007 Presiden Mesir Hosni Mubarak melakukan kunjungan resmi ke Prancis
untuk bertemu dengan Presiden Perancis Jacques Chirac;
b) Perundingan
secara terpisah bertujuan untuk memperlemah solidaritas Arab dengan
mengedepankan kepentingan nasional sempit dari masing-masing. Israel misalnya
sukses ``berdamai`` dengan Mesir lewat persetujuan Camp David tahun 1978. Lalu
dengan Yordania pada 1994, sedangkan persetujuan Oslo dengan Palestina pada
September 1993 akhirnya terkubur sudah susuai pengakuan kedua pihak (Israel dan
Palestina).
3) Peran
PBB
Dewan
Keamanan PBB pada tgl 11 Agustus 2006, akhirnya berhasil menyepakati suatu
resolusi yang menyerukan penghentian serangan bersenjata timbal balik antara
Israel dan Hizbullah. Resolusi yang bernomor 1701 itu disetujui oleh semua 15
anggota Dewan Keamanan termasuk Amerika Serikat (AS) yang mempunyai hak Veto.
Resolusi itu mulai efektif pada Senin 14 Agustus pukul 12.00 GMT.
Wilayah Palestina itu, pada tahun 1947
atas mandat Liga Bangsa-Bangsa (LBB) diserahkan kepada Inggris selaku
administrator.
Waktu Inggris mengemukakan keinginannya
untuk menyerahkan mandatnya kepada PBB, sebagai kelanjutan LBB, PBB membentuk
komite khusus untuk memecahkan masalah Palestina.
Atas rekomendasi komite itu, Majelis
Umum PBB mengesahkan rencana pembagian wilayah Palestina menjadi dua yaitu
Negara Yahudi dan Negara Arab Palestina dengan Yerusalem sebagai kota
internasional. Rencana ini ditolak oleh orang-orang yahudi melalui gerakan
zionisnya, dan negara-negara Arab di sekitarnya.
Perseteruan antara etnis Arab dan etnis
Yahudi meningkat setelah berdirinya Israel, dan diperparah lagi dengan
pengusiran besar-besaran warga Palestina keturunan Arab. Permusuhan terbuka
setelah berdirinya Israel dapat dihentikan sementara oleh Dewan Keamanan (DK)
PBB.
waktu krisis Suez pada 1956, juga perang
Arab-Israel (1967 dan 1973), atas seruan masyarakat internasional, PBB berusaha
menghentikannya dengan pertama-tama menyerukan gencatan senjata, lalu mengirim
pasukan penjaga perdamaian.
Pada perang tahun 1967, Israel berhasil
menduduki Jazirah Sinai, Dataran Tinggi serta Jalur Gaza, Tepi Barat dan
Yerusalem. Menghadapi kenyataan ini, DK PBB melalui Resolusi No 242 menyerukan
gencatan senjata dan menetapkan prinsip-prinsip bagi penyelesaian yang adil dan
langgeng.
Pada 1973 pecah lagi perang antara Mesir
dan Suriah melawan Israel. Karena itu PBB mengeluarkan Resolusi No 338 (1973)
yang menegaskan kembali prinsip-prinsip dari Resolusi 242 (1967) dan menyeru
kembali pihak-pihak yang bertikai untuk berunding. Untuk memonitor gencatan
senjata yang terjadi setelah keluarnya Resolusi No 338 itu, PBB membentuk
pasukan perdamaian yang ditempatkan di Dataran Tinggi Golan dan Sinai.
Di perbatasan Lebanon Selatan dengan
Israel Utara, sebagaimana terjadi sekarang ini sering terjadi pertempuran
antara pejuang Palestina yang dibantu rakyat Lebanon dan tentara Israel yang
sering memasuki wilayah Lebanon. Saat terjadi pertempuran pada 1978 antara
pejuang Palestina dan rakyat Lebanon melawan Israel, DK PBB mengeluarkan
Resolusi No 425 dan 426. Resolusi itu menyeru Israel menarik diri dari Lebanon
selatan dan membentuk the United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL).
Tugas UNIFIL itu untuk memastikan bahwa pasukan Israel mundur dari Lebanon dan
memulihkan perdamaian.
Walaupun sudah ada pasukan PBB (UNIFIL),
sejak tahun 1978, Israel tidak sepenuhnya mundur dari Lebanon. Malah pada tahun
1982 tentara Israel menyerang Beirut dan menghancurkan kamp pengungsi Palestina
di Shabra-Shatila dan membuat zone keamanan yang ditempati pasukan Israel.
Dengan tekanan masyarakat internasional melalui PBB dan perlawanan rakyat
Lebanon yang dipelopori Hizbullah, Israel akhirnya mundur dari Lebanon selatan
pada 2000.
Pada akhir September 2000, pecah lagi
kerusuhan di Tepi Barat dan Jalur Gaza terutama di wilayah-wilayah yang
diduduki tentara Israel. Kerusuhan ini menimbulkan korban manusia, kehancuran
prasarana dan tragedi kemanusiaan. DK PBB kembali mengeluarkan Resolusi No 1397
(2002) yang menyerukan penghentian tindakan kekerasan dan menegaskan kembali
visi PBB yakni terwujudnya dua negara di wilayah itu: Palestina dan Israel.
Mundurnya Israel dari wilayah-wilayah
Arab yang diduduki dan terselesaikannya masalah pengungsi Palestina secara
adil, menjadi inti dari penyelesaian konflik Arab-Israel. Belum semua Resolusi
PBB terlaksana, pecah perang lagi antara Arab-Israel pada Juli tahun ini.
Perang ini diakhiri dengan Resolusi PBB No 1701 (2006) yang intinya: Israel
harus menghentikan operasi meliter dan menarik diri dari wilayah Lebanon,
Hizbullah menghentikan serangannya ke Israel, dan pembentukan pasukan
perdamaian.
Pada 14 April 2009, Utusan khusus PBB
untuk Timur Tengah, George Mitchell menekankan penyelesaian dua negara bagi
konflik antara Israel dan Palestina. George Mitchell pada saat itu bertemu
dengan para pejabat penting di wilayah-wilayah Israel dan Palestina, dan juga
Mesir dan Teluk Persia. Para pemimpin Palestina dan negara-negara Arab lainnya,
mengecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena tidak menyetujui
rencana penyelesaian dua negara itu.
4) Pembentukan
organisasi-organisasi dan utusan-utusan untuk penyelesaian konflik. Seperti:
a) Crisis
Group
Tugas
Crisis Group di Israel, wilayah yang diduduki, dan tetangga-tetangga Arab
Israel, difokuskan pada rencana-rencana politis dan diplomatis yang lebih
komprehensif untuk menyampaikan sumber-sumber konflik, dan berurusan dengan
faktor-faktor utama di dalam masyarakat Israel dan Arab yang menghalangi
pencapaian perdamaian yang berkelanjutan.
Namun semua kesepakatan, perjanjian dan
keputusan PBB pada intinya menuntut kedua belah pihak menahan diri dari aksi
kekerasan. Dan lebih khusus lagi meminta Israel untuk menarik diri dari wilayah
Palestina yang didudukinya. Selain itu juga menuntut Israel menghentikan
penyerangan warga sipil dan mengakui eksistensi Palestina. Namun semua
kesepakatan dan resolusi itu tetap saja dilanggar oleh Israel.
Sampai sejauh ini baik organisasi
internasional maupun negara-negara yang sudah mengupayakan akan adanya
perdamaian di kawasan Timur Tengah ini antara Israel dengan lawan-lawannya,
terutama dengan Palestina, bisa kita lihat tidak menghasilkan adanya perdamaian
yang menguntungkan bagi kedua pihak.
5) Peran
Negara-Negara Islam
Konflik
yang terjadi antara Israel dan Palestina telah berlangsung lebih dari setengah
abad, serta telah menelan banyak korban nyawa dan harta manusia. Perang juga
telah menghancurkan tatanan masyarakat, menelantarkan masa depan anak-anak, dan
melibatkan beberapa negara di Timur Tengah, terutama negara-negara tetangga
yang berbatasan langsung dengan Israel dan Palestina. Selain itu, Organisasi
Konferensi Islam (OKI) turut berperan dalam menyelesaikan konflik di kawasan
Timur Tengah itu.
a) Arab
Saudi
Peran
Arab Saudi dalam mewujudkan penyelesaian masalah Palestina merupakan misi dan
tuntutan politik luar negeri Arab Saudi yang dirumuskan tahun 1943. Pada tahun
itu Ibnu Saud mengadakan pertemuan dengan para ulama dan pembesar istana
kerajaan yang membicarakan masalah gerakan Zionisme dan hubungannya dengan
Palestina. Arab Saudi memutuskan bahwa penyelesaian masalah Palestina harus
ditempuh dengan cara pertama, Arab Saudi harus bersatu dengan negara-negara
Arab lainnya. Kedua, Arab Saudi melakukan pendekatan kepada Amerika untuk
menjadi mediator yang adil untuk menyelesaikan konflik Israel dan Palestina.
Arab
Saudi mendekati Amerika untuk menekan Isrel dalam peneyelesaian Palestina.
Permintaan tersebut tidak dapat diterima secara konsesus oleh semua organisasi
pergerakan Palestina yang mengakibatkan Arab Saudi tidak dapat menjalankan
keinginannya dengan baik.
b) Mesir
Sebagai
sebuah negara dengan penduduk terbesar di kawasan Timur Tengah, Republik Arab
Mesir mempunyai peranan penting dalam dinamika dan perkembangan politik di
kawasan ini. Keseriusan Mesir untuk mewujudkan perannya tersebut berdasarkan
pada kenyataan bahwa Mesir berupaya untuk mengidentifikasikan negaranya dengan
sifat kearabannya serta nasionalisme Afrika yang tetap berakar pada kepentingan
negaranya dan memperjuangkan perdamaian dalam penyelesaian konflik di Timur
Tengah, termasuk Israel dan Palestina.
Kemudian,
keterlibatan Mesir dalam mengatasi konflik Israel dan Palestina ketika terjadi
peperangan pada tanggal Oktober 1973 yang bertepatan dengan bulan Ramadhan dan
hari Yom Kippur) semakin meningkatkan pengaruh Mesir (Anwar Sadat) baik did ala
negeri, di dunia Arab maupun di dunia internasional.
c) Organisasi
Konferensi Islam (OKI)
Kekuatan
Islam terakhir yang di segani yaitu Kerajaan Utsmani di Turki terus mengalami
kemunduran. Kelemahan kerajaan-kerajaan Islam itu menyebabkan Eropa dapat
menduduki dan menjajah negeri-negeri Islam dengan mudah. Pada penghujung abad
ke-19 dan awal abad ke-20, penerobosan kekuasaan pihak Eropa terhadap dunia
Islam meluas sejak dari Maroko sampai ke Indonesia.
Perang
Arab-Israel mengubah situasi secara dramatis ketika Israel mengalahkan Mesir,
Yordania dan Suriah serta menduduki cukup luas wilayah Arab pada tahun 1967.
Pendudukan tempat-tempat suci muslim di Jerusalem di antaranya Masjid Al-Aqsa
mengejutkan seluruh dunia Muslim. Raja Faishal dari Arab Saudi dan Amin
Al-Husaini (Mufti Besar Palestina) serta didukung oleh pemimpin nasional
lainnya termasuk Tunku Abdul Rahman dari Malaysia menyerukan Konferensi Tingkat
Tinggi Islam[8].
·
Hambatan
Penyelesaian konflik
Penyelesaian
konflik Palestina-Israel sangat rumit untuk diselesaikan dan mengalami banyak
kendala karena ternyata dalam tubuh Palestina itu sendiri terjadi konflik
internal yakni antara Hamas dan Fatah. PLO yang awalnya diakui sebagai pemegang
kekuasaan di Palestina berbeda pandangan dengan Hamas dan Faksi inilah yang
kerap berkonflik dengan Israel, Pada perkembangannya, saat ini Hamas menjadi Pemegang
kekuasaan di Palestina, Hamas (Harakah al muqawamah al Islamiyah) adalah sebuah
organisasi politik beraliran militan. Diantara garis kebijakan resmi Hamas
tersebut sebagaimana tertuang dalam Piagam Hamas adalah Penghancuran Israel.
Piagam Hamas menyerukan untuk menguasai kembali seluruh wilayah Israel dan
Palestina dan mendirikan sebuah negara palestina merdeka serta menghapus Israel
dari peta dunia.
Untuk beberapa kali momentum kemerdekaan
Palestina disia-siakan oleh keberadaan faksi yang berkuasa di Palestina.
Sebagai contoh pada tahun 2002 negara-negara Arab menawarkan kepada Israel
pengakuan eksistensi negara Israel dan menandatangani perdamaian. Sebagai
gantinya Israel diminta menyerahkan kembali wilayah yang dikuasainya. Tawaran
yang sebenarnya dianggap baik oleh Israel tersebut tidak mungkin direalisasikan
saat itu karena Faksi berkuasa di dalam Palestina sendiri justru gencar
melakukan aksi-aksi teror dan tidak peduli dengan usaha negara-negara Arab
untuk membantu kemerdekaan Palestina. Negara-negara Arab yang memberikan
tawaran tersebut tentu saja tidak bisa menjamin dan menghentikan aksi teror
dari kelompok-kelompok militan Palestina terhadap Israel.
Persoalan internal umat Islam harus
diselesaikan terlebih dahulu sehingga keruwetan konflik Timur Tengah bisa
diurai. Caranya menjalin komunikasi intensif antarfaksi baik Sunni, Syiah,
maupun yang lain. Hal lain yang tidak bisa diabaikan, Iran harus dilibatkan
mengingat negara itu berpengaruh besar terhadap kelompok Syiah di Irak atau
Hamas di Palestina.
Prospek penyelesaian konflik Arab-Israel
sampai sekarang belum pernah menemukan titik temu dan kesepakatan yang
sesungguhnya. Apalagi konflik yang ada selain adanya masalah internal bangsa
Arab sendiri juga dengan adanya intervensi asing yang memanfaatkan dan
mengambil keuntungan dari konflik tersebut lebih-lebih intervensi PBB tidak
memiliki pengaruh yang signifikan bagi resolusi konflik Arab-Israel yang hingga
sekarang masih berkecamuk[9].
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Yahudi adalah istilah yang merujuk kepada sebuah agama, ras atau suku
bangsa. Sebagai agama, istilah ini merujuk kepada umat yang beragama
Yahudi.
Pada
perkembanganya, bangsa Yahudi yang tersebar diseluruh dunia tanpa memiliki
suatu negara tersendiri, akhirnya melangkah dengan revolusi besar yaitu
mendirikan suatu negara dengan mengupayakan menempati wilayah yang dulunya
disebut sebagai tanah nenek moyangnya, yaitu di daratan Palestina dan
didirikanlah negara Israel.
Dalam
perjalanan bangsa Yahudi memang tidak terlepas dari yang namanya konflik atau
pertikaian, dan hal tersebut berlanjut sampai pada setelah bangsa Yahudi
meiliki suatu neagara. Anatara lain terjadinya berbagai perang mulai dari
perang dengan wilayah negara sekitar sampai pada berita terbaru yaitu perang
jalur Gaza.
Hal tersebut
memang menyedot begitu banyak perhatian warga dunia. Lebih-lebih sudah dalam
masa yang bukan masa kolonialisme lagi. Dan ironinya, konflik tersebut belum
menemukan ujung damainya meski sudah diusahakan apa yang disebut upaya
perdamaian.
3.2 Saran
Dalam
melaksnakan kehidupan di dunia, banyak sekali hal yang perlu diperhatikan.
Terutama dalam hal hubungan dengan sesama manusia. Hal tersebut juga perlu
diimplementasikan terhadap kehidupan suatu negara, sebagai mahluk sosial, hidup
berdampingan dengan orang lain atau kelompok lain merupakan hal yang sudah
sepatutnya, bukanlah yang diutamakan adalah mencari permasalahan yang akahirnya
menimbulkan pertikaian.
Dalam
era moderen ini, lebih-lebih setelah dunia mengalami perang besar selama 2
kali. Hal tersebut seharusnya menjadi suatu pelajaran besar bagi seluruh bangsa
atau masyarakat yang ada di dunia, yaitu suatu pelajaran menjaga perdamaian
dunia dan untuk selalu hidup bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Hermawati. 2004. Sejarah Agama dan Bangsa Yahudi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Hlm. 77-103.
https://en.wikipedia.org/wiki/Yahudi.
[02
Desember 2015].
https://en.wikipedia.org/wiki/Yahudi.
[02
Desember 2015].
Kompasiana. 2015. Konflik Arab Israel –
Awal Mula Konflik Hingga Perang Enam Hari. Konflik Arab-Israel Asal Mula Konflik hingga Perang Enam Hari -
KOMPASIANA.com.htm. [02 Desember 2015].
Ministry, Pelangi Kasih. 2012. Berbagai
Perang Yang dihadapi Bangsa Israel. http://pelangikasihministry2.blogspot.co.id/2012/11/berbagai-perang-yang-dihadapi-bangsa_24.html.
[02 Desember 2015].
Rahmatul, Ria. 2009. Studi Kawasan Timur
Tengah. http://studitimteng.blogspot.co.id/2009/05/proses-penyelesaian-konflik-israel.html.
[02 Desember 2015].
Sihbudi, Rizal., Djafar, Zainuddin.,
dkk. 1995. Profil Negara-Negara Timur
Tengah. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
[2]
Hermawati. 2004. Sejarah Agama dan Bangsa
Yahudi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 77-103.
[3] Sihbudi,
Rizal., Djafar, Zainuddin., dkk. 1995. Profil
Negara-Negara Timur Tengah. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Hlm. 102-107.
[5] Sihbudi,
Rizal., Djafar, Zainuddin., dkk. 1995. Profil
Negara-Negara Timur Tengah. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Hlm. 107-121.
[6]
Kompasiana. 2015. Konflik Arab Israel – Awal Mula Konflik Hingga Perang Enam
Hari. Konflik Arab-Israel Asal Mula
Konflik hingga Perang Enam Hari - KOMPASIANA.com.htm. [02 Desember 2015].
[7]
Ministry, Pelangi Kasih. 2012. Berbagai Perang Yang dihadapi Bangsa Israel. http://pelangikasihministry2.blogspot.co.id/2012/11/berbagai-perang-yang-dihadapi-bangsa_24.html.
[02 Desember 2015].
[8]
Hermawati. 2004. Sejarah Agama dan Bangsa
Yahudi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm. 151-193.
[9]
Rahmatul, Ria. 2009. Studi Kawasan Timur Tengah. http://studitimteng.blogspot.co.id/2009/05/proses-penyelesaian-konflik-israel.html.
[02 Desember 2015].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar