BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perang adalah sebuah aksi
fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan
menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi
di wilayah yang dipertentangkan. [1]
Pemerintahan
Kaisar Mutsuhito merupakan salah satu periode yang paling istimewa dalam
sejarah bangsa Jepang. Dalam pemerintahan Kaisar Mutsuhito, jepang bergerak
maju sehingga hanya dalam beberapa dasawarsa telah mencapai sebuah pembentukan
negara yang maju dan moderen. Dari kemajuan yang telah dimiliki jepang
tersebut, mendorong jepang untuk menjadi negara imperialis.[2]
Menjadinya
jepang sebagai negara imperialis, tentu saja selalu memiliki gairah untuk
menguasai daerah atau negara lain. Yang tentunya akan membawa berbagai dampak
dalam perjalanan hidup Jepang.
Begitu juga
dengan perang yang terjadi antara Jepang dengan Rusia. Seperti yang dikemukakan
diatas bahwa perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik antara dua atau
lebih kelompok manusia untuk melakukan suatu dominasi pada suatu wilayah. Hal
ini sangat sesuai dengan kasus yang disandang Jepang. Upaya ekspansinya ke
daerah Tiongkok (Cina) yang tentunya terjadi peperangan antara keduanya dan
menghasilkan Jepang sebagai pemenangnya, menimbulkan berbagai reaksi dunia.
Mengingat jepang adalah negara yang jauh dibawah Cina namun mampu memenangkan
peperangan. Perang tersebut berakhir dengan perjanjian Shimonoseki pada 17
April 1895 yang sangat merugikan Cina sebagai pihak yang kalah.
Berita
tersebut nampaknya membawa reaksi yang begitu luarbiasa bagai bangsa lain
terutama bangsa barat, sehingga menimbulkan Triple
Intervension dari Rusia, Prancis, dan Jerman. Tentunya karena negara-negara
tersebut memiliki suatu upaya kepentingan dengan Cina, sehingga melakukan
Intervensi tersebut terutama pihak Rusia. Akhirnya menimbulkan segitiga konflik
antara Rusia, Cina, dan Jepang dan berujunga pada pecahnya perang antara Jepang
dan Rusia.
Banyak hal
yang terdapat dalam perang anatara Rusia dan Jepang tersebut untuk diungkap.
Maka dari itu perlu adanya kajian mendalam akan hal tersbut, dan makalah ini
membahas mengenai perang Jepang dan Rusia tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
latar belakang yang ada, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1) Apa
yang dimaksud dengan perang?
2) Bagaimana
keadaan sebelum terjadinya perang Jepang-Rusia 1904-1905?
3) Apa
latar belakang terjadinya perang atanra Jepang dengan Rusia 1904-1905?
4) Bagaimana
proses awal sampai berakhirnya perang antara Jepang dan Rusia 1904-1905?
5) Bagaimana
dampak dan keadaan setelah terjadinya
perang antara Jepang dan Rusia tahun 1904-1905?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1) Mengetahui
dan memahami pengertian perang;
2) Mengetahui
dan memahami keadaan sebelum dan latar belakang terjadinya perang antara Jepang
dan Rusia 1904-1905;
3) Mengetahui
dan memahami proses perang antara Jepang dan Rusia 1904-1905, mulai awal sampai
berakhirnya perang;
4) Mengetahui
dan memahami damapak dan keadaan setelah terjadinya perang antara Jepang dan
Rusia 1904-1905.
Berdasarkan
tujuan makalah diatas, maka manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1) Dapat
mengetahui lebih dalam akan pengertian perang dan perang yang terjadi antara
Jepang dan Rusia 1904-1905;
2) Dapat
mengetahui lebih dalam akan prosesi perang dari awal sampai akhir serta
dampaknya pada perang antara Jepang dan Rusia 1904-1905.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perang
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, perang adalah permusuhan antara dua negara
(bangsa, agama, suku, dsb), pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan
atau lebih (tentara, laskar, pemberontak, dsb), perkelahian, konflik, cara
mengungkapkan permusuhan.[3]
Perang adalah sebuah aksi
fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan
menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi
di wilayah yang dipertentangkan. Perang secara purba di maknai sebagai
pertikaian bersenjata. Di era modern, perang lebih mengarah pada superioritas
teknologi dan industri. Hal ini tercermin dari doktrin
angkatan perangnya seperti "Barang siapa menguasai ketinggian maka
menguasai dunia". Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan atas ketinggian
harus dicapai oleh teknologi. Namun kata perang
tidak lagi berperan sebagai kata kerja, namun sudah bergeser pada kata sifat.
Yang memopulerkan hal ini adalah para jurnalis,
sehingga lambat laun pergeseran ini mendapatkan posisinya, namun secara umum
perang berarti "pertentangan".
Secara
spesifik dan wilayah filosofis, perang merupakan turunan sifat dasar manusia
yang tetap sampai sekarang memelihara dominasi dan persaingan sebagai sarana
memperkuat eksistensi diri dengan cara menundukkan kehendak pihak yang dimusuh.
Dengan mulai secara psikologis dan fisik. Dengan melibatkan diri sendiri dan
orang lain, baik secara kelompok atau bukan. Perang dapat mengakibatkan
kesedihan dan kemiskinan yang berkepanjangan. Dan penyebab
terjadinya perang di antaranya adalah:
2.
Keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan;
3.
Perbedaan kepentingan;
2.2 Keadaan Sebelum Perang Jepang-Rusia
1904-1905
Sebelum
membicarakan persengketaan/perang antara Jepang dengan Rusia, perlulah kiranya
untuk mengetahui lebih dahulu peristiwa-peristiwa yang mengawali perang
tersebut.
Pada
1900 M. Golongan konservatif di Cina mendirikan suatu perkumpulan rahasia yang
terkenal dengan nama Yi Ho Tuan, oleh orang-orang barat disebut “Boxers”.
Gerakan ini berusaha untuk menyelamatkan negara dari pendudukan bangsa-bangsa
barat. Gerakan ini meletuskan pemberontakan pertama kali di Shantung, kemudian
meluas ke tempat lain terutama ke Peking. Delegasi-delegasi asing yang ada di
Peking dikepung oleh gerakan tersebut. Negara-negara barat yang mempunyai
perwakilan di Peking segera membentuk pasukan Internasional (terdiri dari 8
negara yakni Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Rusia, Prancis, Italia, Austria,
dan Jepang) untuk mengahadapi Pemberontakan Boxers. Berkat adanya persatuan
angkatan perang internasional tersebut, akhirnya pemberontakan Boxers tersebut
dapat ditindas dan diakhiri dengan Protokol Peking pada 1901 M. Yang isinya:
1. Cina
harus membayar kerugian perang sebesar 450 Tael dalam jangka waktu 39 tahun
dengan tanggungan bea cukai;
2. Pemerintahan
Cina harus minta maaf atas terbunuhnya Baron Von Ketteler dan Sujiwara kepada
Jerman dan Jepang;
3. Gerakan
anti asing dilarang.
Dengan
adanya kekacauan yang ditumbulkan oleh Boxers tersebut, Rusia berkesempatan
untuk mengirimkan pasukanya ke Manchuria untuk melindungi warga negara dan
kekayaanya. Rusia memberitahukan kepada negara-negara barat bahwa pengiriman
tersebut hanya bersifat sementara, dan jika situasi telah aman akan segera
ditarik kembali. Tapi kenyataanya, setelah pemberontakan Boxers berakhir,
tentara Rusia tetap ditempatkan di daerah tersebut.
Hal
ini menimbulkan kekhawatiran di pihak negara-negara barat, khususnya Inggris,
begitu juga dengan Jepang. Mereka bersama-sama dengan Amerika Serikat,
mengajukan protes. Mereka meminta jaminan atas keutuhan territorial dan politik
pintu terbuka (open door policy) atau persamaan hak dalam bidang politik bagi
orang-orang asing di Manchuria dan Cina. Rusia tetap tidak menghiraukan protes
tersebut. Bagi Jepang suatu tindakan Rusia di Manchuria berarti mendekati
Korea, mendekati Korea berarti mendekati Jepang, maka Jepang lebih keras
memprotes tindakan Rusia tersebut. Berkali-kali diadakan perundingan antara
keduanya, tetapi selalu gagal, karena mereka berpegang pada prinsip mereka
masing-masing. Pemerintah Tsar menyatakan bahwa Jepang tidak berhak mencampuri
urusan Manchuria. Jepang yang telah tahu dan telah memperhitungkan bahwa
konflik kedua belah pihak tidak dapat diatasi dengan jalan damai, maka Jepang
makin memperkuat pasukanya. Selanjutnya Jepang mengadakan pakta bersama
Inggris. Persekutuan Jepang-Inggris berhasil ditandatangani pada 30 Januari
1902 M, yang isinya:
1. Bila
salah satu negara anggota persekutuan terlibat dalam perang dengan negara lain,
maka pihak anggota yang satu harus bersikap netral dan berusaha mencegah segala
usaha yang akan menyerang persekutuan tersebut;
2. Bila
suatu negara yang tergabung dalam persekutuan itu berperang melawan persekutuan
negara lain, maka anggota yang lain berkewajiban memberi bantuan;
3. Persekutuan
itu akan berlangsung selama 5 tahun.
Persekutuan
ini berarti suatu kemajuan pula bagi Jepang dikalangan dunia internasional, dan
ini merupakan persekutuan yang pertamakali antara negara barat dengan negara
timur atas dasar sama rata. Bagi Jepang yang berarti suatu pengakuan dunia
internasional. Dengan persekutuan tersebut memungkinkan Jepang untuk mengambil
tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk menyelamatkan kepentingan Rusia.
2.3 Latar Belakang Perang Jepang
dan Rusia 1904-1905
Pada akhir abad ke-19
dan awal abad
ke-20, berbagai negara Barat bersaingan
memperebutkan pengaruh, perdagangan dan wilayah di Asia Timur
sementara Jepang berjuang untuk menjadi sebuah negara modern yang besar. Lokasi
Jepang mendorongnya untuk memusatkan perhatian pada Dinasti
Choson Korea
dan Dinasti
Qing di Tiongkok
utara, sehingga membuat negara itu bersaingan dengan tetangganya, Rusia. Upaya
Jepang untuk menduduki Korea menyebabkan pecahnya Perang Tiongkok-Jepang.
Kekalahan yang
dialami Tiongkok dalam perang itu menyebabkan ditandatanganinya Perjanjian Shimonoseki (17 April 1895). Dengan
perjanjian itu Tiongkok melepaskan klaimnya atas Korea, dan menyerahkan Taiwan dan Lüshunkou
(sering disebut Port Arthur).
Bagi Jepang,
kemenangan akan menjadi lengkap jika tidak dirusak oleh kekuatan Barat. Setelah
perang, Jepang memenangkan hadiah paling besar dari perang tersebut yaitu
semenanjung Liaodong tetapi akhirnya dipaksa menyerah oleh intervensi tiga
aliansi Rusia, Prancis, dan Jerman.[5]
Tiga kekuatan
Barat (Rusia, Jerman, dan Prancis) melalui Intervensi Tiga Negara pada 23 April 1895 menekan Jepang
untuk menyerahkan Port Arthur, dan belakangan Rusia (tahun 1898) merundingkan
penyewaan pangkalan Angkatan Laut selama 25 tahun dengan Tiongkok. Sementara
itu, pasukan-pasukan Rusia menduduki sebagian besar wilayah Manchuria dan Rusia
maupun Jepang berusaha mengambil alih Korea.
Setelah gagal
mendapatkan perjanjian yang menguntungkannya dengan Rusia, Jepang mengirimkan
sebuah ultimatum
pada 31
Desember 1903,
memutuskan hubungan diplomatik pada 6 Februari,
dan mulai menyerang dua hari kemudian. Kedua pihak mengeluarkan pernyataan perang pada 10 Februari.
Di bawah hukum internasional, serangan Jepang tidak
dapat dianggap sebagai serangan tersembunyi, karena ultimatum telah
dikeluarkan. Namun demikian, setelah serangan Pearl Harbor, seringkali dikatakan
bahwa ini adalah salah satu contoh betapa Jepang suka melakukan serangan
mendadak.[6]
Secara
umum sebab-sebab terjadinya perang Jepang Rusia, adalah sebagai berikut:
1. Baik
Jepang maupun Rusia mempunyai kepentingan politik dan ekonomi yang sama
terhadap Korea dan Manchuria;
2. Jepang
menghendaki agar masalah Manchuria diselesaikan langsung dengan Tsar Rusia.
Pembicaraan
antara Jepang-Rusia terus dilakukan, namun selalu tidak ada titik temu. Oleh
karena pertemuan-pertemuan selalu mengalami kegagalan, maka satu-satunya jalan
penyelesaian ialah perang.[7]
2.4 Proses Awal Sampai Berakhirnya
Perang Antara Jepang dan Rusia 1904-1905
Politik
ekspansi Jepang dan Rusia di Asia Timur telah menyebabkan pertikaian segituga
antara Cina-Jepang-Rusia dan menimbulkan perang Jepang-Cina tahun 1894-1895.
Kalahnya Cina oleh Jepang menimbulkan Triple
Intervension (Rusia, Prancis, dan Jerman) tahun 1895 yang menuntut Jepang
mengembalikan semenenjung Liaotung kepada Cina, pembagian daerah pengaruh
(1895-1899), serta politik Pintu Terbuka tahun 1899 di Cina oleh negara-negara
barat sehingga menyebabkan timbulnya gerakan pemberontakan besar tahun 1900.
Pemberontakan
Boxer tersebut menjadikan Rusia menduduki Manchuria dan Jepang merupakan negara
yang paling banyak mengirim tentara diantara 8 negara (Amerika, Inggris,
Jepang, Jerman, Prancis, Rusia, Italia, dan Austria) yang mengirim tentara ke
Cina saat pemberontakan Boxer berlangsung. Setelah Protokol Peking disetujui
tahun 1901, Rusia tidak mau untuk menarik pasukanya dari Manchuria walaupun
dituntut oleh Cina dan diprotes oleh Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.
Tindakan Rusia tersebut membuat marah Jepang setelah adanya Triple Intervension
tahun 1989 dan diambilnya semenanjung Liaotung oleh Rusia.
Sikap
Rusia yag tidak menerima Politik Pintu Terbuka dan tidak mau menarik pasukanya
dari Manchuria, menyebabkan renggangnya hubungan dengan Amerika Serikat dan
sikap Rusia tersebut juga mengancam kepentingan Inggris dan Program ekspansi
Jepang membentuk negara Asia Timur. Hal ini mendorong untuk terbentuknya
Perserikatan Inggris-Jepang 1902 untuk menghadapi Rusia.
Rusia
menerima permintaan untuk menarik pasukanya dari Manchuria, tetapi
pasukan-pasukan Rusia tersebut tidak ditarik kembali ke negaranya melainkan
hanya ditarik mundur sedikit dan ditempatkan daerah-daerah bagian Manchuria.
Perebutan atas Manchuria tersebut menyebabkan ketegangan antara Jepang dan
Rusia. Masing-masing negara tersebut (Jepang-Rusia) menginginkan menjadai
negara paling berpengaruh di daerah Manchuria pada khususnya di Cina pada
umumnya. Tindakan-tindakan yang dilakaukan oleh Rusia tersebut dianggap
membahayakan oleh Jepang, begitu pula sebaliknya tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh Jepang dianggap membahayakan oleh Rusia. Ketegangan Jepang dan
Rusia semakin memuncak sehingga perang Jepang-Rusia tidak dapat dihindari.
Port
Arthur, di semenanjung Liaodong di selatan Manchuria, telah diperkuat Rusia
sehingga menjadi sebuah pangkalan Angkatan Laut besar. Jepang membutuhkan
kekuasaan laut untuk berperang di daratan Asia, karena itu tujuan militer
pertama mereka adalah menetralkan armada Rusia di Port Arthur. Pada 8 February
malam, armada Jepang di bawah pimpinan Admiral Heihachiro Togo memulai
peperangan dengan sebuah serangan torpedo mendadak pada kapal-kapal Rusia di
Port Arthur, sehingga membuat dua kapal perang Rusia rusak parah.
Serangan-serangan
itu berkembang menjadi pertempuran lain antara Jepang-Rusia untuk selanjutnya.
Serangkaian pertempuran laut yang tidak memberikan hasil yang menentukan pun
terjadi antara Jepang dan Rusia. Pada kesempatan itu, Jepang tidak berhasil
menyerang Rusia dengan menggunakan meriam-meriam darat dari pelabuhan, dan
armada Rusia menolak untuk meninggalkan pelabuhan itu dan pergi ke laut
terbuka. Pertempuran-pertempuran ini memberikan perlindungan bagi pasukan
Jepang untuk mendaratkan pasukanya dekat Incheon di Korea dan dari daerah dekat
Incheon tersebut pasukan Jepang menduduki Seoul dan berikutnya seluruh Korea.
Pada akhir April tahun 1904, tentara Jepang di bawah Kuroki Itei bersiap-siap
menyeberangi sungai Yalu ke Manchuria yang saat itu diduduki Rusia.
Pada
1 Mei 1904, pecahlah Pertempuran Sungai Yalu, dalam pertempuran ini
pasukan-pasukan Jepang menyerang sebuah posisi Rusia setelah mereka
menyeberangi Sungai Yalu tanpa menghadapi perlawanan. Hal ini merupakan sebuah
pertempuran besar pertama di daratan. Pasukan-pasukan Jepang bergerak maju dan
mendarat di beberapa titik di pantai Manchuria, serta melakukan sejumlah
pertempuran hingga memukul balik pasukan-pasukan Rusia di Port Arthur.
Pertempuran
laut terbesar dan menjadi penentu kemenangan Jepang dan Rusia adalah
pertempuran laut Tsushima pada tanggal 27-28 Mei 1905. Armada Rusia berlayar
dari selatan ke barat daya menuju utara-timur laut; Armada Jepang datang dari
barat menuju timur laut. Walaupun berisiko kehilangan sebagian dari armadanya,
Laksamana Togo memerintahkan kapal-kapal perangnya untuk berbalik arah satu per
satu agar bisa berhadapan dengan armada Rusia. Kapal-kapal Jepang berbalik arah
dengan selamat, kedua armada saling berhadapan terpisah jarak 6.200 meter.
Kapal-kapal
dalam pertempuran laut tersebut melepaskan tembakan meriam pada jarak yang
sangat dekat. Laksamana Togo unggul karena armada Rusia tidak bersiap
mengahadapi serangan. Sejak perang dimulai, awak kapal perang Jepang sudah
terus-menerus berlatih menembakkan meriam dengan peluru sub-kaliber. Armada
Laksamana Togo memiliki penembak meriam yang lebih unggul dan tembakan meriam
tersebut lebih sering mengenai sasaran. Selain itu, kualitas amunisi Jepang
waktu itu lebih baik dibandingkan Amunisi Rusia. Tembakan meriam kapal-kapal Jepang
juga lebih akurat karena lebih banyak instrumen pengukur jarak dibandingkan
kapal Rusia.
Armada
Baltik Rusia sedang tidak dalam kondisi siap tempur. Selain 4 kapal perang
terbaru kelas Borodino, armada Baltik terdiri darai kapal model lama dan tidak
terpelihara dengan baik. Pelayaran panjang menyebabkan bagian bawah lambung
kapal kotor karena kurangnya waktu pemeliharaan. Akibatnya, kecepatan kapal
Rusia menjadi berkurang. Kapal-kapal Laksamana Togo bisa memiliki kecepatan
maksimum 16 knot (30 km/jam), sedangkan kapal-kapal Laksamana Rozhestvensky
hanya memiliki kecepatan maksimum 9 knot (17 km/jam). Laksamana Togo
memanfaatkan keunggulan manuver kapal-kapalnya, dan sempat melakukan taktik
pertempuran laut.
Laksamana
Rozhestvensky tewas akibat pertempuran laut Tsushima tersebut. Pada 27 Mei
1905, armada Rusia kehilangan kapal tempur Knyaz’Suvorov, Oslyabya, Emperor
Alexander III, dan Borodino. Kapal-kapal Jepang hanya mengalami kerusakan
ringan, terutama kapal tempur Jepang Mikasa. Setelah meningalnya Laksamana
Rozhestvensky, Laksamana Muda Nebigatov mengambil alih komando armada Rusia.
Kapal-kapal torpedo dan kapal perusak Jepang mulai memburu kapal-kapal aramada
Rusia yang berpencar dalam kelompok-kelompok kecil dan berusaha melarikan diri
ke utara. Kapal tempur Navarin yang memang sudah tua, tenggelam. Kapal tempur
Sisoy Veliki dan dua kapal penjelajah tua rusak berat.
Keempat
kapal perang lain dibawah komando Laksamana Muda Nebigatov dipaksa untuk
menyerah. Dari keempat kapal tersebut hanya terdapat satu kapal perang modern ,
kapal tempur Orel, sedangkan selebihnya merupakan kapal tempur tua Emperor
Nikolay I, dan dua kapal perang Apraxin dan Admiral Senyavin. Keempat kapal
tersebut tidak akan mampu bertahan atas serangan armada Jepang. Kapal perang
Admiral Ushakov menolak untuk menyerah dan ditenggelamkan kapal penjelajah
Jepang.
Kapal
penjelajah dari pihak Rusia, Dmitri Donskoy berjuang melawan 6 kapal penjelajah
Jepang. Walaupun akhirnya rusak berat dan harus ditenggelamkan. Tiga kapal
penjelajah Rusia; Aurora, Zhemtchug, dan Oleg berhasil lolos ke pangkalan
Angkatan Laut Amerika Serikat di Manila dan ditahan. Rusia kehilangan hampir
seluruh kapal Armada Baltik dalam pertempuran di Selat Tsusima. Pihak Jepang
hanya kehilangan 3 kapal torpedo, peristiwa ini meruntuhkan prestice Rusia di
dunia Internasional.
Berikut
ini kapal-kapal yang digunakan oleh Jepang dan Rusia selama peperangan
berlangsung:
a. Angkatan
Laut Jepang
1. Skuadron
Utama
a) Kapal
Perang;
1) Asashi;
2) Mikasa;
3) Shikishima;
4) Yashima;
5) Fuji.
b) Divisi
Pertama Kapal Penjelajah:
1) Issumo;
2) Asama;
3) Tokiwa;
4) Swata;
5) Yakumo;
6) Tsuma.
c) Divisi
Kedua Kapal Penjelajah:
1) Chitose;
2) Takasago;
3) Kasagi;
4) Yoshino.
d) Divisi
Tiga dan Empat adalah kapal torpedo besar.
2. Skuadron
Konvoi/ Kapal Penjelajah
a) Takachiho;
b) Nanima;
c) Chiyoda;
d) Okitssakima.
3. Konvoi
a) Heigen;
b) Seigen;
b. Angkatan
Laut Rusia
1. Skuadron
Utama
a) Kapal
Perang:
1) Sisoy
Veliki;
2) Orel;
3) Emmperor
Nikolay I;
4) Admiral
Ushakov;
5) Admiral
Senyavin;
6) Patrepavlevsk;
7) Polkava;
8) Sevastepol;
9) Peresvvet;
10) Pobisda;
11) Retvisan;
12) Tsarevitch;
13) Navarin;
14) Aproxin.
b) Divisi
Kapal Penjelajah
1) Aurora;
2) Almas;
3) Oleg;
4) Zhemtchug;
5) Bayan;
6) Diana;
7) Pallada;
8) Askold;
9) Novik;
10) Boyarin;
11) Varyag;
12) Dmitri
donskey
c) Skuadron
Penjelajah
a) Rossia;
b) Rurik;
c) Gramovse;
d) Bogatyr.
Pada
tangal 28 Mei 1905, pihak Rusia mengakui kekalahan atas militer Jepang, setelah
kekalahan Rusia tersebut, pada tanggal 5 September 1905 diadakan perjanjian
Postmouth, di New Hampshire, Amerika Serikat. Pihak Rusia diwakili oleh Count
Witte dan Barron Rosen, sedangkan pihak Jepang diwakili oleh Takahira dan
Menteri Luar Negeri Komura. Perjanjian Postmouth terdiri dari 15 pasal, tetapi
bagian yang terpenting dalam perjanjian antara lain:[8]
Treaty of
Portsmouth
The Treaty of Portsmouth, 1905 - September 5, 1905.
The
Emperor of Japan on the one part, and the Emperor of all the Russias, on the
other part, animated by a desire to restore the blessings of peace, have
resolved to conclude a treaty of peace, and have for this purpose named their
plenipotentiaries, that is to say, for his Majesty the Emperor of Japan, Baron
Komura Jutaro, Jusami, Grand Cordon of the Imperial Order of the Rising Sun,
his Minister for Foreign Affairs, and his Excellency Takahira Kogoro, Imperial
Order of the Sacred Treasure, his Minister to the United States, and his
Majesty the Emperor of all the Russias, his Excellency Sergius Witte, his
Secretary of State and President of the Committee of Ministers of the Empire of
Russia, and his Excellency Baron Roman Rosen, Master of the Imperial Court of
Russia, his Majesty's Ambassador to the United States, who, after having
exchanged their full powers, which were found to be in good and due form, and
concluded the following articles:
ARTICLE
I.
There
shall henceforth be peace and amity between their Majesties the Emperor of
Japan and the Emperor of all the Russias, and between their respective States
and subjects.
ARTICLE
II.
The
Imperial Russian Government, acknowledging that Japan possesses in Korea
paramount political, military and economical interests engages neither to
obstruct nor interfere with measures for guidance, protection and control which
the Imperial Government of Japan may find necessary to take in Korea. It is
understood that Russian subjects in Korea shall be treated in exactly the same
manner as the subjects and citizens of other foreign Powers; that is to say,
they shall be placed on the same footing as the subjects and citizens of the
most favored nation. It is also agreed that, in order to avoid causes of
misunderstanding, the two high contracting parties will abstain on the
Russian-Korean frontier from taking any military measure which may menace the
security of Russian or Korean territory.
ARTICLE
III.
Japan
and Russia mutually engage:
First.
-- To evacuate completely and simultaneously Manchuria, except the territory
affected by the lease of the Liaotung Peninsula, in conformity with the
provisions of the additional article I annexed to this treaty, and,
Second.--To
restore entirely and completely to the exclusive administration of China all
portions of Manchuria now in occupation, or under the control of the Japanese
or Russian troops, with the exception of the territory above mentioned.
The
Imperial Government of Russia declares that it has not in Manchuria any
territorial advantages or preferential or exclusive concessions in the
impairment of Chinese sovereignty, or inconsistent with the principle of equal
opportunity.
ARTICLE
IV.
Japan
and Russia reciprocally engage not to obstruct any general measures common to
all countries which China may take for the development of the commerce or
industry of Manchuria.
ARTICLE
V.
The
Imperial Russian Government transfers and assigns to the Imperial Government of
Japan, with the consent of the Government of China, the lease of Port Arthur,
Talien and the adjacent territorial waters, and all rights, privileges and
concessions connected with or forming part of such lease, and it also transfers
and assigns to the Imperial government of Japan all public works and properties
in the territory affected by the above-mentioned lease.
The
two contracting parties mutually engage to obtain the consent of the Chinese
Government mentioned in the foregoing stipulation.
The
Imperial Government of Japan, on its part, undertakes that the proprietary
rights of Russian subjects in the territory above referred to shall be
perfectly respected.
ARTICLE
VI.
The
Imperial Russian Government engages to transfer and assign to the Imperial
Government of Japan, without compensation and with the consent of the Chinese
Government, the railway between Chang-chunfu and Kuanchangtsu and Port Arthur,
and all the branches, together with all the rights, privileges and properties
appertaining thereto in that region, as well as all the coal mines in said
region belonging to or worked for the benefit of the railway. The two high
contracting parties mutually engage to obtain the consent of the Government of
China mentioned in the foregoing stipulation.
ARTICLE
VII.
Japan
and Russia engage to exploit their respective railways in Manchuria exclusively
for commercial and industrial purposes and nowise for strategic purposes. It is
understood that this restrictiction does not apply to the railway in the
territory affected by the lease of the Liaotung Peninsula.
ARTICLE
VIII.
The
imperial Governments of Japan and Russia with the view to promote and
facilitate intercourse and traffic will as soon as possible conclude a separate
convention for the regulation of their connecting railway services in
Manchuria.
ARTICLE
IX.
The
Imperial Russian Government cedes to the Imperial Government of Japan in
perpetuity and full sovereignty the southern portion of the Island of Saghalin
and all the islands adjacent thereto and the public works and properties
thereon. The fiftieth degree of north latitude is adopted as the northern
boundary of the ceded territory. The exact alignment of such territory shall be
determined in accordance with the provisions of the additional article II
annexed to this treaty.
Japan
and Russia mutually agree not to construct in their respective possessions on
the Island of Saghalin or the adjacent islands any fortification or other
similar military works. They also respectively engage not to take any military
measures which may impede the free navigation of the Strait of La Perouse and
the Strait of Tartary.
ARTICLE
X.
It
is reserved to Russian subjects, inhabitants of the territory ceded to Japan,
to sell their real property and retire to their country, but if they prefer to
remain in the ceded territory they will be maintained protected in the full
exercise of their industries and rights of propperty on condition of of
submitting to the Japanese laws and jurdisdiction. Japan shall have full
liberty to withdraw the right of residence in or to deport from such territory
of any inhabitants who labor under political or administrative disability. She
engages, however, that the proprietary rights of such inhabitants shall be
fully respected.
ARTICLE XI.
Russia engages to arrange with Japan for granting to
Japanese subjects rights of fishery along the coasts of the Russian possession
in the Japan, Okhotsk and Bering Seas.
It is agreed that the foregoing engagement shall not affect
rights already belonging to Russian or foreign subjects in those regions.
ARTICLE XII.
The treaty of commerce and navigation between Japan and
Russia having been annulled by the war the Imperial Governments of Japan and
Russia engage to adopt as a basis for their commercial relations pending the
conclusion of a new treaty of commerce and navigation the basis of the treaty
which was in force previous to the present war, the system of reciprocal
treatment on the footing of the most favored nation, in which are included
import and export duties, customs formalities, transit and tonnage dues and the
admission and treatment of agents, subjects and vessels of one country in the
territories of the other.
ARTICLE XIII.
As soon as possible after the present treaty comes in force
all prisoners of war shall be reciprocally restored. The Imperial Governments
of Japan and Russia shall each appoint a special commissioner to take charge of
the prisoners. All prisoners in the hands of one Government shall be delivered
to and be received by the commissioner of the other Government or by his duly
authorized representative in such convenient numbers and at such convenient
ports of the delivering State as such delivering State shall notify in advance
to the commissioner of the receiving State.
The Governments of Japan and Russia shall present each other
as soon as possible after the delivery of the prisoners is completed with a
statement of the direct expenditures respectively incurred by them for the care
and maintenance of the prisoner from the date of capture or surrender and up to
the time of death or delivery. Russia engages to repay as soon as possible
after the exchange of statement as above provided the difference between the
actual amount so expended by Japan and the actual amount similarly disbursed by
Russia.
ARTICLE XIV.
The present treaty shall be ratified by their Majesties the
Emperor of Japan and the Emperor of all the Russias. Such ratification shall be
with as little delay as possible, and in any case no later than fifty days from
the date of the signature of the treaty, to be announced to the Imperial
Governments of Japan and Russia respectively through the French Minister at
Tokio and the Ambassador of the United States at St. Petersburg, and from the
date of the latter of such announcements shall in all its parts come into full
force. The formal exchange of ratifications shall take place at Washington as
soon as possible.
ARTICLE XV.
The present treaty shall be signed in duplicate in both the
English and French languages. The texts are in absolute conformity, but in case
of a discrepancy in the interpretation the French text shall prevail.
SUB-ARTICLES
In conformity with the provisions of articles 3 and 9 of the
treaty of the peace between Japan and Russia of this date the undersigned
plenipotentiaries have concluded the following additional articles:
SUB-ARTICLE TO ARTICLE III.
The Imperial Governments of Japan and Russia mutually engage
to commence the withdrawal of their military forces from the territory of
Manchuria simultaneously and immediately after the treaty of peace comes into
operation, and within a period of eighteen months after that date the armies of
the two countries shall be completely withdrawn from Manchuria, except from the
leased territory of the Liaotung Peninsula. The forces of the two countries
occupying the front positions shall first be withdrawn.
The high contracting parties reserve to themselves the right
to maintain guards to protect their respective railway lines in Manchuria. The
number of such guards shall not exceed fifteen per kilometre and within that
maximum number the commanders of the Japanese and Russian armies shall by
common accord fix the number of such guards to be mployed as small as possible
while having in view the actual requirements.
The commanders of the Japanese and Russian forces in
Manchuria shall agree upon the details of the evacuation in conformity with the
above principles and shall take by common accord the measures necessary to
carry out the evacuation as soon as possible, and in any case not later than
the period of eighteen months.
SUB-ARTICLE TO ARTICLE IX.
As soon as possible after the present treaty comes into
force a committee of delimitation composed of an equal number of members is to
be appointed by the two high contracting parties which shall on the spot mark
in a permanent manner the exact boundary between the Japanese and Russian
possessions on the Island of Saghalin. The commission shall be bound so far as
topographical considerations permit to follow the fiftieth parallel of north
latitude as the boundary line, and in case any deflections from that line at
any points are found to be necessary compensation will be made by correlative
deflections at other points. It shall also be the duty of the said commission
to prepare a list and a description of the adjacent islands included in the
cession, and finally the commission shall prepare and sign maps showing the
boundaries of the ceded territory. The work of the commission shall be subject
to the approval of the high contracting parties.
The foregoing additional articles are to be considered
ratified with the ratification of the treaty of peace to which they are
annexed.
In witness whereof the respective plenipotentiaries have
signed and affixed seals to the present treaty of peace.
Done at Portsmouth, New Hampshire, this fifth day of the
ninth month of the thirty-eighth year of the Meijei, corresponding to the
twenty-third day of August, one thousand nine hundred and five, (September 5,
1905). [9]
Secara keseluruhan isi Perjanjian
Portsmout tersebut dapat disimpulkan isinya, antara lain:
1. Jepang
menjadi yang dipertuan atas kepentingan-kepentingan politik, ekonomi, dan
militer di Korea;
2. Hak-hak
Rusia di Semenanjung Liaoutung diserahkan kepada Jepang;
3. Sakhalin
Selatan diserahkan kepada Jepang;
4. Jalan-jalan
kereta apai di Manchuria Selatan diserahkan kepada Jepang;
5. Tentara
Rusia dan Jepang akan ditarik dari Manchuria, tetapi Jepang tetap menjadi
pengawas atas jalan-jalan kereta apai disana;
6. Baik
Rusia maupun Jepang tidak boleh merintangi usaha-usaha Cina untuk
mengembangakan perdaganagan dan industrinya disana;
7. Jalan-jalan
kereta api di Manchuria dieksploitisir untuk kepentingan ekonomi, dan industri
dan bukan untuk maksud strategi, kecuali Liaotung.
Dengan
perjanjian Portsmouth berarti Rusia kehilangan daerah-daerah pengaruhnya di
Manchuria, jalan-jalan kereta api dan hak-haknya yang lain di Manchuria; sebab
semuanya telah diberikan kepada Jepang.[10]
2.5 Dampak dan Keadaan Setelah Perang
Jepang - Rusia Tahun 1904-1905
Perang
besar antara Rusia-Jepang yang berakhir pada 1905 M dengan kemenangan bagi
pihak Jepang memberi akibat yang sangat baik bagi Jepang pada khususnya dan
Asia pada umumnya.
1. Jepang
menjelma menjadi negara “Great Power”. Saat itu merupakan titik balik
dimana Jepang menjadi perhatian pertama
dalam sejarah dunia. Ini berarti munculnya sebuah kekuasaan baru di Timur Jauh
yang sekaligus merupakan tantangan bagi negara-negara Barat, karena telah
berhasil mematahkan salah satu negara raksasa Barat yakni Rusia. Hal ini dapat
dipandang se4bagai permulaan nasionalisme Asia yang sebenarnya;
2. Jepang
merupakan pendorong bagi munculnya nasionlisme Asia. Jepang berjasa menanmkan
kesadaran bahwa bangsa kulit putih bukanlah suatu bangsa yang tidak dapat dikalahkan.
Dengan demikian menimbulkan kepercayaan bagi bangsa-bangsa Asia akan
kesanggupanya melawan Barat;
3. Kedudukan
Rusia dimata dunia internasional menjadi merosot. Rusia menjadi terusir dari
Korea, hingga kedudukanya di Timur Jauh menjadi sangat lemah;
4. Cina
mulai heran, seperti halnya negara-negara Eropa terhadap Jepang atas
keunggulanya. Cina mulai menyelidiki mengapa Jepang berhasil membangun
negaranya/ kekuasaanya sampai ke puncak keunggulanya;
5. Cina
sadar apa arti semangat nasionalisme bagi bangsa dan negaranya. Dalam hal ini
maka Cina mulai mencotoh Jepang, yang dahulu Jepang sangat mengagumi dan
mencontoh Cina.
Setelah
Jepang mampu mengalahkan Rusia, harga diri bangsa Jepang sebagai bangsa besar
naik. Orang-orang barat selama Imperialisme yang dilakaukannya di Asia
menganggap bahwa, negara-negara di Asia sangat lemah sehingga mudah untuk
dijadikan daerah koloni oleh bangsa barat yang melakukan imperialisme.
Penanaman imperialisme yang dilakaukan oleh bangsa barat di daerah-daerah Asia
seperti Inggris di India dan Hongkong, Amerika di Filiphina, Prancis di
Vietnam, dan Belanda di Indonesia tersebut tidak berlaku untuk Jepang. Sebelum
bangsa barat menanamkan imperialismenya di Jepang dapat dikatakan tidak menjadi
daerah koloni bangsa barat.
Tanggal
26 Nopember 1906, Jepang mendirikan perusahaan jalan kereta api South
Manchurian Railway di Manchuria. South Manchurian Railway tersebut bukan hanya
perusahaan kereta api. Perusahaan tersebut menjalankan kekuasaan administrative
di daerah jalan-jalan kereta api. Perusahaan tersebut membangun rumah sakit,
sekolah, stasiun, menguasai perusahaan pertambangan misalnya pertambangan
Fushan dan Yentai, dan mendirikan perusahaan listrik di Dairen, Mukden,
Changchun, dan Antung.
Tahun
1908 Jepang membuat perjanjian Root Takahira dengan Amerika Serikat.
Persetujuan ini dinyatakan, bahwa politik kedua negara adalah mempertahankan
status quo, memperhatikan kepemilikan daerah koloni di samudra pasifik,
memepertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tiongkok, dan menjaga politik pintu
terbuka.
Berakhirnya
perang Jepang-Rusia, Jepang membuat perjanjian dengan Korea. Jepang meminta
persoalan luar negeri Korea diurus oleh Jepang dan Jepang meminta diangkatnya
Residen Jenderal Jepang untuk mengawasi pemerintahan Korea. Pada dasarnya
Jepang menjadikan Korea sebagai negara jajahanya. Residen Jenderal yang pertama
diangkat oleh Jepang untuk Korea adalah Ito Hirobumi, tetapi tahun 1909 Ito
Hirobumi dibunuh orang Korea. Tahun 1910 raja Korea menandatangani perjanjian
dengan Jenderal Viscount Terauci. Sebuah perjanjian yang menyatakan bahwa Korea
adalah negeri yang menjadi koloni dari Jepang dan pada tahun 1911 Jepang telah
menetapkan sendiri tarif bea cukai yang sebelumnya tarif bea cukai tersebut
ditentukan pihak asing.
Akhir
periode pemerintahan kaisar Mutsuhito, ditandai dengan meningalnya kaisar
Mutsuhito pada tahun 1912 dalam usia 61
tahun. pemerintahan kaisar Mutsuhitoselama 44 tahun (1868-1912) telah
memperlihatkan perubahan Jepang yang luar biasa. Setelah kematian kaisar
Mutsuhito, parlemen Jepang tahun 1912 mengeluarkan resolusi untuk memperingati
peranan kaisar Mutsuhito dalam restorasi Meiji. Sebuah taman bunga Iris
Germanica di Tokyo yang pernah dikunjungi Kaisar Mutsuhito dan Permaisuri
Shoken dipilih sebagai lokasi pembangunan kuil Shinto bernama Meiji-Jingu.
Kaisar
Mutsuhito dimakamkan di pemakaman Fushimi Momoyama Ryo di Kyoto. Selama
pemerintahan kaisar Mutsuhito, Jepang berubah dari negara feodal terisolasi
menjadi maju sehingga harga diri Jepang naik di dunia Internasional. Jepang pun
juga cepat dalam menyerap teknologi-teknologi modern bangsa barat. Tahun 1905
setelah menangnya Jepang atas Rusia sampai tahun 1912 yang merupakan akhir
periode Meiji merupakan persiapan-persiapan yang dilakukan Jepang dalam Perang
Dunia I tahun 1914.[11]
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Perang adalah sebuah aksi
fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan
menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi
di wilayah yang dipertentangkan. Perang secara purba di maknai sebagai
pertikaian bersenjata. Di era modern, perang lebih mengarah pada superioritas
teknologi dan industri.
Secara
umum sebab-sebab terjadinya perang Jepang Rusia, adalah sebagai berikut:
1. Baik
Jepang maupun Rusia mempunyai kepentingan politik dan ekonomi yang sama
terhadap korea dan mancuria;
2. Jepang
menghendaki agar masalah Manchuria diselesaikan langsung dengan Tsar Rusia.
Pembicaraan
antara Jepang-Rusia terus dilakukan, namun selalu tidak ada titik temu. Oleh
karena pertemuan-pertemuan selalu mengalami kegagalan, maka satu-satunya jalan
penyelesaian ialah perang.
Perang
Jepang-Rusia terjadi antara tahun 1904 sampai 1905, perang tersebut dimulai
gejolaknya dengan adanya Triple Intervension dari tiga negra Barat. Selanjutnya
pecahlah berbagai pertempuran yang termasuk dalam rentetan perang Jepang-Rusia.
Rusia mengalami kekalahan dengan berbagai sebab kelemahan apabila dibandingkan
dengan Jepang yang lebih kuat pada saat itu, sehingga akhirnya Rusia mengakui
kekalahanya. Perang tersebut diakhiri dengan ditandatanganinya perang
Portsmouth antara keduanya, dan berakhirlah perang tersebut.
Dengan
perjanjian Portsmouth berarti Rusia kehilangan daerah-daerah pengaruhnya di
Manchuria, jalan-jalan kereta api dan hak-haknya yang lain di Manchuria; sebab
semuanya telah diberikan kepada Jepang.
Setelah
Jepang mampu mengalahkan Rusia, harga diri bangsa Jepang sebagai bangsa besar
naik. Orang-orang barat selama Imperialisme yang dilakaukannya di Asia
menganggap bahwa, negara-negara di Asia sangat lemah sehingga mudah untuk
dijadikan daerah koloni oleh bangsa barat yang melakukan imperialisme.
3.2 Saran
Perang adalah suatu konflik yang bermanifestasi
pada persengketaan fisik maupun non fisik. Secara awam perang selalu
diidentikkan dengan kekerasan fisik dan bersenjata. Memang pada suatu posisi
dengan keadaan yang begitu rumit dan menunjukkan pilihan utamanya adalah
perang, maka perang dapat menjadi solusi. Namun dalam implementasi hidup
sebagai warga bumi yang hidup secara bersama-sama saat ini, perang bukanlah hal
yang menjadi pilihan. Karena perang selalu membawa dampak yang luarbiasa
merugikan, baik secara fisik maupun mental yang ditimbulkan setelah perang.
Dengan keadaan yang lebih maju seperti
saat ini, implementasi perang dengan kekerasan segera harus dihapuskan. Apabila
terjadi suatu persengketaan atau permasalahan, jalan keluarnya adalah diplomasi
atau perundiangan diantara piha yang bersehngketa.
DAFTAR PUSTAKA
Agung,
Leo. 2012. Sejarah Asia Timur 1. Yogyakarta: Ombak.
Chang,
Irish. 2009. The Rape of Nanking. Yogyakarta: Narasi.
Handayani, Sri., Budiarto, Gema. .......
Dinamika Kepemimpinan Jepang Tahun 1568-1945. .........:.......
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang. [20 February
2015].
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang. [20 February
2015].
http://Perang Rusia-Jepang - Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm. [26 April 2015].
http://wwi.lib.byu.edu/index.php/Treaty_of_Portsmouth.
[27 April 2015].
[2]
Handayani, Sri., Budiarto, Gema. ....... Dinamika Kepemimpinan Jepang Tahun
1568-1945. .........:....... Hlm. 143.
[5] Chang, Irish. 2009. The Rape of
Nanking. Yogyakarta: Narasi. Hlm 28.
[6]
http://Perang Rusia-Jepang - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas.htm. [26 April 2015].
[7] Agung,
Leo. 2012. Sejarah Asia Timur 1. Yogyakarta: Ombak. Hlm. 133-134.
[8]
Handayani, Sri., Budiarto, Gema. ....... Dinamika
Kepemimpinan Jepang Tahun 1568-1945. .........:....... Hlm. 164-172.
[10] Agung,
Leo. 2012. Sejarah Asia Timur 1. Yogyakarta: Ombak. Hlm. 134-135.
[11]
Handayani, Sri., Budiarto, Gema. ....... Dinamika
Kepemimpinan Jepang Tahun 1568-1945. .........:....... Hlm. 179-182.
BalasHapusLegendaQQ.Net
Pilihan Terbaik Untuk Permainan Kartu Sang LEGENDARIS !!!
Min Depo 20Rb !!!
Kartu Para Sang LEGENDA !!!
WinRate Tertinggi !!!
Kami Hadirkan 7 Permainan 100% FairPlay :
- Domino99
- BandarQ
- Poker
- AduQ
- Capsa Susun
- Bandar Poker
- Sakong Online
Fasilitas BANK yang di sediakan :
- BCA
- Mandiri
- BNI
- BRI
- Danamon
Tunggu apalagi Boss !!! langsung daftarkan diri anda di Legenda QQ
Ubah mimpi anda menjadi kenyataan bersama kami !!!
Dengan Minimal Deposit dan Raih WD sebesar" nya !!!
Contact Us :
+ live chat : legendapelangi.com
+ Skype : Legenda QQ
+ BBM : 2AE190C9